2

1006 Words
Sarapan pagi sudah tersedia, lauk pauk mewah seperti biasanya terhidang rapih di atas meja, Abirah memandang dengan sangat ingin memakan makanan mewah yang tersaji itu, tapi itu hanya sebatas ingin karena tidak mungkin akan menjadi kenyataan. "Ambilkan kunci mobil" perintah Wisma yang baru saja datang dan menarik kursi. Abirah dengan cepat mengambil kunci mobil di meja ruang tamu lalu menaruhnya dekat sang tuan yang sedang makan. "Mau makan?" Tanya Wisma. Abirah mengangguk. Sangat! Ia sangat ingin makan, tak apa walau hanya nasi yang penting ia makan. tubuhnya butuh asupan untuk kembali bertahan hidup didunia yang kejam ini. Dengan cepat Wisma mengambil satu centong nasi dan tahu goreng untuk wanita di hadapannya. "Ini" Wisma memberi piring berisi nasi dan tahu itu kepada Abirah. "Terima kasih tuan" kata Abirah hendak pergi namun di cekal oleh Wisma. "Mau kemana?"tanya Wisma dengan senyum tipis yang menakutkan. "Ke ka-kamar tuan" jawab Abirah menunduk takut. "Aku ingin sarapan, tapi aku ingin kau yang jadi sarapan ku pagi ini" jelas Wisma dengan senyum picik. Abirah mengerti dari ucapan sang tuan, sungguh ia takut tapi tak bisa menolak. Wisma bangun dari tempatnya, ia menempelkan tubuhnya pada tubuh Abirah, lalu meletakan piring yang di pegang Abirah. "Jay sudah menelfon pak" kata Artur pemuda yang statusnya menjadi sopir Wisma. lelaki yang sudah siap dengan kemeja kerjanya itu berdecak kesal dengan kehadiran sopirnya. sangat menganggu. "Kalian sungguh merusak gairahku" kesal Wisma dengan suara pelan namun terkesan menekan. Dengan kasar Wisma mendorong tubuh Abirah yang saat ini mengenakan tanktop juga jeans. Abirah menunduk malu. Pagi ini bukan untuk pertama kalinya ia terperegok oleh Arthur si sopir tampan itu, sudah sering kali Arthur melihat tubuh Abirah karena tuannya itu selalu saja melakukan perbuatan seperti tadi dimana saja. ¤¤¤¤¤ Abirah diam termenung di halaman belakang yang penuh dengan bunga. Ia mengusap setangkai mawar di tangannya, lalu mencium bau wangi bunga itu. "Kau terlihat cantik, tapi kau punya senjata tajam di balik kecantikanmu" kata Arthur menatap mawar merah yang baru di petiknya. Ia kembali termenung. "Ayah" kata itu hampir membuat tubuhnya sesak. Ia ingin bertemu ayahnya di rumah sakit, tapi ia selalu di kurung di ruamah besar ini dengan rasa sakit yang terus menderanya. "Non" seseorang menyapanya. Pria. Itu suara pria, Abirah menengok ke sumber suara. "Arthur" kata Abirah. "Sedang apa?" Tanya Arthur. "Menjaga teman-temanku"kata Abirah dengan senyuman manis. "Teman? Bungakah?" Tanya Arthur bersedikap. Abirah mengangguk dengan senyum yang teramat manis. "Boleh saya duduk?" Tanya Arthur lalu di angguki lagi dengan Abirah si wanita cantik juga mungil. "Mereka cantik bukan?" Tanya Abirah memerhatikan bunga-bunga yang di rawatnya hampir satu tahun lebih. sungguh hanya bunga bunga ini yang selalu membuatnya tersenyum. mereka sudah abirah anggap sebagai keluarga untuk abirah. "Cantik. Sangat cantik." Jawab Artur mengikuti pandangan Abirah kearah bunga bunga yang basah karena siraman air dari siperawat. "Non," Abirah mengok ke arah Arthur. " lihat bunga sepatu itu, dia cantik, tapi sayang hampir mati" kata Artur menunjuk bunga sepatu yang layu itu. "Oh, astaga, kenapa aku baru tau" Abirah terkejut sedangkan Arthur memandang Abirah sedih, bukan itu yang di makudnya. Arthur mempunyai makna lebih dari ucapannya tadi. "Non, dia mirip non" kata Artur. Abirah mengeryit tak mengerti. "Non cantik, tapi hampir mati, Arthur tau Non orang baik, tapi...kebaikan non di pandang rendah oleh Tuan, baru kali ini Arthur lihat wanita setegar Non, jika non butuh bahu untuk bersandar panggil Arthur Non" kalimat panjang itu di ucapakan oleh Arthur pemuda 20 tahun yang saat ini menjadi sopir Wisma. Arthur pergi setelah mengucapkan kaliamat itu. Dan hati Abirah sedikit nyeri setelah mendengar itu, yah, ia tahu kalau Orang-orang dirumah itu sudah tau bagaimana Wisma selalu memperbudakanya, dan itu membuat Abirah malu tapi itu dulu, sekarang ia tak begitu malu karena sudah terbiasa. dan satu satunya manusia yang pernah membuat hati abirah tersentuh adalah pria yang baru saja pergi, pria itu mempunyai hati yang baik dan juga tulus. ¤¤¤¤¤ Lelah. Kesal. Emosi. Hari ini ketiga kata itu membuat Wisma hampir pecah kepala. Bagaimana tidak, Jay photografer propesional itu membuatnya beradegan ranjang dengan seorang wanita menjijikan. Sungguh ia kesal setengah mati. "Tu-tuan, air hangatnya sudah siap" kata Abirah takut. Wisma menatap wanita itu. Ketika lelah wanita itu entah kenapa membuatnya lebih kesal lagi. wisma tidak suka mendengar suara wanita lemah ini. "berdiri disana"perintah wisma. wanita yang baru saja menyiapkan air hangat untuk sang tuan menurut, wanita itu berdiri didekat Tv dan menatap sendu mata wisma. "angkat kaki kanan mu"perintah wisma lagi. lagi dan lagi abirah menurut. "tangan kirimu"lagi. "tangan kanan" "pegang hidungmu" wisma tertawa seperti orang gila, setidaknya ia mempunyai seseorang yang nurut padanya, abirah bukanlau istrinya baginya, abirah adalah mainan untuknya sehari hari. "tetap seperti itu. sampai aku selesai mandi!"seru wisma pada abirah yang masih mengangkat kaki dan tangannya, laki laki itu pergi kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya usai membersihkan tubuh wisma kembali menengok manusia yang ia anggap sebagai mainannya. "buatkan aku omlet"perintah wisma. "baik tuan"abirah melangkah pergi kearah dapur dengan bahunya yang pegal dan kakinya yang tertatih karena sendi sendinya yang sakit. omlet saous kecap kesukaan tuannya sudah terhidang rapih, abirah diminta untuk menemani tuannya makan malam, hanya menemani tidak ikut makan. "mau?"tanya Wisma menawarkan, abirah mengangguk, perutnya memang sedang lapar, tapi tumben sekali tuannya baik, apakah ada sesuatu yang akan terjadi nantinya?? "mimpi. telan saja air liu mu. aku tidak Sudi berbagi denganmu."abirah menunduk, tuannya memang jahat, firasatnya salah, tuannya ini memang tidak akan berbuat baik pada abirah, tuannya akan selalu menyiksanya dan membuatnya merintih sakit. abirah hanya pasrah. "bereskan tempat tidurku" "baik tuan"abirah pergi kekamar wisma untuk menyiapkan banyak yang harus ditumpuk rapih dan guling yang harus ganti sarung bantal dalam 2 malam serta lampu remang remang yang harus abirah atur. "buang ini!!"teriak wisma saat mendapati pewangi ruangan yang lupa abirah ganti 2 malam ini, sungguh abirah lupa mengganti pengharum ruangan ini. "kalau sekali lagi teledor awas saja kau!! akan aku hukum sampai kau menangis dan memohon ampun! paham?!"seru wisma marah, beginilah pria itu, harus rapih dan harum ruangannya. "ba-baik tuan"balas abirah gemetar karena takut akan dihukum oleh wisma, sungguh abirah sangat takut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD