“Sa-kit….” Audri mencengkram tangan Aslan sekuat tenaga, kuku-kukunya menancap ke kulit sang suami. Tapi Aslan bergeming, membiarkan Audri melakukan apapun yang ia inginkan. Rasa sakit di tangannya tentu tak sebanding dengan rasa sakit yang sekarang tengah dirasakan Audri. “Tahan, Sayang, dikit lagi, ya?” Aslan membelai rambut Audri dengan tangannya yang lain, mencoba menenangkan. Audri menatap Aslan, mengiba, menggeleng. “Udah nggak tahan. Sakit banget….” Air mata nyaris tumpah dari mata Audri. Keringat sebesar biji jagung menghiasi wajah cantiknya. Aslan menoleh pada bidan yang sejak tadi menemani sang istri. “Sus, istri saya udah nggak kuat ini,” ucapnya panik. “Sebentar ya, Pak.” Bidan itu segera berpindah ke bagian bawah kasur, melakukan pemeriksaan pada pembukaan jalan lahir Audr