BAB 11

1012 Words
Pagi mulai menyapa. Cahaya mentari pagi menerobos masuk melalui sudut jendela. Perlahan cahaya hangat itu membelai lembut pipi seorang gadis yang tengah tertidur pulas. Tet Tet Tet .... Seakan tidak ingin tertinggal. Alarm mengeluarkan suaranya dengan keras dan berhasil membangunkan gadis itu dari tidurnya. Milly membuka kedua matanya perlahan. Ia pun segera beranjak kemudian merentangkan kedua tangannya ke atas. Gadis itu tertidur pulas sepanjang malam dengan suasana hati yang gembira. Bagaimana bisa dirinya tidak bahagia? Matanya disuguhkan pemandangan yang luar biasa indah sebelum tidur. Sekali lagi gadis itu ingin melihat pemandangan yang katanya juga bagus saat di pagi hari. Ia pun beranjak turun dari kasur lalu membuka jendela dengan lebar. "Wah." Milly tidak bisa berkata-kata setelah melihat pemandangan di depannya begitu indah. Udara pagi yang segar, dan suara burung yang berkicau merdu, membuat Milly sangat takjub. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, membiarkan paru-parunya diisi oksigen yang tidak tercampur polusi sama sekali. "Astaga. Ini benar-benar menakjubkan!" seru Milly senang. Tok Tok Tok! Seseorang mengetuk pintu dengan lembut. "Itu pasti Mas Keenan!" gumam Milly seraya membuka langkah. Milly membuka pintu dan mendapati seorang laki-laki tidak dikenalnya berdiri dengan secangkir s**u hangat di tangannya. "Ini s**u dari Mas Keenan. Saya disuruh mengantarkan ke sini." Beri tahunya sambil menyerahkan secangkir s**u itu. "Bawa saja kembali," tolak Milly. "Lalu Mas Keenan di mana?" Milly tidak akan pernah mau menerima makanan dari orang asing. Meskipun katanya itu dari Keenan, namun bukan Keenan langsung yang menyerahkannya. Milly tidak akan pernah tahu jika makanannya diracuni atau tidak. Maka dari itu ia menolaknya. "Mas Keenan pagi-pagi sudah keluar. Katanya lari pagi," sahut laki-laki itu kemudian mengundurkan diri. Setelah kepergian laki-laki tersebut, Milly langsung mengunci pintu kamar dan jendela yang sudah ia buka lebar. Ternyata di villa ini tidak hanya ada mereka berdua melainkan ada orang lain. Mengetahui hal itu Milly kembali diserang rasa takutnya dan bersembunyi di balik selimut. Dengan tangan yang bergetar hebat, Milly berusaha menghubungi Keenan untuk meminta Pria itu segera kembali ke villa. "Ha-halo, Mas Keenan." Suara Keenan nampak panik di seberang sana begitu mendengar suara Milly yang bergetar saat meneleponnya. "Mas Keenan cepat ke sini," pinta Milly dengan suara lemas. Keenan menjawab bahwa dirinya akan segera pulang dan meminta Milly menunggu dengan tenang sampai dirinya tiba. Sepuluh menit berlalu sejak Milly menelepon, Keenan akhirnya tiba di villa. Pria itu mengetuk pintu dengan sejuta rasa khawatir bersarang di dalam dadanya. "Milly, ini saya Keenan," ujarnya. Klik! Begitu pintu terbuka Keenan mendapati Milly berdiri di balik pintu dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya. "Are you okay?" Keenan memegangi pundak Milly yang terkulai lemas. "Aku takut ...." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Milly. Segera Keenan menarik Milly ke dalam pelukannya. *** Milly terduduk lemas di atas kasur sedangkan Keenan berjongkok di bawah sambil memegangi tangan gadis itu. Sedari tadi Milly membungkam rapat mulutnya membuat Keenan kebingungan, hal apa gerangan yang membuat Milly begitu ketakutan. Keenan menatap sekeliling, Pria itu tidak menemukan secangkir s**u yang sudah ia olah sebelum berlari pagi. Ia pun beranjak berniat untuk mengambil s**u itu di dapur. "Mas, mau kemana?" Milly menangkap tangan Keenan. "Ke dapur sebentar, mau ambilkan s**u untuk kamu." Milly menggeleng pelan. "Enggak usah. Tadi sudah diantarkan ke sini tapi Milly suruh bawa lagi. Kenapa Mas Keenan tinggalin Milly padahal di villa ini ada laki-laki itu juga?" Keenan tertegun sejenak, sekarang ia tahu apa penyebabnya. Penyebab Milly begitu ketakutan setengah mati adalah karena keberadaan Arjuna, orang yang Keenan percaya untuk merawat villa miliknya. "Jadi kamu sangat ketakutan karena dia? Saya minta maaf karena hal itu kamu jadi ketakutan seperti ini. Tapi asal kamu tahu, dia bukan orang jahat." Keenan menjelaskan. Keenan menceritakan pada Milly bahwa selama beberapa tahun terakhir ini Arjuna adalah salah satu orang kepercayaannya. Arjuna hanyalah anak yatim piatu yang ia temui saat villa ini dibangun. Karena sikapnya yang baik dan jujur, membuat Keenan tertarik untuk mempercayakan villa miliknya dirawat oleh Arjuna. "Ayo ke dapur, kita sarapan dulu. Setelah itu kita pulang," ajak Keenan. Ia harus segera kembali karena pekerjaan sudah menunggunya untuk diselesaikan. Mereka berdua pun bergegas ke dapur untuk sarapan. Sarapan pagi ini hanya menu biasa, selembar roti dan segelas s**u sesuai permintaan Milly. Setelah selesai mengisi perut, keduanya kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri sekaligus bersiap-siap untuk kembali ke kota. Empat puluh lima menit waktu bagi Milly untuk mengerjakan semuanya dan kini gadis itu sudah tampil cantik dengan pakaian kasual yang ia kenakan. Begitupun dengan Keenan yang tampak rapi dengan kemeja putih dan celana bahan berwarna navy. "Mas Keenan rapi banget," tegur Milly begitu melihat Keenan. Keenan tersenyum tipis. "Nanti setelah mengantar kamu saya harus segera ke kantor," sahutnya. *** Sekarang mobil Keenan tiba di depan pagar rumah Milly. Gadis itu memberitahu Keenan bahwa Pria itu cukup sampai di sini saja mengantarnya, tidak perlu sampai di depan rumah. "Tapi halaman rumah kamu kan luas sekali. Nanti kamu capek," ujar Keenan. Milly tersenyum lebar. "Enggak kok. Mas Keenan ngantar nya sampai di sini aja," sahutnya sembari keluar dari mobil. Milly melambaikan tangannya untuk mengantar kepergian Keenan. Gadis itu sangat berterima kasih karena Keenan dirinya dapat memiliki waktu yang sempurna. Begitu Milly memasuki rumah, ia sudah disambut oleh kedua orangtua nya. Rosalie langsung berlari menghampiri putri semata wayangnya sedangkan Mr. Andrew duduk di sofa dengan tatapan tajam memandang putrinya. "Habis dari mana kamu?" tanya Mr. Andrew ketus. Milly meneguk saliva dengan susah payah, ia tahu jika dirinya akan dimarahi habis-habisan. Entah dirinya menjawab dengan kebohongan ataupun kejujuran, tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan dirinya. "Papa tahu selama kami ke luar negeri kamu sering pergi ke luar. Bahkan ada seorang Pria yang datang kemari mencari kamu. Siapa dia?!" Suara Mr. Andrew terdengar sangat marah. Rosalie segera mendekap Milly ke dalam pelukannya. Wanita itu takut jika suaminya akan kalap dan berujung memukul putri kesayangannya sendiri. "Jawab Papa, Milly!" Mulut Milly seakan kelu. Ia tidak dapat mengeluarkan suara sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaan Ayahnya. Jantungnya berdebar kencang, ia sangat ketakutan. "Sayang, kamu bisa bercerita nanti sama Mama di saat kamu sudah tenang. Sekarang kamu pergi ke kamar dulu. Tenangkan diri kamu, oke?" Rosalie menengahi ketegangan di antara suami dan putrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD