Vivian mengelus kepala Keira pelan, lalu menatap satu per satu anak-anak di sekitarnya dengan senyum lembut, walau hatinya mendadak berdebar tak tentu arah. Ia tahu permintaan mereka begitu tulus, begitu hangat...namun rumah ini—sederhana, sempit, dan tak punya fasilitas layaknya rumah mereka. Dia mereguk saliva pelan lalu menatap ke arah Leonard yang berdiri tak jauh dari situ, masih memerhatikan mereka dalam diam. Vivian akhirnya bersuara pelan, hampir seperti berbisik, namun cukup terdengar oleh Leonard. “Pak Leonard…saya bukannya tidak mau. Tapi… rumah saya nggak seperti rumah kalian. Tidak ada kamar besar, tidak ada tempat tidur empuk, bahkan mungkin mereka bakal nggak nyaman tidur di sini. Dan…saya juga nggak tahu, apakah Bapak mengizinkan mereka bermalam di tempat seperti ini?” A