Ibunya, Kumala, menyembul dari balik pintu yang terbuka perlahan. Wajahnya semula terlihat datar, mengira mungkin hanya tamu biasa atau tetangga yang datang. Namun begitu melihat sosok Vivian berdiri di ambang pintu dengan tas selempang dan senyum rindu, wanita itu tertegun sejenak. “Vivian?” ucap Kumala pelan, seperti tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Vivian langsung mengangguk dan tersenyum lebar. “Iya, Bu…ini aku.” Mata Kumala seketika memerah. Dia langsung membuka pintu lebih lebar dan memeluk anak perempuannya erat-erat. “Ya Tuhan…Ibu kira kamu nggak bisa pulang,” gumamnya terbata, menahan tangis haru. “Aku usahain, Bu. Aku rindu sekali,” jawab Vivian, matanya berkaca. Pelukan hangat itu berlangsung lama. Tak ada kata yang bisa menggantikan perasaan bahagia seorang ibu yang