Bab 6 Tawaran Menarik

1618 Words
“Maukah kamu menikah denganku?” Wajah tampan aristokrat itu muncul begitu saja di depan Brandy. Sepasang mata di balik kacamata super tebal milik Brandy berkedip bingung. Apakah pria ini malaikat yang jatuh dari langit? Sejak tadi Brandy sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak menyadari kehadiran pria itu. Pertanyaan itu menjadi pertanyaan kedua setelah sebelumnya dia bertanya apakah dirinya seorang dokter dan dijawab dengan anggukan lemah oleh Brandy. Brandy memalingkan mukanya begitu menyadari bisa saja orang ini hanya iseng. Tidak mungkin seorang pria tampan, tidak kenal sama sekali, lalu ujug-ujug mau mengajak menikah. Kecuali pria ini sakit jiwa. Brandy bangkit dari tempat duduknya, bermaksud berpindah ke meja lain. Dia tidak ingin meladeni keusilan itu, tetapi dengan cepat pria itu sudah berdiri di depannya menghalangi langkahnya. “Jangan lari, Nona. Saya sudah memilihmu, dan kamu adalah satu dari seribu wanita yang mendapat kehormatan ini. Ikut denganku, kita akan bicara.” Ujar pria itu, lalu begitu saja tangannya telah mencekal kuat pergelangan tangan Brandy. “Tidak! Aku tidak…” Brandy ingin menolak, tetapi pria itu sudah melangkah acuh tak acuh menuju pintu keluar perpustakaan, sambil mencekal tangannya dengan kuat, hingga Brandy mau tidak mau mengikutinya. Brandy menggigit bibirnya, menahan teriakan yang nyaris lepas. Dia merasa bingung sekaligus takut dengan gelagat pria itu. Tapi dia juga merasa takut nanti teriakannya akan mengganggu pengunjung perpustakaan lain dan menarik perhatian mereka. Brandy pun dengan pasrah mengikuti langkah lebar pria itu sambil menggigit bibirnya. Di depan pintu masuk perpustakaan, telah menunggu sebuah mobil mewah yang harganya berkali-kali lipat dari nilai beasiswa plus denda yang saat ini membuat dirinya stres memikirkannya. Siapa pria ini sebenarnya? Pikiran Brandy penuh tanda tanya. Brandy menoleh pada pria itu dan menemukan rahang yang terpahat kokoh, membentuk struktur wajah yang sangat menawan dengan hidung mancung sempurna. Dipandang dari samping, wajah pria itu terlihat lebih memukau. ”Dokter Brandy Colleen, jangan katakan kamu jatuh cinta pada pandangan pertama padaku.” “Hah?” Brandy melongo, Bukan karena kalimat yang menyentil jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi pada fakta bahwa pria itu mengetahui nama lengkapnya. “Siapa Anda sebenarnya?” Tanya Brandy dengan waspada. “Nanti juga kamu akan tahu.” Jawab pria itu acuh tak cuh. “Naiklah! Tidak usah khawatir, saya bukan penculik.” Ujar pria itu sambil menunjuk pintu belakang mobil yang telah dibuka oleh supir. “Ki-kita mau kemana?” Brandy bertanya terbata-bata, ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya. “Sudah saya bilang tadi, kita akan bicara. Saya punya penawaran menarik untukmu. Kamu sedang punya masalah kan? Nah, saya bisa membantu menyelesaikan masalahmu.” Ujar pria itu. “Benarkah?” Seketika wajah Brandy menjadi cerah. Sinar harapan berpendar di matanya. “Karena itu naiklah, sebelum saya berubah pikiran.” Ujar pria itu mulai tidak sabar. Brandy segera membungkuk dan naik ke mobil tanpa bicara. Dia percaya pria itu tidak berbohong atau berencana menipunya. Dia melihat penampilan pria itu dengan setelan elegan yang merupakan hasil jahitan khusus dan sorot dingin dan tegas dalam matanya. Mungkin pria ini dikirim oleh Tuhan untuk menolongnya. Pikir Brandy sambil menenangkan hatinya. Pria itu menyusul kemudian dan duduk di samping Brandy. Dia memberi perintah pada supir untuk jalan. “Apa yang Anda inginkan dariku?” Tanya Brandy setelah mobil mulai meluncur perlahan di jalan raya. “Saya ingin kamu menjadi istri saya.” Suara tenang pria itu terdengar sangat dekat di samping Brandy. “Jangan bercanda. Kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya, bagaimana Anda bisa berkata begitu?” “Apakah wajib saling mengenal dulu?” “Tentu saja. Normalnya untuk bisa sampai pada fase pernikahan, sebelumnya calon pasangan suami istri harus berpacaran dulu, agar bisa saling mengenal pribadi masing-masing. Setelah itu berpikir matang-matang, apakah sudah siap untuk menikah. Bukannya ujug-ujug mengajak menikah seperti orang yang mengajak jalan-jalan santai.” Pria di sampng Brandy tertawa. “Ini situasi darurat, jadi semua prosedur normal tidak berlaku.” “Tolong jelaskan apa maksud Anda sebenarnya.” Balas Brandy sambil menyandarkan punggungnya yang terasa sangat tegang. Pria itu terdiam selama beberapa saat, lalu bertanya, “Kamu tahu siapa saya?” “Tidak!” Brandy menjawab tegas. Seketika terdengar tawa yang sengaja ditahan dari depan. Pria itu menatap pria di belakang kemudi melalui kaca spion. Dia melebarkan matanya saat pandangannya bertemu dengan pandangan supirnya yang merupakan asistennya itu. “Kalau kamu tidak kenal, perkenalkan, nama saya Rowan Marthin.” Ujar pria itu, mengabaikan seringai asistennya. “Pernah dengar nama itu?” Tanyanya penasaran sambil melirik wanita di sampingnya. “Maaf, saya tidak mengenal Anda dan tidak pernah mendengar nama Anda sebelumnya.” Kata wanita itu sambil menggeleng. Dia menoleh dan sepasang mata di balik kaca mata tebal itu menatap Rowan polos. Rasanya Rowan ingin meninju wajah asistennya saat ini juga saat matanya melihat pria itu menanggapi jawaban polos dokter Brandy Colleen dengan senyum lebar. Apakah perempuan ini berasal dari zaman pra sejarah, hingga tidak tahu siapa Rowan Marthin? Sekarang ini Rowan Marthin telah menjadi salah satu bujangan paling dicari. Semua orang mengenalnya, terutama para wanita yang berlomba-lomba mengejarnya. Tapi wanita ini sama sekali tidak mengenal dirinya. Mengabaikan rasa kesalnya, Rowan menatap Brandy dengan serius, lalu mulai menjelaskan maksudnya. "Dokter Colleen, saya tahu kamu pasti terkejut dengan tawaran saya, tetapi saya ingin menawarkan sesuatu yang mungkin bisa saling menguntungkan bagi kita berdua." Brandy memperhatikan Rowan dengan skeptis. "Apa maksud Anda, pak Marthin?" Rowan menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Saya sudah membaca tentang prestasi medis Anda, terutama dalam kasus penyembuhan kakek Anda yang lumpuh karena stroke. Saya sangat menghargai keahlian dan dedikasi Anda dalam bidang medis." Brandy terdiam, merasa terhormat dengan pujian dari pria tampan di sampingnya ini. Namun, dia masih tidak yakin dengan arah pembicaraan ini. "Terima kasih atas pujian Anda, pak Marthin. Tetapi saya belum mengerti apa yang Anda maksud dengan tawaran saling menguntungkan ini." Rowan menatap Brandy dengan serius. "Seperti yang sudah saya sampaikan sejak awal, saya ingin menawarkan pernikahan kontrak kepada Anda, Dokter Colleen. Saya butuh seseorang yang bisa memberi saya status pernikahan dan bisa merawat kakek saya hingga sembuh. Kebetulan kakek saya saat ini sedang sakit, kasusnya sama seperti yang dialami kakek Anda. Dan saya yakin Anda membutuhkan solusi untuk masalah yang sedang Anda hadapi saat ini. Dengan pernikahan kontrak ini, saya bisa memberi Anda imbalan yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah Anda." Brandy memandang Rowan dengan tatapan campuran antara kebingungan dan pertimbangan serius. Dia merasakan tekanan besar dalam memutuskan hal ini, mengingat implikasi yang sangat besar bagi hidupnya. “Saya jamin Anda tidak akan rugi dengan menerima tawaran saya. Karena selain Anda tidak akan mengalami dampak buruk atas kasus yang Anda hadapi karena saya akan menyelesaikan masalah Anda, saya juga akan memberikan imbalan atas jasa Anda merawat kakek saya. Bagaimana?” Ucap Rowan setelah dokter Brandy Collen hanya diam saja. Wow! Terdengar sangat menggiurkan. Tapi Brandy teringat kakeknya. Kakeknya sudah berkali-kali meminta dia menikah, agar ada laki-laki yang bisa menjaga cucu semata wayangnya ini. Tapi Brandy belum bisa melupakan Natan, dan lagi pula, pernikahan itu sekali seumur hidup, Brandy ingin menikah dengan laki-laki yang benar-benar mencintainya, apa adanya dirinya. Dan bagaimana dengan impiannya ini jika dia menerima tawaran pria ini? Perasaan dan pikiran Brandy berkecamuk. “Dokter Colleen..” Rowan mulai tidak sabar dengan keterdiaman Brandy yang membuat hatinya menjadi gelisah. Wanita ini satu-satunya harapannya, Rowan tidak berharap akan mendapat penolakan. Dia terlalu yakin wanita ini mau menerima tawarannya. Tapi melihatnya terdiam begitu lama membuat Rowan tidak tenang. “Pak Marthin, maaf, saya masih kurang paham. Tolong jelaskan seperti apa pernikahan yang Anda maksudkan ini.” Ujar Brandy akhirnya. Rowan langsung menarik napas lega dan mulai menjelaskan. “Terus terang, dokter Colleen, saya juga membuat penawaran ini karena selain mempertimbangkan kesehatan kakek saya, saya juga sedang dituntut untuk menikah dalam waktu cepat. Kalau saya tidak menikah secepatnya, makan posisi saya sebagai CEO di perusahaan keluarga kami akan diambil alih oleh sepupu saya. Saya sudah berjuang sejauh ini, jadi saya tidak mau apa yang sudah saya perjuangkan lepas dari tangan saya.” Brandy mengangguk, mulai memahami persoalannya. “Jadi saya menawarkan pernikahan ini padamu, karena menurut penilaian saya, kamu memenuhi syarat. Saya akan menetapkan masa kontrak pernikahan kita selama dua tahun. Kita akan tinggal serumah dan tidur sekamar, demi menjaga penilaian keluarga saya. Tetapi kita tidak akan melakukan hal yang normalnya dilakukan oleh sepasang suami istri yang sesungguhnya.” Rowan langsung menegaskan hal ini, agar wanita di sampingnya ini tidak berpikir macam-macam. Lagipula soal urusan ranjang, Rowan sudah punya cara sendiri untuk menyenangkan dirinya. “Selama dua tahun pernikahan kita, kewajiban kamu adalah merawat kakek saya dan bersikap baik pada semua keluarga. Saya tidak akan menuntut hal lain, terutama hal yang membuat kamu merasa tidak nyaman. Hanya saja, tunjukkanlah dirimu sebagai istri yang baik di depan keluarga saya, terutama kakek dan nenek saya. Saya akan menjamin kamu hidup berkecukupan selama dua tahun pernikahan kita dan saya berjanji akan bersikap baik pada keluargamu.” “Keluarga yang paling dekat dan peduli pada saya saat ini hanya kakek.” Sela Brandy, tanpa sadar wajahnya menjadi muram. Rowan mengangguk. “Saya akan memperlakukan kakekmu seperti kakek saya sendiri. Tapi satu hal perlu saya tegaskan, pernikahan kita ini rahasia, hanya boleh diketahui oleh keluarga kita masing-masing. Jadi kita tidak akan tampil berdua di depan umum dan saya tidak ingin kamu mencampuri urusan pribadi saya. Namun, sebagai kepala keluarga selama dua tahun, saya akan mengatur segala sesuatu sesuai dengan standar saya. Setelah itu kita akan bercerai dan melanjutkan hidup kita masing-masing.” “Bisakah Anda berjanji bahwa saya akan menyelesaikan pendidikan dokter spesialis yang saat ini saya jalani?” Tanya Brandy setelah Rowan mengakhiri penjelasannya. “Ya! Dan saya akan menyelesaikan kasus yang sedang melilit kamu saat ini. Saya sudah mempelajari semuanya, dokter Colleen, dan saya yakin saya bisa menyelesaikan ini dalam waktu cepat.” Rowan sangat yakin ketika mengatakan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD