Bab 7 Tawaran Menarik 2

1686 Words
Brandy mengangguk. Dia memahami maksud Rowan Marthin dan dia percaya. Jadi pernikahan mereka hanya di atas kertas. Selebihnya mereka hanya dua orang asing yang hidup serumah untuk saling memberi manfaat untuk satu sama lain. Ini bukan pernikahan yang dia impikan, tetapi dia menemukan solusi untuk masalahnya. Brandy percaya pria itu bisa membantunya. “Baiklah, pak Marthin. Saya bisa memahami penjelasan Anda. Tapi bolehkah saya minta satu hal?” Tanya Brandy sambil menatap pria di sampingnya, yang terlihat menunggu keputusannya. “Apa itu?” Rowan menunggu dengan sabar. “Walaupun pernikahan kita hanya sebatas perjanjian, bolehkah Anda melamar saya di depan kakek?” Rowan terdiam sejenak, menimbang-nimbang. Ini bukan permintaan yang sulit. “Baiklah, saya akan melamarmu dan kita akan tetap menjalani semua tahapan pernikahan normal, mulai dari pemberkatan di gereja, pencatatan sipil dan resepsi. Karena ini juga yang diinginkan oleh keluarga saya. Hanya saja, saya hanya bisa menyelenggarakan resepsi pernikahan sederhana dan tertutup, yang hanya akan dihadiri oleh keluarga terdekat kita saja.” “Saya tidak keberatan.” Ucap Brandy. Setidaknya kakeknya akan menyaksikan dia menikah. Pesta sederhana pun tidak apa-apa, yang penting akhirnya dia bisa memenuhi harapan kakeknya untuk menikah. Impian indah pernikahan romantis sudah dia lepaskan sejak Natan meninggalkannya dan memilih Sharon Avilla. Impiannya sudah hancur sejak hari itu. “Jadi kamu setuju menerima tawaranku?” Tanya Rowan untuk meyakinkan. “Ya.” Brandy mengangguk, tanpa keraguan. “Baiklah. Terima kasih atas kerja sama yang baik ini, dokter Colleen.” Kata Rowan sambil menghela napas panjang. “Karena pernikahan ini harus dilakukan secepatnya, besok sore aku akan datang melamarmu, dan tiga hari kemudian kita akan menikah.” Sambung pria itu dengan penuh semangat. Brandy mengangguk tanpa protes. Dia juga ingin masalahnya segera selesai, jadi dia tidak keberatan pernikahan mereka dilaksanakan secara cepat. “Kamu mau kemana setelah ini?” Rowan bertanya kemudian. “Aku mau pulang.” Brandy tidak ingin kemana-mana lagi karena dia akan beristirahat untuk tugas di rumah sakit sebentar malam. “Oke. Sebutkan saja arahnya, kami akan mengantar kamu pulang.” Brandy pun menyebutkan alamat rumahnya, dibalas dengan anggukan oleh pengemudi. Rumah yang Brandy tempati bersama kakeknya adalah mansion tua milik keluarga Bartimeus. Kakek bersikeras tidak mau menjual bangunan itu karena dia menjaga semua kenangannya di sana. Rumah itu terdiri dari dua lantai, namun lantai duanya sudah tidak dipakai karena telah rusak berat dan tidak ada biaya untuk merenovasi. Rowan menatap rumah itu lama setelah Brandy masuk dan menutup pintu. Bangunan itu sekalipun sudah tua dan kerusakan karena dimakan usia terlihat di hampir seluruh bagian, namun masih menunjukkan masa kejayaan keluarga itu bertahun-tahun silam. Rowan sungguh tidak menduga dirinya akan berhubungan dengan keluarga Bartimeus. Dia tadi telah menyerahkan kartu nama eksklusif pada Brandy. "Jika ada hal-hal yang ingin kamu tanyakan, jangan ragu untuk menghubungi saya, dokter Colleen." Ujarnya sambil menatap wanita itu, merekam penampilannya yang sangat sederhana dan kuno, sama sekali mengabaikan tren mode. Kaca matanya juga sangat tebal dengan bingkai besar berwarna gelap, membuat wajah wanita itu secara keseluruhan terlihat culun, disempurnakan dengan rambut dikuncir kuda. “Tolong jangan sungkan untuk menghubungi saya jika ada hal-hal yang mungkin tidak kamu pahami. Karena setelah kontrak ditandatangani, kamu tidak punya hak suara lagi selain mematuhi semua hal yang termuat dalam kontrak.” Ujar Rowan lagi untuk me “Baik. Permisi, pak Marthin!” Brandy menyahut patuh lalu segera turun dari mobil dan melintasi halaman rumahnya dengan langkah tergesa. Begitulah semua itu bermula. Rowan menemukan wanita itu setelah beberapa hari yang penuh tekanan. Setelah diingatkan oleh sepupunya Alfons, Rowan terus berusaha mencari wanita yang bisa dijadikan istri. Dia menginginkan seorang wanita yang bukan hanya bisa memberinya status pernikahan, tetapi juga bisa merawat kakeknya yang saat ini sedang sakit. Sosok dokter Brandy Colleen langsung menarik perhatian Rowan saat muncul di berbagai laman berita dan kemudian menjadi bulan-bulanan netizen di akun gosip. Dengan bantuan Jasman dia pun mencari informasi lebih lanjut tentang wanita itu. Rowan pun akhirnya memutuskan bahwa wanita itu adalah calon istri terbaik yang dapat memenuhi kebutuhannya saat ini. Masalah tuntutan malpraktik dan ancaman akan dikeluarkan dari program pendidikan dokter spesialis, bahkan harus mengembalikan uang beasiswa dan membayar denda, yang semuanya bernilai fantastis, pasti akan membuat wanita itu tidak akan menolak tawarannya. Sejak awal Rowan sudah menyelidiki latar belakang Brandy. Brandy putri satu-satunya dari Simon Colleen, seorang pengusaha yang cukup besar dan dikenal di kota ini, namun perusahaannya saat ini nyaris bangkrut. Ibu Brandy sudah meninggal sejak wanita itu masih kanak-kanak. Ayahnya sudah hidup bersama wanita lain sejak ibu Brandy masih hidup, bahkan punya anak perempuan dengan wanita itu yang hampir seusia Brandy. Simon Colleen memiliki dua anak perempuan bersama istri keduanya, Dona Lauryn. Sejak kecil Brandy diasuh oleh nenek dan kakek dari pihak ibunya. Neneknya meninggal saat Brandy Colleen berusia remaja. Setelah itu Brandy hanya tinggal berdua dengan kakeknya, Samuel Bartimeus. Saat Brandy sedang menjalani tugas sebagai dokter magang di rumah sakit, kakeknya mengalami stroke sehingga hanya berbaring di tempat tidur sepanjang waktu. Keadaan kakeknya membuat Brandy bertekad kuat mengambil spesialis bedah syaraf, dan sambil menjalani program PPDS, dia merawat sendiri kakeknya. Dengan kegigihannya, Brandy melakukan berbagai metode terapi dalam merawat sang kakek, hingga akhirnya sembuh. Itu terjadi dua tahun lalu dan dokter Brandy Colleen menjadi topik pemberitaan saat itu. Dia mendapat pujian dari kalangan praktisi medis sebagai salah satu calon dokter spesialis bedah syaraf terbaik. Brandy Colleen tercatat sebagai salah satu siswa jenius hingga bisa bersekolah di sekolah terbaik sejak dia sekolah dasar. Bahkan ketika menjadi mahasiswa, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di fakultas kedokteran di universitas ternama. Dia juga bisa mengikuti program PPDS dengan dukungan beasiswa penuh. Walaupun Brandy Colleen memiliki latar belakang keluarga yang kurang baik dari sisi ayahnya, tapi dari pihak keluarga ibunya, mereka adalah keluarga terpandang pada masa kejayaan kakeknya, Samuel Bartimeus. Keluarga Bartimeus adalah keluarga yang tidak bercela, tidak ada catatan buruk tentang Miranda Bartimeus, ibu Brandy, maupun keluarga Bartimeus secara keseluruhan. Itulah latar belakang keluarga yang Rowan harapkan. Tidak ada hal lain tentang Brandy yang tidak diketahui Rowan sejak saat itu. Rowan memilih Brandy setelah mencari selama beberapa hari. Alfons, sepupunya sudah menikah dan dia sudah menantikan saat-saat untuk menggantikan posisinya, begitu dia mencapai usia 35 tahun dan belum menikah juga. Pernikahan ini akan menyelamatkan posisinya sebagai CEO, juga membuatnya lebih dihargai di tengah keluarga besar karena mampu mendapatkan jalan untuk menyembuhkan kakeknya. Jadi dalam waktu dua tahun, Brandy harus bisa menyembuhkan kakeknya. *** Brandy menurunkan tirai jendela kamarnya. Dia melihat mobil Rowan bergerak perlahan, menjauh dari depan rumahnya. Brandy tidak mengerti kenapa mobil itu masih parkir di sana setelah dia masuk. Tapi Brandy tidak mempersoalkan hal itu lebih lanjut, hanya saja dia masih merasakan efek kejutan dari tawaran Rowan Marthin. Kehadiran pria itu begitu tiba-tiba, seolah semuanya tidak nyata. Tapi pria itu serius dan Brandy menerima tawarannya dengan cepat walaupun dia tidak mengetahui siapa Rowan Marthin. Brandy merasa pria itu bukan orang sembarangan. Brandy melihat aura berkuasa dalam dirinya, walaupun pria itu berusaha terlihat sederhana, yang Brandy tahu dia lakukan agar dirinya tidak merasa takut padanya. Brandy mencari tahu tentang Rowan Marthin dengan bertanya pada sahabatnya Sanny. Walaupun dia akan merahasiakan pernikahannya dengan pria itu, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk bercerita pada sahabatnya itu. Lagi pula, Brandy ingin tahu siapa sebenarnya Rowan Marthin. Saat istirahat di tengah tugas malam di rumah sakit, Brandy duduk bersama Sanny di ruang perawatan. Dengan suara pelan, Brandy bertanya, "Sanny, apa yang kamu tahu tentang Rowan Marthin?" Sanny mengangkat alisnya dengan keheranan. "Oh, kamu tahu, dia adalah CEO dari Faster Corporation. Orang itu cukup terkenal di kalangan pengusaha muda. Tapi, ada satu hal yang kamu mungkin belum tahu tentang dia." Brandy menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa itu?" Sanny tersenyum, "Dia memiliki reputasi sebagai CEO Casanova. Dikenal karena hobinya berganti-ganti pasangan wanita." Brandy mengernyit, mencerna informasi tersebut. "Wow, itu cukup mengejutkan," ucapnya pelan. Sanny mengangguk. "Ya, memang begitu. Tapi kamu tahu, itu hanya sisi dari reputasinya. Sesungguhnya Rowan Marthin dalam dunia bisnis memiliki banyak prestasi yang mengesankan. Dia dikenal sebagai salah satu pengusaha muda terkaya." Brandy merasa sedikit enggan untuk mengungkapkan semuanya pada Sanny, tapi dia merasa butuh pendapat dari seseorang yang dia percayai. "Sanny, bisakah kamu menyimpan ini sebagai rahasia? Saya menerima tawarannya untuk pernikahan kontrak dengannya." Sanny terkejut. "Oh, Bree, ini begitu tak terduga! Tapi aku senang untukmu." Dia memberikan pelukan hangat pada Brandy. "Kamu benar-benar beruntung, bisa menikahi seorang Rowan Marthin. Meskipun, aku harus jujur, reputasinya sebagai CEO Casanova membuatku agak khawatir. Hubungannya dengan wanita-wanita sebelumnya tidak pernah berumur panjang." Brandy mengangguk, "Aku tahu, Sanny. Ini semua sangat cepat dan tak terduga bagiku juga. Tapi aku merasa ini adalah kesempatan yang sulit untuk dilewatkan. Dia menawarkan solusi untuk masalahku. Kamu tahu, aku tidak tahu lagi bagaimana menghadapi tuntutan keluarga Dwelly, dan saat aku frustrasi, dia datang menawarkan pernikahan itu padaku. Dia berjanji akan menyelesaikan masalahku, jadi aku hanya berharap semuanya akan berjalan lancar." Sanny tersenyum maklum. Dia menjadi saksi semua kesulitan yang Brandy alami, jadi diapun mendukung Brandy dengan pilihannya. "Aku percaya Rowan Marthin bisa membantumu, Bree. Dibalik reputasinya sebagai CEO Casanova, sesungguhnya dia pria hebat. Dan kamu juga punya hak untuk mencoba bahagia, Bree. Jangan ragu-ragu, kamu bisa belajar mencintai Rowan Marthin setelah kalian menikah. Siapa tahu lama-lama pria itu tertarik juga padamu." Kata Sanny penuh semangat. "Aku tidak yakin bisa begitu, San," kata Brandy dengan ragu. "Pernikahan kami hanya akan berlangsung selama dua tahun. Aku yakin pria itu memiliki rencana lain setelah itu." Sanny mengangguk, mencoba memahami. "Ya, itu benar. Tapi siapa tahu, mungkin selama dua tahun itu kamu bisa menemukan sesuatu yang nyata di antara kalian berdua." Brandy menggeleng. "Aku tidak ingin menaruh harapan yang terlalu tinggi. Aku hanya ingin menjalani pernikahan ini dengan tenang dan menyelesaikan masalahku.” Ujar Brandy pasrah. “Selain itu aku ingin menyelesaikan pendidikanku tanpa gangguan kasus yang akan membuat noda dalam perjuanganku." Sambung Brandy tenang. "Siapa yang tahu apa yang akan terjadi nanti, Bree. Aku hanya berharap kamu bahagia dengan pria itu dan nantinya dia juga berubah menjadi pria baik-baik." Ucap Sanny, terus berusaha menyemangati Brandy. Brandy tersenyum tipis. "Terima kasih, Sanny. Aku juga berharap begitu, meskipun aku tidak terlalu optimis." Dia merenung sejenak sebelum melanjutkan, "Yang pasti, aku akan berusaha menjalani semuanya dengan sebaik-baiknya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD