Dalam lelapnya, Leonard terjebak dalam mimpi yang begitu nyata. Hujan turun deras. Langit mendung menggulung pekat. Di tengah guyuran itu, berdiri sosok wanita bergaun putih yang begitu dikenalnya—Karen. Wajah itu, senyuman itu, begitu hangat dan lembut seperti yang selalu dia ingat. Rambutnya basah, namun matanya bercahaya. Langkahnya perlahan mendekat, menembus hujan tanpa satu tetes pun menodai ketenangan di wajahnya. “Leonard...” suara itu mengalun lirih namun sangat jelas. Leonard mematung di tempatnya, menatap tanpa bisa bicara. Bibirnya bergetar. “Karen...” Wanita itu tersenyum, lalu berkata, “Sudah cukup. Aku tahu kau menyesal...dan aku sudah memaafkanmu.” Air hujan menyamarkan air mata yang mengalir di pipi Leonard. Karen melanjutkan, “Maafkan aku juga...karena tak memberi