Naura masih menahan nafas ketika tangan Arkan berpindah ke tengkuknya, menahan kepalanya agar tetap di tempat. “Kamu bisa menebak apa yang saya mau kan?” bisik Arkan menggoda. Naura mencengkram kemeja di d**a Arkan. Perutnya terasa seperti dihuni puluhan kupu-kupu. Ia gugup luar biasa. Ditambah aroma parfum Arkan yang maskulin, Naura semakin tak bisa menolak atmosfer intim yang segera terbangun di antara keduanya. Arkan membelai rambut Naura lembut, sengaja menggoreskan ujung jarinya ke wajah gadis itu, membuat tubuh Naura bereaksi semakin memanas karena sentuhan-sentuhan halus yang sensual. “A-apa?” lirih Naura dengan suara sedikit tercekat. Ia tahu, tapi ia tak berani menebak. “Haruskah saya beritahu atau… saya langsung tunjukkan aja?” goda Arkan kemudian. Nafas Naura semakin cepat