Part 7 : Flasback

798 Words
"Kinan! Dimana kamu?!" Teriak seorang laki-laki yang baru saja masuk ke rumah megah miliknya. "Sebentar mas.." jawab seorang wanita berdaster lengkap dengan serbet yang tergantung di pundaknya. Wajah wanita ayu itu nampak lusuh dan terlihat kelelahan, dengan bulir-bulir keringat di leher dan pelipisnya, belum lagi luka dibibir yang belum serratus persen mongering, membuatnya semakin kelihatan menyedihkan. "Maaf mas, tadi aku habis lap-lap di dapur.." lirih wanita itu, Pandhu nampak tak peduli. "Mas butuh sesuatu?" tanya lirih wanita itu dengan segaris senyum pada bibirnya yang nampak pucat, ia memang sering sakit-sakitan belakangan ini, ya meskipun hanya sakit ringan namun ia tak pernah memilik waktu istirahat barang sejenak saja, dulu ia pikir setelah ia menikah dan k menjadi ibu rumah tangga ia  akan memilik  waktu yang luang untuk memanjakan dirinya, sekarang jangankan memanjakan diri, ia bisa tidur dengan nyenyak saja sudah sangat bersyukur. "Lepas sepatuku" titah Pandu pada Istrinya. Laki-laki itu adalah Pandu Ardiano. "Buruan!" sentaknya lagi, ia paling tak suka ditatap lama-lama oleh wanita itu. "I-iya mas." Kinanthi segera duduk di depan kaki suaminya, dan mulai melepas ikatan pita pada sepatu suaminya dan kemudian membuka kaus kaki milik suaminya dan menaruhnya disisi karpet. Sementara Pandu hanya memandang datar Kinanthi, yang nampak seperti seorang dayang untuknnya. Wanita angkuh itu ternyata mudah sekali ditakhlukan, bahkan terlalu naif untuk wanita dewasa seukuran dirinya. Benar-benar payah, namun baguslah. Ini jackpot untu Pandhu. Tujuannya menikahi Pewaris Tunggal Keluargra Bratawijaya dan menguasai seluruh kerajaan bisnis milik mmereka terlaksana dengan mulus karena putri mereka yang katanya berpendidikan dan pandai itu ternyata begitu naif dan dengan mudahnya jatuh dalam perangkapnya hanya dengan modus cinta. Tangannya terulur untuk menarik jepit rambut milik Kinanthi. Rambut hitam legam milik Kinan tergerai indah. "Mas?" Kinanthi mendongak menatap suaminya yang kini sedang memandang dirinya dengan seringai yang begitu menakutkan. Tiba-tiba Pandu menarik rambut Kinanthi dengan kasar. "Buka baju lusuh mu sekarang juga!" bentak Pandji sambil mendorong Kinanthi. Kinanthi hanya bisa pasrah. Ia tak kuasa menolak sang suami. Ia terlalu takut dengan kemarahan Pandu. Kinan melepas 4 kancing dasternya, kemudian ia mulai melucuti satu persatu kain penutup tubuhnya. "Naik ke sofa!" titah Pandu dan lagi Kinanthi hanya menurut saja. "Menungging!" imbuh Pandu, bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, lagi-lagi Kinan menurut saja. Pandu memandangi istrinya yang sedang menungging dari belakang. Ia tersenyum memandangi kemolekan tubuh Kinanthi. Pandu berdiri di samping sofa tempat Kinanthi menungging. Kinanthi berdoa dalam hatinya. Semoga Pandu tidak akan berlaku kasar seperti biasanya. Mulutnya terus merapalkan doa-doa PLAKKK Kinanthi tersentak, Ia menggigit bibir bawahnya saat Pandu menampar bokongnya dengan sangat kencang. PLAKKK Rasa panas dan perih menjadi satu hingga Kinanthi tak mampu lagi membendung air matanya. PLAKKK PLAKK PLAKK Pandu semakin menggila, ia tak peduli dengan jeritan Kinan yang nampak begitu kesakitan hingga berkali-kali memintanya untuk berhenti. Pantat Kinan sudah sangat merah, seluruh tubuh Kinanthi dipenuhi keringat. "Aaaaaaaaa" Teriak Kinan menggelegar saat Pandu memasukan juniornya di inti tubuh kinan dalam keadaan kering. Kaki kinan gemetar hebat.Ia tak sanggup lagi. Namun Pandu tetap memompa miliknya dengan cepat dan tak beraturan. Kinanthi mendesah hebat, walau rasa sakit yang lebih mendominasi. Hingga Pandu mendapat pelepasannya dan pergi begitu saja, meninggalkan Kinan dalam kondisi yang jauh dari kata baik. Kinanthi mengatur nafasnya. Ia hanya diam saja, rasanya ia tak mampu bangun bahkan hanya untuk mengambil daster lusuh miliknya. "Nan.. Nan.. Hey.. Bangun.." Pandji menepuk-nepuk pipi Istrinya yang sejak tadi menangis dalam mimpinya. "Hahh..hah..hahh.." Kinan terengah-engah ia mengusap wajahnya yang basah dengan air mata dan kringat. "Kamu kenapa?" Tanya Pandji sambil mengelus rambut Kinan yang berantakan. "hikss..hiksss.. Dia jahat.. Dia jahatt " Racau Kinanthi sambil membenamkan wajahnya di d**a telanjang milik Pandji. "Tenang ya.. Kamu cuma mimpi." lirih Pandji, tangan kanannya menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka, sementara tangan kanannya setia mengelus pundak Kinanthi. Kita tidur lagi ya?" Pandji merebahkan tubuhnya dan tubuh Kinan. Ia hendak memeluk Kinanthi. Kinanthi reflek menghentikan tangan Pandji "No, please don't touch me.." lirih Kinan. Rasa takutnya pada sosok laki-laki mendadak datang lagi. Ia menatap was-was Pandji. Kinan tidur membelakangi Pandji, dengan perasaan campur aduk. Ia mendadak dihantui bayang-bayang masa lalunya, dimana Pandu menjadikannya tak lebih dari binatang pemuas nafsu, mennyetubuhinya  tanpa ampun, memberinya berkas kesakitan yang entah dapat ia sembuhkan atau tidak.. Sementara Pandji menatap heran punggung Kinanthi. Bahkan mereka bercinta begitu panas semalam. 'ada apa denga Kinan?' Batin Pandji. Rasanya tak mungkin kalau Pandji menyakiti Kinanthi, karena malam tadi mereka sama-sama saling menginginkan dan sama-sama terbuai satu sama lain. Suasana begitu hening, mereka sama-sama tak dapat menutup mata, padahal jam dinding baru menunjukkan pukul 2 pagi lewat limabelas menit. "Nan?... Sudah tidur?" tanya Pandji yang sejak tadi memandang punggung putih milik Kinan, tangannya hendak bergerak meraba pungung itu, namun ia urungkan. Kinan memilih diam tak bergeming, Ia benar-benar merasa takut, seolah jika ia bergerak sedikit saja.. Tubuhnya akan hancur, ia merasa begitu rapuh dan siap hancur kapan saja. "Aku tau kamu tidak tidur. Istirahatlah. Aku harap kamu bisa bercerita padaku besok pagi." Final Pandji. Ia pun memposisikan tubuhnya membelakangi Kinan. Pandji mulai menutup matanya, sementara Kinanthi masih melamun, tiba-tiba potongan-potongan masa lalunya datang kembali, seolah menghantuinya, bersiap mengisi malamnya dengan mimpi buruk.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD