Bab 4 Mendapat Masalah

1621 Words
Brandy siuman setengah jam kemudian dan saat dia siuman, Natan sudah tidak ada di sana. Brandy hanya mendengar dari suster Merry, yang merawatnya, bahwa dia diantar ke sana oleh seorang pria tampan. Dan ujung ujungnya suster yang sudah sangat akrab dengan Brandy itu malah menggodanya. "Dokter Colleen diam-diam ternyata pacaran dengan seorang pria tampan. Kenapa selama ini dia hanya disembunyikan? Punya pacar tampan itu adalah anugerah lho, Dok." Suster Merry berkata dengan antusias, matanya berbinar-binar. Brandy tersenyum tipis, tetapi ekspresinya memperlihatkan keraguan. "Tidak, Suster. Dia hanya membantuku karena kebetulan dia ada di sana. Tidak lebih." Suster Merry menggelengkan kepala dengan penuh keyakinan. "Ah, jangan malu-malu mengakuinya, sayang! Saya yakin dia memiliki perasaan khusus padamu. Saya melihat tatapan matanya saat dia berlari ke sini sambil menggendong dokter Colleen. Dia terlihat sangat khawatir." Brandy merasakan wajahnya memanas. "Tidak, Suster. Dia hanya..." Tapi Suster Merry tersenyum, mengangkat tangannya. "Tidak perlu membantah, sayang. Saya mengerti. Tapi siapa tahu, mungkin dia akan muncul lagi di sini dan membuktikan perasaannya padamu!" Brandy seketika menjadi murung. Pria yang suster Merry bahas itu pasti Natan. Dia masih mengingat suaranya saat dia memeluknya sebelum pingsan. Pria itu begitu dekat dengannya saat itu. Brandy menjadi sedih saat teringat apa yang telah terjadi di antara mereka. Suster Merry menyipitkan matanya, mencoba membaca ekspresi Brandy. "Apakah semuanya baik-baik saja?" "Ya. Semua baik-baik saja." Ucap Brandy mengiyakan. Dia tidak ingin bercerita lebih banyak. Biarlah ini dia simpan untuk dirinya sendiri. "Saya mengerti, dokter Colleen," ucap Suster Merry dengan nada hangat sambil matanya menatap Brandy lembut. Perasaannya sebagai perempuan dewasa memahami bahwa ada sesuatu yang terjadi namun Brandy tidak ingin membahas lebih lanjut tentang hubungannya dengan si pria tampan. "Aku harus pulang, Suster." "Apakah Anda yakin sudah cukup baik untuk pulang?" tanya Suster Merry, mencari kepastian dari Brandy. Brandy mengangguk pelan. "Ya, aku akan baik-baik saja. Terima kasih, Suster," jawabnya dengan senyum tipis. "Besok pasti akan menjadi hari yang sama sibuknya dengan hari ini, Suster. Jadi aku harus pulang ke rumah agar bisa beristirahat. Tolong, Suster" Sambungnya sambil mengulurkan tangannya, meminta suster Merry mencabut jarum infus. "Baiklah, semoga kondisi Anda semakin baik. Harus makan teratur dan bergizi ya, Dok!" Kata suster Merry sambil melepaskan jarum infus dari pergelangan tangan Brandy. "Terima kasih, Suster." "Iya. Saya akan memesan taksi online untuk Anda. Jangan khawatir, Anda akan sampai di rumah dengan aman." Brandy tersenyum, merasa lega atas perhatian dan dukungan Suster Merry. "Terima kasih banyak, Suster. Anda begitu baik." "Tidak apa-apa, dokter Colleen. Semoga Anda cepat pulih," ucap Suster Merry sambil menemani Brandy pergi mengambil tasnya di ruang dokter lalu mengantarnya ke pintu keluar untuk menunggu taksi. *** Besoknya, kesibukan di rumah sakit kembali bergulir seperti biasanya. Dan semua itu terus berlanjut di hari-hari sepanjang minggu itu. Hari-hari Brandy diisi dengan penanganan pasien, konsultasi dengan rekan kerja, dan melakukan tugas-tugas medis lainnya dengan penuh tanggung jawab. Setiap pasien yang masuk mendapat perhatian penuh dari Brandy, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik. Meskipun terkadang masih dirundung sakit kepala, dia tetap berusaha untuk tetap fokus dan memberikan yang terbaik dalam setiap tindakan medisnya. Kesibukan di ruang operasi, UGD, dan ruang rawat inap membuat hari-harinya terasa singkat. Namun, Brandy selalu berusaha menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat agar tetap produktif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien-pasiennya. Suasana rumah sakit di hari itu sangat ramai. Brandy berlari-larian dari ruang UGD dan ruang OK hampir sepanjang pagi hingga siang hari itu. Saat istirahat, dia terkejut mendengar pasien yang dia tangani, Nyonya Tua Dwelly mengalami kejang kejang dan gagal pernapasan. Saat itu Brandy sudah selesai makan siang dan sedang berdiskusi dengan beberapa rekan dokter residen. Brandy terkejut mendengar kabar tentang kondisi Nyonya Dwelly Tua yang semakin memburuk. Tanpa ragu, dia segera bergerak cepat menuju ruang perawatan intensif di mana pasien tersebut dirawat. Di sana, dia bergabung dengan tim medis yang berusaha keras untuk menstabilkan kondisi Nyonya Dwelly Tua. Dalam situasi darurat seperti ini, Brandy tetap tenang dan fokus, memimpin dalam upaya penyelamatan wanita tua itu. Dia berkoordinasi dengan tim medis lainnya, memberikan instruksi yang diperlukan, dan melakukan tindakan medis yang diperlukan dengan cermat dan cepat. Meskipun situasinya tegang, Brandy tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk pasiennya. Dia mengandalkan pengetahuannya dan pengalaman medisnya untuk membantu menyelamatkan Nyonya Dwelly Tua. Hampir tiga jam ditangani tim medis, kondisi pasien masih belum mengalami perkembangan berarti. Tiba-tiba salah seorang anggota keluarga pasien, membuat keributan. Keluarga Pasien, seorang wanita berusia tiga puluhan berbicara dengan suara keras, "Kami tidak percaya dengan kemampuan Anda, Dokter! Ibu kami semakin buruk setelah ditangani oleh Anda!" Brandy menanggapinya dengan tenang, "Saya memahami kekhawatiran Anda, tapi saya telah melakukan yang terbaik untuk merawat Nyonya Dwelly. Kami telah mengikuti prosedur medis yang tepat dan memberikan perawatan yang diperlukan." Wanita itu membalas dengan suara masih bernada tinggi, "Itu tidak cukup! Kami ingin dokter yang lebih berpengalaman dan kompeten untuk merawat ibu kami!" Brandy kembali menjelaskan dengan suara lembut, "Saya memahami perasaan Anda, tapi saya telah menjalankan tugas saya dengan sebaik mungkin. Saya akan berkoordinasi dengan tim medis untuk memastikan bahwa Nyonya Dwelly mendapatkan perawatan yang terbaik." Wanita itu menggeleng. "Kami tidak ingin mendengar alasan Anda lagi! Kami ingin Anda diganti segera!" "Saya akan mencoba membantu sebaik mungkin, tapi keputusan mengenai penggantian dokter adalah wewenang rumah sakit. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk membantu ibu Anda." Balas Brandy. Dia berdiri di sana dengan ekspresi tenang namun tegas. Suasana ruangan menjadi tegang, namun Brandy berusaha tetap tenang meskipun merasa tertekan oleh situasi tersebut. Tetapi keributan itu berlanjut ketika seorang wanita yang merupakan menantu keluarga Dwelly itu berteriak teriak menuduh Brandy melakukan malpraktik. Wanita Menantu Keluarga Dwelly. "Dokter ini tidak kompeten! Sebelumnya, kondisi ibu kami tidak separah ini. Tapi setelah ditangani oleh dokter Brandy Colleen, kondisinya malah memburuk! Ini jelas tindakan malpraktik!" "Saya memahami kekhawatiran Anda, tapi saya telah melakukan yang terbaik untuk merawat Nyonya Dwelly. Kami telah mengikuti prosedur medis yang tepat dan memberikan perawatan yang diperlukan." "Itu tidak cukup! Anda jelas tidak kompeten dalam pekerjaan Anda. Kami meminta rumah sakit untuk segera mengganti Anda dengan dokter yang lebih berpengalaman!" "Saya akan berkoordinasi dengan tim medis untuk memastikan bahwa Nyonya Dwelly mendapatkan perawatan yang terbaik. Saya memahami kekhawatiran Anda, tapi saya berusaha melakukan yang terbaik sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan saya sebagai dokter." Brandy tetap bertahan dengan pendiriannya. Dia bukan orang yang mudah diprovokasi. "Tidak! Anda sudah melakukan kejahatan terhadap ibu kami. Tidak seharusnya dia mengalami kondisi buruk seperti itu. Ini semua karena kelalaian Anda. Kami akan mengambil tindakan hukum terhadap Anda!" Hingga sore hari, dalam kelelahan, dia diberitahu bahwa saat itu juga dia ditunggu oleh direktur rumah sakit. Brandy bergegas menemui sang direktur dan mendengar berita mengejutkan yang membuat sekujur tubuhnya kaku. Dia harus menghadapi tuntutan kasus malpraktik yang diajukan oleh keluarga seorang pasien yang pernah dia tangani. "Saya tidak percaya ini terjadi. Saya telah melakukan yang terbaik untuk pasien saya." Ujar Brandy setelah dia berhadapan dengan direktur rumah sakit. "Saya tahu Anda telah berjuang dengan segala upaya, tetapi kami harus mengikuti prosedur hukum dalam kasus seperti ini." Balas dokter pria senior itu. Brandy tidak dapat menyembunyikan kekhawatiran yang muncul di dalam hatinya. "Bagaimana kita bisa melawan tuduhan ini, Pak?" Pria itu menjawab tenang, "Kita akan mempekerjakan pengacara yang berpengalaman untuk membela Anda dalam kasus ini. Namun, saya juga harus memperingatkan Anda bahwa ini akan menjadi proses yang sulit dan melelahkan." "Apakah tidak ada penyelesaian lain, pak?" Tanya Brandy putus asa. Direktur Rumah Sakit menatap wanita muda di depannya dari balik kacamatanya yang sudah melorot hingga ke ujung hidung, "Saya akan berbicara dengan pengacara kami untuk melihat apakah ada opsi lain yang dapat dieksplorasi. Tetapi untuk saat ini, kita harus siap menghadapi proses hukum yang ada." Jadi tidak ada cara lain selain menghadapi tuntutan hukum itu. Semuanya begitu cepat terjadi. Brandy sendiri masih kebingungan. Dimana letak malpraktik nya? Brandy benar-benar bingung dan putus asa. Sebagaimana diagnosa awalnya, pasien mengalami gangguan multiple sclerosis (MS). Pemeriksaan terakhir setelah pasien kembali masuk rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, Brandy menemukan pasien mengalami eksaserbasi atau flare-up MS yang cukup parah sehingga menyebabkan kejang atau kegagalan organ. Dan dia sedang berusaha mengatasi kondisi tersebut dengan berupaya meningkatkan penanganan intensif. Lalu sekarang dia dituduh melakukan malpraktik. Dia benar-benar bingung dengan tuduhan itu. Sementara itu. Di sebuah restoran, dua orang wanita sedang duduk berhadapan di sebuah meja yang berada di pojok yang sepi. "Bagaimana pun caranya, aku ingin perempuan itu dihancurkan, agar dia tidak menjadi penghalang hubunganku dengan calon suamiku." Kata salah satu dari mereka, wanita cantik dengan penampilan mewah tanpa cela. "Tentu saja, dengan senang hati akan kulakukan. Brandy Colleen tidak berhak memiliki masa depan yang baik. Dia hanya menjadi onak duri dalam kehidupan keluarga kami, jadi aku akan menyingkirkannya." Balas wanita yang satunya. Berlawanan dengan wanita lawan bicaranya, wanita ini tampil mencolok dengan dress warna menyala dan riasan tebal. "Jadi, karena semua ini sudah dimulai, aku ingin kamu melakukannya dengan hati-hati dan berhasil tanpa membuat namaku terlibat." Kata si wanita dengan penampilan mewah lagi. "Oke. Aku akan melakukannya sesuai dengan petunjukmu. Aku jamin, hanya dalam waktu beberapa hari ini, perempuan itu akan hancur." Balas wanita satunya dengan wajah dan sorot mata penuh iri dan dengki bercampur dengan kebencian. "Deal! Ini aku berikan uang mukanya. Sisanya akan aku berikan setelah semua ini selesai." Ujar si wanita berpenampilan mewah sambil menggeser amplop cokelat tebal di atas meja. Lalu sambungnya sambil menatap wanita di hadapannya tegas, "Sekali lagi, jangan sampai namaku terlibat dalam semua ini!" "Oke, deal! Aku tidak akan mengecewakanmu." Kata si wanita di depannya. Dengan sorot mata penuh keserakahan wanita itu meraih amplop cokelat itu dan segera memasukkannya ke dalam tasnya. "Senang bekerja sama denganmu." Ujar wanita itu kemudian sambil mendongak dengan senyum puas di wajahnya. Dia baru saja akan mengucap terima kasih, namun wanita cantik berpenampilan mewah itu sudah berbalik, dan yang dia lihat hanyalah punggungnya yang sedang berjalan menjauh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD