Kinanthi membuka matanya yang masih terasa berat. Ia mengusap-usap kening dan pelipisnya, kelapanya terasa sedikit pusing karena efek dari menangis semalam, tenggorokannya pun terasa begitu kering.
Kinan tak mendapati Pandji di sampingnya. Namun netra coklatnya terpaku pada seikat bunga mawar merah yang berada di nakas dekat sofa kamarnya, sejenak rasa pusingnya teralihkan, ia memang penggila mawar merah bahkan ia menanam ratusan pohon mawar merah dihalaman rumahnya yang begitu luas.
Kinan beranjak dari tempat tidur lalu meraih jubah tidurnya. Ia mengikatkan tali pada jubah tidurnya sambil berjalan ke arah sofa, menutupi tubuh polosnya.
Kinan tak berniat mengambil seikat bunga itu. Ia hanya mengamatinya saja, takut-takut kalau mawar dihadapannya ini adalah mawar yang ia tanam di halaman belakang. Akan Kinan pastikan jika itu benar mawar-mawar kesayangannya ia kan memotong junior Pandji hinngga habis.
Dan ternyata bukan. Syukurlah....
Syukurlah, ia tak perlu memotong junior Pandji, itu terlalu perkasa dan sayang untuk dipotong.
Kinan mengambil secarik kertas yang terselip pada batang-batang mawar itu.
-Good morning my wife❤ You are so hot last night:* -
Youre Husband
Kinan tersenyum simpul, tangannya hendak meraih seikat bunga dari suaminya itu.
Bohong jika Ia tak tersentuh. Pandji begitu romantis dan lembut pada dirinya. Namun lagi-lagi kelebatan masa lalunya saat bersama Pandu dulu datang kembali.
Kinanthi mengambil seikat bunga itu dengan kasar dan memasukabnnya ke tempat sampah kecil di dekat pintu kamarnya.
Ia muak, Ia benci denga makhluk bernama laki-laki, semua laki-laki sama brengseknya dimata Kinanthi.
Ia tak ingin terlena, lelaki memang akan selalu seromantis ini jika sudah mendapat hak nya.
Kinan segera masuk ke kamar mandi.
"b******n!" geram Kinanthi saat membuka jubah tidurnya di depan kaca wastafel.
Bekas cupang yang di buat Pandji memenuhi rahang,leher, d**a, dan perutnya.
"Menjikikan!! Argghhhhhh!!!!" teriaknya membahana sambil memporak porandakan semua kosmetik mandi miliknya.
Ia marah, ia jijik dengan bekas-bekas yang diberikan Pandji pada tubuhnya saat mereka berhubungan.
Kinanthi mungkin lupa ia memberikan kiss mark dengan jumlah yang banyak pada tubuh Pandji.
Setelah mandi dan berdandan Kinan segera turun ke bawah untuk sarapan, karna Perutnya benar-benar lapar.
"Selamat pagi Nyonya." sapa seorang maid sambil menarik kursi untuk Kinanthi.
Kinan tersenyum ramah. Ia memperhatikan menu sarapan yang ada di depannya.
Macam-macam sayuran rebus dengan bumbu kacang, telur dan d**a ayam rebus serta semangkuk kacang-kacangan yang direbus dengan siraman yogurt.
"Saya kan pernah bilang, kalo pagi saya cuma minum kopi pahit dan roti panggang! Kenapa masak kaya gini!" bentak Kinan pada maid yang ada di belakang samping kanan kirinya.
"Ma-maaf nyonya. Itu tadi tuan Pandji yang masak. saya sudah mengingatkan beliau, tapi beliau tetap kekeuh." jawab salah satu maid dengan takut-takut.
"Tu-tuan juga menitipkan ini Nyonya.." sambung maid lainya sambil menyodorkan secarik kertas pada Kinan.
"Dear My Wife..
Sarapannya dihabisin ya❤
Ini bagus untuk kesuburan kamu dan aku❤
Habe a nice day My Wife"
Lagi-lagi Kinanthi goyah, Jujur ia senang dengan perlakuan manis Pandji kepadanya. Namun lagi-lagi ego dan masa lalu menjadi penghalangnya.
Ia beranjak dari meja makan. "Kalian habiskan! Jangan dibuang!" ucap Kinan sambil melangkah ke pintu utama.
"Selamat pagi mas Pandji." sapa riang seorang gadis berhijab pada Pandji yang baru saja memasuki sebuah Kedai mie.
Ya, gadis itu adalah Renata.
"Pagi Re.. maaf ya kemarin nggak jadi mampir." Kinan tersenyum simpul mendengar perkataan Pandji, lelaki itu sekilas menyentuh puncak kepala Renata.
"Nggak papa.. Mas udah sarapan?" jawab Rena dengan wajah sumringahnya, ia memang semoat kecewa pada Pandji namun ia sendiri tak dapat berbohong ia masih menginginkan Pandji.
Pandji mengangguk.senyumnya semakin berseri saat melihat wajah sumringah gadis di depannya ini.
"Aku lagi happy." Ucap Pandji sambil mencomot pisang goreng milik Rena di depannya.
"Kenapa? Habis dapet lotre?" tanya Rena ngawur.
"Enak aja! Pokoknya aku lagi seneng aja." jawab Pandji. Ia tak mungkin berkata jujur penyebab dirinya bahagia sekarang ini karena akhirnya mendapat jatah dari Kinan semalam.
"Pasti mbak Kinan?" Pandji tak menjawab. Lelaki itu jsutru fokus menatap pisang goreng ditangan kanannya.
Melihat ekspresi Pandji, justru membuat Rena tau, bahwa pagi ini Pandji bahagia karena Kinan.
Apalagi melihat tanda bekas merah di leher Pandji. Ia harus akui memang Kinan yang berhak seratus persen pada laki-laki yang ia cintai.
Ia menghela nafas pendek. Lagi dan lagi, ia harus kembali pada kenyataan bahwa Pandji bukan pacarnya lagi. Mereka hanya teman.
Sesungguhnya Rena tak ada masalah pribadi apapun dengan Kinan, karena selama Pandu,almarhum kakaknya menikah dengan Kinan ia tak pernah kenal dekat dengan sosok Kinan. Karena saat itu ia sedang sibuk kuliah di luar kota.
Rena hanya tau kalau Kinan adalah rekan bisnis Kakaknya, mereka menikah, hingga akhirnya Pandu meninggal karena over dosis obat depresi. dan ia yakin dengan sangat penyebab Kakaknya depresi hingga akhirnya meregang nyawa adalah Kinanthi.
Dari situ rasa benci Rena mulai muncul. Ditambah dengan harta kekayaan kakaknya yang 100% jatuh pada Kinanthi. Hal itu membuat Ibunya terkena serangan jantung, dan Ia mati-matian bekerja,karena Kinan enggan untuk membantu memberi uang untuk pengobatan Ibunya.
Sungguh ia membenci medusa itu!
"Hey!" Rena tersadar dari lamunannya, sambil mengusap keningnya yang di sentil oleh Pandji.
"Apasihhh?...Nyebelin" gerutu Rena mengelus keningnya.
"Abis ngelamun. Kenapa sih?" tanya Pandji, dan hanya mendapat gelengan Rena sebagai jawabnya.
"Aku ke kampus dulu ya." Ucap Pandji sambil berdiri dari kursinya.
Renata mengangguk pelan "hati-hati"
"Assalamualaikum" Pandji melambaikan tangannya.
"Walaikumsalam." jawab lirih Rena.
Mood Rena mendadak drop saat mengingat-ingat kelakuan medusa itu.
Senyuman Pandji tak pernah luntur dari wajah tampannya. Ia tak menyangka bahwa kegiatan panasnya bersama Kinan semalam benar-benar berefek positif untuk moodnya sekarang.
Walau ia masih bertanya-tanya siapa "Dia" yang dimaksud Kinan dalam mimpinya.
Pandji mengetikan pesan pada Kinanthi.
For : Kinanthi
Jangan lupa makan siang yang sehat. Have a good day my wife❤
Pandji tersenyum sendiri membaca pesan yang baru saja ia kirim pada istrinya.
Pandji menyenderkan tubunya di kursi kebesarannya.
"au!" pekik Pandji saat merasakan perih yang menjalar di punggungnya. Bekas cakaran Kinanthi semalam menyisakan luka kecil yang cukup banyak di punggungnya.
Namun ia tak masalah mendapat cakaran ini setiap hari, namun tentu, cakaran itu lengkap dengan kegiatan panas mereka.
Kringg
From : Kinanthi
Stop jadi alay gini Ndji! Atau aku block nomor kamu! Menjijikan!
Pandji Membaca balasan pesan dari istrinya itu menyunggingkan senyum.
Ia mulai terbisa dan justru menyukai sikap ketus dan galk istrinya itu, ada kepuasan tersendiri bagi Pandji kala melihat Kinan marah-marah dan jengkeh bahkan teriak-teriak untuk hal yang sebenarnya sepele. Wanita itu nampak terlihat sangat garang diluar, dan awalnya Pandji merasa demikian, namun semakin hari ia malah menyukai sikap Kinan yang kini ia anggap lucu itu.
To ; Kinanthi
Jangan marah-marah, nanti kalau aku makin gemes sama kamu gimana coba? Mau tanggung jawab?