Keenan begitu gugup ketika ia berdiri dan memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Dengan setelan formal sesuai tema, Keenan merapikan pakaiannya dibantu oleh Elina. Keenan terlihat tampan, tidak, pria itu terlalu tampan. Elina memandangi putranya itu, tersenyum hangat kemudian berkata, “Tarik napas dalam kemudian hembuskan,” ujarnya memberi aba-aba. Karena Elina tahu jika sekarang Keenan begitu gugup. Keenan terkekeh pelan. Kemudian mengikut arahan Elina untuk menarik napas dalam. Namun, meski begitu rasa gugup Keenan masih bersarang dan sama sekali tidak berniat pergi. “Sekarang waktu kita untuk berangkat.” Elina mengangkat pergelangan tangan, menunjuk area itu seolah ada jam tangan yang melingkar manis di sana. Keenan menghela napas sekali lagi. Kemudian mengangguk pelan. “Ayo k