CHAPTER 15

1035 Words
Sindy khawatir dengan Adam, dia terus mondar mandir selama seharian ini. Tidak tahu apa yang harus dilakukan karena dia sendiri tidak dapat menghubungi Hans. Kesal, sedih, marah, entah apa yang terjadi dengan Adam di hari pertama mereka berpacaran. Yang mana membuat Sindy menahan tangisannya sejak tadi. Dia ditinggalkan hanya karena keanehan yang terjadi pada keluarganya. Sampai saat sore menjelang, Sindy melihat seseorang datang sambil menggendong pria lainnnya di punggung. Dan merasa mengenali siapa yang datang, Sindy lantas langsung berlari ke arah luar dan bahkan membuka pintu secara paksa. Brak! Sampai suara pintu terbuka terdengar. "Apa itu adam?" Hans mengangguk. "Aku menemukannya pingsan di hutan, dia demam dan menggigil," jelasnya sambil melangkah masuk ke dalam pondok melewati Sindy. "Dimana aku harus membaringkannya?" "Baringkan saja di kamarku." Hans menatap Sindy tidak percaya. "Naik ke kamarmu dan melewati semua tangga itu?" "Maaf, tapi tidak ada pilihan lain. Aku ingin merawatnya dengan mudah." Dengan tenaga yang dia miliki, Hans melangkah menaiki tangga dan akhirnya membaringkan tubuh Adam di atas ranjang. "Tubuhnya sedikit kotor." "Aku akan membersihkannya. Terima kasih telah membawanya ke sini." "Sama sama, apa yang terjadi dengannya?" Lalu Sindy melangkah membawa Hans keluar dari kamar dan menjelaskan Adam yang sering berhalusinasi akhir akhir ini. Pikir Sindy itu karena Adam tertekan sebaggai penulis yang tidak kunjung terkenal. "Kau pikir apa yang harus kita lakukan?" tanya Sindy dengan wajah yang kebingungan. "Aku tidak ingin dia terus-menerus seperti itu, ini tidak sehat untuk kesehatannya. Yang aku sadari dan amati selama ini, aku hanya melihat Adang yang tertekan karena dia tidak bisa menjadi penulis seperti apa yang dia impikan. Padahal aku melihat banyak potensi, dan dia tertekan karena hal tersebut." "Nada bicaramu menyiratkan kalau kamu memiliki hubungan khusus dengannya, Kau sangat terlihat khawatir. Bisa kau Jelaskan terlebih dahulu apa yang terjadi antara dirimu dan dengan dirinya." Akhirnya Sindy menjelaskan Bagaimana hubungan keduanya tercipta hingga dirinya bisa sepeduli ini kepada Adam. "Aku hanya ingin membantunya sebagai pacar yang baik. Kau bisa memberiku masukan." "Aku tidak tahu apa yang ada di antara kalian dan tidak ingin terlibat, tapi kalau kamu berpikir dia sakit dengan pikirannya aku rasa tidak baik untuknya berada di sini." Sindy menggelengkan kepalanya kuat. "Tolong jangan beritahukan hal ini kepada keluargaku, Aku ingin memperkenalkan Adam pada mereka dan aku akan membantunya untuk bisa sembuh," begitu ucap Sindy dengan penuh janji. "Tapi orang seperti dia akan membuat kekacauan di sini banyak sekali benda-benda berharga milik keluargamu." "Dia tidak tertarik dengan benda-benda kuno ini dan tidak akan pernah merusaknya. Cukup Tutup mulut perihal kondisi Adam dan aku akan menambahkan bayaranmu." "Baiklah nona, itu urusan kalian. Tapi jika suatu saat keluargamu mengetahui kalau kinerja Adam tidak baik, jangan salahkan aku," ucap Han sebelum akhirnya dia melangkah pergi. Meninggalkan Sindy dengan penuh kebingungan dan juga khawatiran. Sampai akhirnya dia memilih untuk membersihkan tubuh Adam terlebih dahulu sebelum akhirnya memilih untuk membuka lagi buku-buku lamanya tentang psikologi. Sebuah kenyataan kalau Sindy ternyata adalah mahasiswa jurusan Psikologi, namun harus terhentikan sesaat karena dirinya yang sakit. Bukan hanya satu jurusan yang diambil oleh Sindy, dia juga mengambil jurusan kimia dan juga kedokteran hingga dia mengamati Adam sampai akhirnya memutuskan untuk mengobati Adam sampai imajinasinya tidak lagi menghancurkan pikirannya. "Aku akan mengobatinya, Dia pria yang baik dan aku yakin dia akan menjadi pria yang sukses juga," gumamnya seorang diri sampai akhirnya Sindy berdiri kemudian membuka pintu yang ada di dekat lemari. Sungguh pintu itu tidak terlihat ada karena menyatu dengan dinding, berkamuflase salah tidak ada ingin yang tahu. Karena kenyataannya di balik dinding itu adalah dunianya Sindy dimana orang-orang terdekatnya saja tidak tahu dia selalu bermain-main dengan obat kimia dan juga beberapa Penelitian yang dilakukan untuk sesuatu yang sangat dia sukai. "Aku akan membuat Adam sembuh," begitu ucapnya sambil kembali menutup pintu dan duduk melihat zat-zat kimia yang dia kumpulkan selama ini. Apa yang akan Sindy lakukan pada Adam? *** Adam terbangun dari tidurnya dan kaget ketika mendapati sebuah tangan yang menggenggam nya. "Tenang ini adalah aku, kau aman bersamaku disini dan tidak akan ada yang mengganggumu lagi." Itu adalah Sindy, Yang diingat oleh Adam dirinya meninggalkan perempuan ini karena telah melihat penampakan di rumah yang dia jaga. Sadar dirinya kembali ke tempat itu, Adam langsung mendudukkan dirinya dan mengamati sekitarnya. "Adam Tenanglah tidak akan ada yang menyakitimu di sini," ucap Sindy menahan tahu Adam. "Minum ini terlebih dahulu." Ada obat dan juga air putih di sana yang membuat ada menaikkan alisnya bingung. "Ini obat untuk membantu rasa pusing hilang, coba dulu agar kau lebih tenang." Karena Adam sedang dilanda kegelisahan maka dia menuruti apa yang dikatakan Sampai akhirnya dia berkata, "Aku tidak ingin ada di dalam rumah ini, rumah ini aneh dan memiliki banyak hantu di dalamnya aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi." "Kau berpikir itu adalah ulah hantu? Coba kau pikirkan lagi." "Apa kau berpikir aku gila? Penjaga lama di sini bilang bahwa ada suku di balik hutan yang sering turun tapi mereka adalah manusia dari yang aku sadari di tempat ini bukanlah manusia, ada beberapa makhluk tidak kasat mata yang selalu mengganggu kita. Kau juga harus pergi dari sini dan katakan pada keluargamu Kalau tempat ini tidaklah baik." "Oke kalau kau berpikir itu adalah hantu, tapi apakah mereka menyakitimu? Apakah mereka mengganggu dan membuatmu merasakan kerugian?" Adam terdiam karena selama ini hantu-hantu itu hanya mengganggu pikirannya saja. "Tidak bukan?" "Tetap saja mereka sangat menganggu karena telah membuatku seperti ini, aku tidak bisa fokus dan Pikiranku terus melayang." "Aku bertahun-tahun tumbuh ditempat ini dan tidak ada yang namanya hantu Adam, maaf untuk mengatakan ini tapi aku rasa Kau hanya mengalami depresi karena impianmu belum juga terkabulkan." "Kau mengatakan aku berhalusinasi hanya karena aku belum bisa mencapai mimpiku itu?" "Aku tidak mengatakan hal tersebut Tapi aku rasa Kau hanya keberkahan dan butuh istirahat. Sayang sekali Jika kau harus meninggalkan tempat ini, apalagi tahu akan dikenalkan kepada orang tuaku dan juga keluargaku. Apakah benar-benar ingin pergi dari sini?" tanya Sindy lagi dengan tangan yang meremas milik Adam dengan kuat. Benar juga, Adam hanya perlu bertahan sebentar lagi untuk mendapatkan banyak uang. Terlebih dia juga mendapatkan Sindy yang merupakan anak majikannya yang kaya. Dan entah kenapa, kini Adam merasa lebih tenang. "Kau mau mengobati rasa takutmu denganku?" Adam mengangguk dan menunduk. "Aku tidak bisa pulang dan membuat Ibuku kecewa."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD