Milly langsung bergegas keluar dari mobil begitu mereka sampai di villa. Perutnya terasa sangat mual hingga membuatnya ingin muntah. Keenan yang melihat hal itu lantas menghampiri Milly lalu mengusap punggung gadis itu guna membantu meringankan rasa mualnya.
"Kamu selalu seperti ini jika merasa panik?" tanya Keenan. Tangannya menyibak surai indah Milly, menyelipkannya ke sela telinga gadis itu.
"Maaf, Mas. Tapi sebaiknya Mas Keenan masuk saja. Milly nggak enak kalau muntah di depan Mas Keenan," ujarnya.
Milly kembali merasa mual, seluruh isi dalam perutnya seakan memaksa untuk keluar semua.
Keenan yang melihat Milly terus menerus muntah membuatnya jadi gelisah. Bagaimana jika gadis itu jatuh sakit? Mereka tidak membawa obat sama sekali dan rumah sakit ataupun apotek jaraknya sangat jauh dari sini.
"Kita masuk dulu ke dalam. Kamu harus istirahat."
Keenan meraih tubuh mungil Milly lalu menggendongnya ala bridal style.
"Jangan sampai kamu sakit. Saya tidak bisa membiarkan hal itu terjadi." Keenan berujar serius.
Di dalam gendongan Keenan, Milly terkulai lemas. Begitu sampai di kamar, Keenan langsung merebahkan Milly di atas kasur lalu menutupi tubuh gadis itu dengan selimut tebal.
"Kamu tunggu di sini. Saya akan menyiapkan teh madu hangat untuk kamu."
Sepeninggal Keenan ke dapur, Milly menggigil di balik selimutnya. Suhu tubuh gadis itu perlahan naik dari sebelumnya. Ia tidak menyangka jika akan berakhir seperti ini.
Keenan kembali dengan secangkir teh hangat di tangannya. Pria itu nampak jelas sangat khawatir terhadap Milly. Tidak lupa ia membantu Milly untuk meminum teh yang sudah ia olah sepenuh hati.
"Sepertinya kamu demam," ucapnya gelisah, "Ayo kita ke rumah sakit!" Keenan kembali hendak menggendong Milly namun dicegah.
"Nggak perlu, Mas. Nggak lama nanti juga demamnya reda kok." Suara Milly terdengar sangat pelan.
Keenan mendesah kasar. "Tapi di sini tidak ada obat untuk meredakan demam kamu," ujarnya.
Milly menggeleng pelan, matanya ia tutup karena merasa panas. "Nanti demamnya reda sendiri kok. Sudah biasa seperti ini." Beri tahu Milly.
Keenan hanya bisa pasrah karena Milly menolak untuk pergi ke rumah sakit. Dengan setia ia menemani Milly yang sudah terlelap beberapa saat yang lalu. Sedetikpun Keenan tidak ingin beranjak dari duduknya di samping Milly. Ia ingin memastikan jika perkataan Milly benar dan menunggu demamnya mereda. Karena kalau demamnya tidak kunjung reda, Keenan akan membawa Milly ke rumah sakit meskipun gadis itu menolak.
Ternyata perkataan Milly benar. Sekarang suhu tubuh gadis itu kembali normal. Keenan menatap jam di dinding dan mendapati hari mulai malam. Keenan pun beranjak, mereka berdua harus makan sesuatu.
***
Dengan cekatan Keenan mulai mengeksekusi satu persatu bahan makanan yang tersedia. Selama ini villa miliknya di rawat dan di jaga oleh orang kepercayaannya. Meskipun Keenan jarang berkunjung kemari tetapi villa ini di rawat seolah-olah Keenan ada. Maka dari itu bahan makanan dan beberapa sayuran segar selalu tersedia.
Keenan selalu saja memiliki nilai lebih untuk setiap hal yang ia lakukan. Apalagi saat memasak seperti ini, wajahnya yang rupawan tampak begitu mempesona. Jika saja setiap gadis yang melihat momen ini pasti akan langsung terjatuh dalam kubangan cinta Keenan.
"Mas Keenan," sapa Milly. Gadis itu memposisikan diri di atas kursi makan yang terletak di samping Keenan.
"Sudah bangun? Kamu pasti lapar, tunggu saya memasak untuk kamu," sahut Keenan seraya sibuk memasak.
Milly menopang dagunya di tangan, menyaksikan dengan seksama Keenan yang sedang asyik memasak.
"Apa sih yang nggak bisa dia lakukan?" gumam Milly dalam hati.
Gadis itu merasa Keenan dapat melakukan banyak hal. Tidak ingin berdiam diri, Milly menawarkan bantuan pada Keenan. Meskipun dirinya tidak bisa memasak namun ia tetap ingin membantu.
Kerja sama yang baik antara Milly dan Keenan nyatanya dapat mempersingkat waktu memasak. Sekarang mereka berdua tinggal menikmati hidangan yang dimasak oleh Keenan.
Milly mendelik takjub, masakan yang dibuat Keenan ternyata sangat lezat.
"Pelan-pelan makannya. Nanti tersedak," tukas Keenan begitu melihat Milly yang nampak antusias saat makan.
Milly tersenyum lebar. "Habisnya masakan Mas Keenan enak banget." Gadis itu kembali menyuap makanan yang ada di piring.
Setelah makan malam, Milly bergegas pergi ke balkon. Katanya ia ingin menikmati pemandangan di puncak saat malam hari dan menikmati bintang di langit.
"Wah! Indah banget!" seru Milly takjub. Gadis itu langsung terpesona dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Keenan terkekeh geli begitu melihat ekspresi Milly. Pria itu langsung berdiri di samping Milly kemudian menyampirkan selimut di bahu gadis itu. "Pakai ini. Udara di sini sangat dingin." Ujarnya.
Sambil menikmati pemandangan mereka berbincang banyak hal. Keenan memberitahukan hal-hal yang tidak Milly ketahui sebelumnya. Dan Milly mendengarkan dengan sepenuh hati apa yang Keenan ceritakan.
Sesekali Milly mengusap telapak tangannya untuk mengusir rasa dingin. Tidak hanya sekali, Milly melakukan hal itu berulang kali.
"Kamu kedinginan?" tanya Keenan.
"Sedikit." Milly berdalih, padahal ia sangat kedinginan.
"Boleh saya peluk kamu?" tanya Keenan lagi.
Milly mengangguk setuju. Jika hanya berpelukan bukan masalah besar untuknya.
Keenan mendekap erat tubuh Milly ke dalam pelukannya. Pria itu memeluk Milly dari belakang. Sempurna sudah adegan romantis malam ini. Melihat bintang sambil berpelukan.
"Kamu tahu 'kan kalau saya itu sayang sekali sama kamu," ucap Keenan tiba-tiba.
Milly hanya bergeming, selain dirinya tidak menyangka Keenan akan mengatakan hal demikian juga karena ia cukup terkejut. Selama ini Milly tidak pernah mengira ataupun berpikir jika Keenan menaruh hati untuknya.
"Saya hanya mengatakan ini supaya kamu tahu bagaimana perasaan saya. Saya tidak mengatakan ini untuk memulai hubungan," lanjut Keenan, "Mau jalan-jalan di sekitar sini?"
***
Sudah lama sekali sejak Keenan pergi berjalan-jalan seperti ini. Terakhir kali dirinya mengunjungi villa adalah empat bulan yang lalu. Setelah itu dirinya disibukkan dengan pekerjaan yang sangat padat. Villa milik Keenan terletak di tempat yang sangat strategis, menyuguhkan pemandangan yang sangat indah baik di malam ataupun siang hari.
Seperti biasa, angin malam berhembus kencang tapi tidak cukup untuk menembus pakaian tebal yang mereka kenakan. Suara jangkrik seolah irama merdu yang menyanyikan lagu cinta untuk sepasang anak manusia ini. Dan cahaya terang dari bintang yang berhamburan di langit luas, membuat malam menjadi sempurna.
Milly sedikit berlari. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Jangan berlari. Nanti jatuh!" teriak Keenan.
Milly tertawa geli. "Mas, aku tuh bukan anak kecil tahu!" sahutnya dan tetap berlari kecil meninggalkan Keenan di belakang.
Tidak ingin tertinggal, Keenan pun ikut berlari menyusul Milly. Karena jika tidak menyusul, ia takut Milly berlari terlalu jauh kemudian tersesat. Itu akan menjadi hal mengerikan jika benar terjadi. Kehilangan Milly di depan matanya, Keenan tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.