Citra menghempaskan tubuhnya di kasur yang lama ditinggalkannya itu. Beberapa bulan menikah dan tinggal bersama Raka, ia jarang sekali tidur di kamar lamanya tersebut. Meski dua pekan sekali ia kerap mengunjungi kedua orang tuanya, tapi Raka jarang sekali mau diajak menginap. Laki-laki itu lebih memilih untuk membawa Citra kembali ke apartemennya. Begitupun ketika Citra berkunjung ke rumah ibu mertuanya. “Sayang,” Hayu masuk ke kamar putri kesayangannya setelah mengetuk pintu. “Citra kangen kamar ini.” Hayu tersenyum. Sudah hampir setengah tahun sejak si bungsu meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya. “Seringlah mampir ke sini.” “Abang sibuk, Ma. Citra juga gak dibolehin bawa mobil sendiri.” Hayu tertawa. Dia ingat ketika anaknya itu cemberut karena dibelikan mobil baru tapi tak