BAB 2

740 Words
Ismail bengong ketika masuk kesebuah kantor yang besar dan tinggi. Kepalanya sampai sakit ketika melihat ke atas gedung. Rasanya puncak gedung tidak terlihat. "Hey, ngapain kamu, buruan!" Bentak Sasha. Mail tersadar dan buru-buru mengikuti langkah Sasha. Ketika Sasha masuk, semua karyawan langsung tunduk memberi hormat. Ismail sampai bengong. Cewek di kota ternyata sangat di hormati ya? Edan tenan. Ismail cuma cengar-cengir saja melihat karyawan yang sedang memperhatikan nya. Mail kaget saat Sasha di telan sebuah pintu yang bisa tertutup dan terbuka sendiri. Mail bengong di tempatnya. "Loh, mbak Sasha...mbak Sasha!!!" Teriak mail. Membuat karyawan yang melihatnya bingung. Tak lama pintu itu terbuka lagi, nampak Sasha kesal di sana. Di tariknya lengan mail dan mail pun masuk ke dalam. Mereka berdua berada di dalam lift dan ketika lift mulai berjalan. Ismail langsung jongkok. Membuat Sasha semakin kesal. "Kamu ngapain sih? " "Gempa mbak," ujarnya ketakutan. Dan menarik lengan Sasha hingga Sasha ikut jongkok bersamanya. Wajah mereka bertemu dan saling tatap. Jantung Mail langsung berdegup kencang. Wangi rambut Sasha begitu menggoda. Harum hingga menusuk jantung hatinya. Sasha mendorong Mail hingga jatuh dan Sasha buru-buru bangun dan merapihkan rambutnya. "Gila kamu ya, jangan aneh-aneh ya sama saya!" Ancamnya. Mail bangun dan mengangguk, merasa bersalah ia. Tak lama pintu terbuka dan mereka keluar dari sana. Sasha memasuki ruang HRD dan memanggil Rio untuk membantunya mewawancarai mail. Rio pun mengangguk dan meminta Ismail untuk mengikutinya ke sebuah ruangan khusus untuk di wawancara. Mail hanya mengikuti saja, yang penting dirinya bisa bekerja di kantor sebagus ini. Apakah nasibnya akan baik setelah ini ya. Ismail hanya bisa berdoa di dalam hati. "Silahkan duduk," ujar Rio. Ismail mengangguk dan duduk di kursi yang empuk. Menatap Rio dengan wajah was-was tapi juga berharap. Semoga ia benar di terima di kantor ini agar ia tak jadi gelandangan. Ismail melirik kebelakang. Ternyata Sasha sudah tak ada di sana. "Siapa namamu?" Tanya Rio. "Taufik Ismail, pak." "Pernah kerja sebagai apa?" "Bengkel kecil, pak." Rio mengangguk."boleh lihat surat lamaran mu?" Ismail kebingungan. Karena ia belum membuat surat lamaran, la wong ke sini aja dadakan. Akhirnya Ismail menggelengkan kepalanya membuat Rio mengerutkan keningnya. "Kamu tidak bawa?" "Iya." "Lalu, apa tujuan kamu kesini?" Ismail bingung harus jawab apa. Mana Sasha sudah tidak ada lagi. Bagaimana ini. "Saya mau kerja pak, kata mbak Sasha mau kasih saya kerjaan jadi Ob. Makanya saya ikut mbak Sasha ke sini. Karena dadakan jadi saya endak sempat buat surat lamaran," jelas Ismail. Rio menghela nafas dan menelpon seseorang menggunakan telepon kantor. Yang di taruh di meja kerja. "Hallo, panggil Bu Sasha." Ismail merasa senang karena Sasha akan kembali kesini. Jujur Ismail agak grogi dengan orang-orang yang belum terlalu ia kenal. Kalau ada mbak Sasha kan lumayan ngurangi rasa grogi. Tak lama Sasha muncul dengan wajah datarnya. Tangannya bersidekap. "Apa sih, aku sibuk." Rio menatap Sasha lalu menatap Ismail. "Dia ini siapa? Kenapa mau lamar kerja tidak bawa surat lamaran?" Rio to the point. "Oh, tadi dia bantuin saya di jalan, karena seperti gembel aku ajak saja ke sini untuk bekerja jadi Ob. Kita kurang ob kan? Masukkan saja dia." Sasha langsung keluar ruangan tanpa melirik ke arah Ismail. Rio mendengus kesal sekali. Ismail bisa melihat raut itu. Kalau Ismail jadi Rio juga seperti nya akan marah, karena Sasha sudah tidak sopan terhadapnya. "Yasudah, kamu saya terima. Tunggu di sini." Rio keluar ruangan dan mencari Asep penanggung jawab ob. Tak lama Rio dan Asep muncul. "Kenalkan Sep, namanya..." Rio melirik Ismail. "Taufik Ismail, pak." Rio mengangguk. "Namanya Taufik Ismail, kami ajak dia ke ruang pentry dan beritahu apa saja kerjaannya. Kasih seragamnya juga ya." Asep mengangguk dan mengajak Ismail ke ruangannya. Yaitu pantry. Saat Asep sedang menjelaskan beberapa hal muncul karyawati cantik dan imut. "Eh, pak Asep di sini toh, lagi apa?" Tanyanya. "Eh Mbak Kimmy, ini mbak ada ob baru," jawab Asep. Kimmy langsung menatap Ismail dan tersenyum. "Wih, ganteng. Hallo, aku Kimmy." "Ismail, mbak." Ismail menjabat tangan lembut dan mungil mirip Kimmy. Kimmy langsung tersenyum dan kembali melihat ke arah Asep. "Bikinin aku teh anget ya, Abang ganteng." Asep mengangguk dan mengacungkan jempolnya. "Makasih, by Abang Asep, by Abang ganteng Ismail." Kimmy keluar dan membuat Ismail lega. "Mbak Kimmy emang ramah sama karyawan kaya kita, yang lain mah boro-boro mau nyapa kita. Nanti juga Lo akrab sama mbak Kimmy." "Ia mas, makasih ya mas." Asep mengangguk. Dan memberikan seragam untuk Ismail. "Selamat bekerja di kantor Astra!" Ismail tersenyum dengan seragam baru yang berwarna biru cerah. Secerah hatinya saat ini.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD