Zorion, yang masih belum menyadari badai yang dia picu, sampai di depan ibunya. "Mom, ini Tuan … Donzello,” ucapnya pada Zelaza dengan polos. Tapi Zelaza tidak mendengarnya. Matanya tertancap pada Donzello. Ia melihat otot rahang pria itu mengeras. Ia melihat bagaimana tangan Donzello, yang sempat digandeng Zorion, sekarang mengepal pelan. Tanpa berpikir, naluri keibuannya mengambil alih. Zelava menjangkau dan meraih lengan Zorion. "Ayo, Rion. Kita pulang. Sekarang." Suaranya bergetar, nyaris tidak lebih dari sebuah desisan emosi. "Tapi Mom …," protes Zorion, bingung dengan ekspresi emosi yang jelas terpampang di wajah ibunya. Zelaza menariknya dengan kuat, memutar badan, berusaha membawa Zorion pergi dari sana, dari pria itu, dari kenyataan yang baru saja menghancurkan hidupnya. Ta