Entah sudah berapa kali aku menghela nafas panjang. Bocah itu dengan keras kepalanya masih saja duduk di teras depan dengan sepasang mata terus menatap ke arah pintu gerbang. Kemarin pagi Aksa tiba tiba harus pergi ke Jepang. Mengingat kerjasama ini sangat penting untuk perusahaannya, jadi terpaksa dia sendiri yang berangkat ke sana. Kalau kemarin seharian Cello hanya uring uringan karena Om Aksanya tidak datang, lain lagi ceritanya hari ini. Bocah itu mogok bicara, padahal aku dan yang lain sudah mengatakan kalau Aksa sedang ada urusan kerja ke Jepang. Sejak pagi dia sudah keluar masuk rumah hanya untuk melihat Om Aksanya sudah datang atau belum. Wajahnya merengut kesal dengan mata berkaca kaca ketika sampai siang orang yang ditungguinya tak juga muncul. "Masuk yuk! Om Aksa belum pula