Benar-Benar Meresahkan

2264 Words
Setelah mendengar banyak ceramah dari David dan Luci, akhirnya Galuh mengaku salah. Salah atas sikapnya yang terlalu syok saat mendapati putranya menikah dan membawa pulang istrinya secara tiba-tiba seperti tadi. Namun meski begitu, Febrian tetap tidak bisa menyalahkan Galuh , karena pikirnya, hal itu wajar Galuh rasakan. "Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku... Aku gak bisa berpikir Luci. Kepalaku rasanya masih konslet?!" ujar Galuh setelah cukup tenang. Dia masih membaringkan tubuhnya di atas pangkuan sang suami, dengan nafas yang masih saja terdengar sesenggukan. Luci melirik jam di dinding ruangan itu dan ternyata waktu sudah menunjukkan angka lima sore. Sungguh sejak Luci tiba di rumah itu sampai sekarang, Luci belum sekalipun makan sesuatu dan mendadak perutnya lapar. "Aku juga tidak tahu. Kau tahu sendiri aku tidak bisa berpikir kalau perutku kosong. Jadi lebih baik minta Bibi untuk menyiapkan makanan dulu untukku agar aku bisa berpikir apa yang seharus kita lakukan setelah ini untuk membuat menantumu nyaman!" balas Luci karena memang begitulah yang dia rasakan saat ini. Lapar, dan jika dalam kondisi lapar Luci benar-benar tidak bisa diajak berpikir serius, terlebih lagi saat ini Galuh benar-benar sudah melakukan tindakan yang sangat fatal dengan sikap tidak terbuka ketika menyambut menantunya. "Kenapa yang ada di otakmu hanya makanan saja, Luci!" seru Galuh saat bangkit dari rebahnya tapi Luci hanya terlihat menghela nafas dalam diam. "Mau bagaimana lagi Galuh. Tadi aku sedang tidur siang saat kau menghubungiku, lalu minta aku buru-buru datang ke rumahmu. Sekarang sudah lebih dari tiga jam aku duduk di sini, kau bahkan belum mengeluarkan kue-kue untuk menjamu ku. Aku tidak akan kenyang hanya dengan minum secangkir teh. Harusnya kamu intropeksi diri Galuh, akhir-akhir ini kamu jadi pelit tiap kali aku datang!" bales Luci semakin melebar. "Luci jangan mulai lagi!" Febrian menimpali, tapi Galuh justru terlihat memutar bola matanya dengan sangat asal. "Aku bukannya tidak mau mengeluarkan kue-kue untukmu, Luci. Tapi kebiasaanmu membawa kue beserta toplesnya pulang yang membuat aku jadi malas menjamu mu!" tolak Galuh karena lebih dari tiga kali Luci memboyong kue beserta toples milik Galuh pulang. "Aku hanya melakukannya sekali Galuh dan kau masih mengungkitnya sampai sekarang?!" bales Luci, tapi Galuh langsung menggeleng. "Kau bilang sekali! Toples ku sudah habis kamu bawa, dan kau hanya ingat satu kali membawa kue beserta toplesnya?!" sarkas Galuh semakin sengit . "Iya iya. Nanti aku balikin toplesnya!" seru Luci buru-buru mengalah. "Harusnya kamu bersyukur aku masih menyukai kue dan toples mu, coba kalau yang aku bawa pulang itu putra dan menantumu, coba bayangkan. Siapa kira-kira yang akan membuat rumah mu rame?!" ujar Luci dan Galuh diam sejenak, begitu juga dengan Luci dan kedua laki-laki yang sedari tadi hanya bisa menjadi pendengar kegaduhan keduanya, David dan Febrian. Luci benar-benar diam seolah memikirkan sesuatu dan untuk sesaat pandangan Galuh tertuju ke arah wanita tua itu sebelum akhirnya kedua sudut bibir Luci terlihat tertarik simetris ke kiri dan ke kanan sehingga menampilkan senyum di wajah yang mulai keriput itu. Senyum yang bahkan Galuh sendiri tidak mengerti artinya, tapi sepertinya sesuatu yang tidak benar sedang ada di pikiran Luci saat ini. "Oh, atau begini saja. Jika kamu tidak menginginkan menantumu, menolak pernikahan putramu, biarkan aku saja yang menerimanya. Biarkan Cannon dan istrinya tinggal di rumahku. Sungguh aku tidak keberatan. Iya kan Dave!" Satu ide gila tiba-tiba keluar dari bibir Luci dan tentu saja Galuh langsung melotot tidak terima dengan apa yang baru saja Luci serukan. "Jangan macam-macam Luci!" tolak Galuh. "No. Sepertinya itu benar-benar ide yang sangat bagus. Lebih baik aku naik ke kamarnya dan mengatakan hal ini. Aku tidak keberatan untuk menyiapkan kamar pengantin untuk mereka di rumahku. Aku yakin Cannon akan cepat memberikanmu cucu jika tinggal di rumahku. Setidaknya Kayla tidak akan merasa stres jika memiliki mertua sepertimu!" ujar Luci yang langsung bangkit dari duduknya , dan bersiap menuju anak tangga rumah itu, tapi Galuh juga buru-buru ikut bangkit dari duduknya kemudian menahan langkah Luci untuk satu kekonyolan wanita itu. "Jangan coba-coba melakukan itu Luci. Aku tidak akan membiarkan mereka kemana-mana!" tolak Galuh. "Galuh....!" Luci. "Dia putraku, juga menantuku. Aku yang paling berhak atas mereka. Kamu jangan macam-macam!" tolak Galuh sengit, tapi alih-alih merasa takut, Luci justru terlihat menghela nafas seraya memutar bola matanya dengan sangat asal atas sikap Galuh yang menurutnya plin-plan. Setelah merasa syok dengan pernikahan putranya, dia justru tidak ingin percaya bahwasanya Cannon benar-benar sudah menikahi wanita itu, sekarang giliran Luci ingin mengambil alih pengantin baru itu, Galuh justru mempertegas statusnya yang lebih berhak atas putra dan menantunya dibanding siapapun. Aneh bukan! "Kamu itu aneh ya Galuh! Sebentar bilang tidak mau, tapi sebentarnya lagi bilang mau!" balas Luci lagi saat kembali mendaratkan bokongnya di sofa yang sebelumnya dia duduki, dan Galuh juga kembali duduk. "Kalo kamu gak mau ngasih makan aku, mending kasi aku kopi dulu gih. Pusing aku!" ucap Luci lagi tapi kali ini David yang langsung menggeleng. "Luci....!" David. "Enggak. Aku gak mau Angelina sedih hanya karena menuruti keinginan mu itu. Apalagi jika kau sampai kumat setelah minum kopi!" tolak Galuh setelahnya. "Udah lebih baik aku minta Bibi siapin makan untuk mu, dari pada kamu terus bawel!" Sambung Galuh pada akhirnya dan bangkit dari duduknya untuk segera ke arah dapur. "Tidak hanya untukku saja, Galuh. Kau juga harus menyiapkan jamuan lebih untuk menyambut menantumu. Sekalian itung-itung untuk minta maaf padanya atas sikap tidak nyaman yang mungkin saja dia rasakan dengan sikapmu sebelumnya!" ucap Luci dan kali ini Galuh langsung mengangguk dengan sangat lemah karena seperti itu ide yang cukup baik untuk memulai hubungan baik dengan menantunya. Di tempat lain. Kayla masih di dalam kamar mandi. Berusaha membuka resleting gaun pengantin yang dia gunakan karena sungguh, tubuhnya sudah terasa gerah, dan sepertinya mandi akan menjadi salah satu alternatif untuk menyegarkan tubuh dan kepalanya saat ini, terlebih lagi sikap laki-laki tengil itu benar-benar sangat meresahkan. Sungguh , dari sejak mereka masih di hotel tadi, Kayla benar-benar tidak bisa berpikir jernih untuk memahami apa yang sedang terjadi di antara mereka karena setiap ucapan yang keluar dari mulutnya dan juga mulut Meira selalu bisa Cannon tangkis dengan kalimat-kalimat sarkasme yang membuat Kayla dan Meira tidak bisa berkutik sama sekali, terlebih lagi Cannon justru mendapat dukungan dari neneknya. Belum kelar semua masalah itu, Kayla masih harus menghadapi rasa syok Galuh yang tidak percaya dengan apa yang terjadi atas putranya. Oh sungguh otak Kayla benar-benar akan mendidik lalu meledak dengan semua ini, dan sekarang di tambah lagi resleting gaun pengantin itu yang tidak bisa dia jangkau untuk dia buka sendiri, meskipun Kayla sudah dari dari putar kiri , dan putar kanan, tapi tetap saja tangannya tidak sampai di belakang punggungnya. "Oh sial. Gaun ini benar-benar sangat merepotkan!" umpatnya seraya menghela nafas. "Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus minta bantuan bocah itu untuk membukanya?" batin Kayla lagi seraya menahan dagunya untuk berpikir. "Ah enggak. Enggak. Entar dia malah tambah besar kepala. Enggak...." ralat Kayla yang tahu apa kira-kira yang terjadi jika dia justru meminta bantuan pada bocah tengil itu. Bukannya membantunya melepas gaun, yang ada bocah itu justru menginginkan lebih. Sungguh itu benar-benar sangat rawan untuk Kayla. "Oh atau aku minta bantuan Mommy aja kali ya. Sepertinya dia jauh lebih bisa di andalkan!" Kayla merasa benar-benar mendapatkan pemecahan dari masalah gaun sialannya itu. Meminta bantuan pada Luci untuk membuka resleting di belakang punggungnya sepertinya ide yang sangat brilian dibanding harus meminta bantuan kepada si tengil Cannon. Dan fix . Luci adalah pilihan paling tepat untuk Kayla. Namun baru saja Kayla akan membuka pintu itu, tiba-tiba Cannon sudah berdiri di depan pintu sambil memegang pintu itu, dan Kayla langsung membentur tubuh tinggi Cannon yang berdiri, dan iya, Kayla yang kaget tentu saja langsung jatuh di depan tubuh Cannon, dan Cannon yang juga belum siap menerima tubuh Kayla tentu saja langsung oleng dan terjatuh di lantai dengan sebelah tangan yang justru memeluk pinggang Kayla, dan iya keduanya sama-sama berakhir di lantai dengan Cannon yang berada di bawah tubuh Kayla. Posisi yang sangat intim, bahkan bibir Kayla sudah mendarat sempurna di atas bibir Cannon dan sebelah tangan Cannon juga refleks menahan d**a Kayla. Untuk sesaat pandangan mereka bertemu di jarak yang begitu dekat. Tidak hanya bibir mereka yang menempel satu sama lain, tapi hidung mereka pun ikut saling menindih. Degup jantung keduanya sama-sama berpacu tidak karuan. Untuk sesaat Kayla merasa waktu berhenti berputar, sementara Cannon merasa dunianya runtuh di depan Kayla. Perutnya di penuhi bunga-bunga, dan hatinya di hiasi pelangi seribu warna, dan tiba-tiba senyum Cannon tertarik simetris membentuk sebuah senyuman, tapi detik berikutnya Kayla justru berteriak sekencang-kencangnya saat menyadari posisi mereka yang begitu intim, dan sangat rawan. "Akkk........" Galuh yang baru beranjak dari duduknya seketika menoleh ke arah sumber suara, begitu juga dengan Luci , David dan Febrian. Mereka kompak mendongak ke arah lantai atas dan sedetik berikutnya mereka buru-buru bergegas menaiki anak tangga rumah itu untuk melihat apa yang terjadi di sana. Tingkat kekepoan mereka benar-benar di luar batas antartika. Pikirnya, Cannon sedang melakukan kekerasan dalam rumah tangga , mengingat zaman sekarang banyak anak-anak muda berbondong-bondong menikah muda , meski mereka masih belum siap mental dan pikiran hingga akhirnya kekerasan terjadi di antara mereka lalu paling fatal rumah tangga yang baru mereka bangun justru berakhir berantakan dan sungguh baik Luci ataupun Galuh sama-sama tidak ingin hal itu terjadi, meskipun sebelumnya mereka sempat merasa syok dan tidak terima dengan pernikahan dadakan yang Cannon lakukan hari ini, dan dengan langkah yang sangat cepat Luci menaiki tangga itu , membuka dengan tergesa-gesa pintu kamar itu. Namun apa yang mereka liat sata ini sungguh di luar nalar. Jika sebelumnya mereka berpikir bahwa Cannon sedang melakukan kekerasan, ternyata yang terlihat justru sebaliknya. Kayla sedang menjambak rambut Cannon dengan Cannon yang terus minta ampun, dan saat pintu kamar itu di buka dari arah luar, Kayla buru-buru berlari ke arah Luci sembari bersembunyi di belakang punggung Luci. "Apa yang terjadi?!" Luci mengedarkan pandangannya. "Mommy. Dia benar-benar laki-laki messum!" Seru Kayla dan Galuh langsung membantu Cannon yang terlihat kacau di dekat ranjang. "Berbuat messum?" kutip Luci dan Kayla langsung mengangguk. "Berbuat messum bagaimana?" Luci masih tidak mengerti. Pasalnya mereka suami istri dan baru menikah, bagaimana bisa salah satu dari mereka justru berbuat messum? "Dia menyentuh dad da.....!" Kayla menggantung kalimatnya sambil memeluk dadanya sendiri, hingga David dan Febrian pilih mundur saat tau ini kondisi darurat kaum wanita, dan setelah David dan Febrian keluar, barulah Kayla lebih lugas. "Dia menyentuh dadaku, Mommy. Dia benar-benar bocah messum!" "Aku tidak sengaja Sayang. Habisnya kau tiba-tiba keluar dan aku kaget." Cannon menjelaskan karena memang begitulah faktanya. "No. Kau pasti ingin berbuat yang enggak-enggak kan!" balas Kayla tapi Cannon tentu saja langsung menggeleng. "Mommy. Aku gak kek gitu. Sungguh!" balas Cannon lagi dan Luci buru-buru meminta Cannon diam, karena pikirnya mereka hanya sedang menyesuaikan diri mereka masing-masing dan sungguh ini benar-benar sangat manis untuk sekedar Luci bayangkan. "Sudah. Lebih baik kamu diam Can!" Luci menghentikan perdebatan itu, tapi Kayla masih saja bersembunyi di belakang punggung Luci. "Dan kau Kayla. Bukankah kalian sudah menikah? Kau tidak bisa menganggap sikap Cannon adalah sesuatu yang messum , karena sekarang kalian adalah suami istri. Itu semua hal yang sangat wajar, jika seorang suami...!" Luci menjeda kalimatnya seraya membuat tanda kutip di kedua sisi telinganya dan seketika Kayla langsung kesulitan menelan ludahnya karena malu. Ooh...., untuk sesaat dia benar-benar lupa jika dia dan Cannon memang sudah menikah , dan sepertinya dia harus segera menyesuaikan diri dengan laki-laki messum ini. Oh ini benar-benar sangat menyebalkan. "Tapi Mommy...!" Kayla. "Udah gak apa-apa. Mommy yakin dia gak akan bersikap macem-macem. Mommy tau dia!" Ucap Luci lagi seraya mengelus lengan atas Kayla dan baru setelah itu Kayla menghela nafas, kembali bersikap pasrah , karena bagaimanapun ini adalah resiko dari apa yang dia perbuat , dengan rencana pernikahan kontrak yang benar-benar gagal total dan berakhir dia yang harus menikahi seorang berondong tengil. Oh ini benar-benar situasi yang sangat meresahkan bukan? Setelah merasa cukup tenang, Luci dan Galuh kembali meninggalkan kamar itu, membiarkan kedua pasangan baru itu saling menyesuaikan satu sama lain dan sepertinya Kayla memang benar-benar tidak punya pilihan lain selain menerima takdirnya bersuamikan brondong tengil bin meresahkan. Kini hanya kecanggungan yang tercipta di antara mereka, Kayla dan Cannon. Kayla pilih duduk di sisi ranjang, dengan gaun besarnya dan Cannon yang hanya berdiri di sisi lemarinya. Menatap ke arah Kayla yang terlihat kikuk dari duduknya. Seperti biasa. Cannon selalu bisa mencairkan suasana tegang menjadi asik dengan segala ulah konyol bin pecicilannya. Dia membuka baju kemeja putih yang masih menempel di tubuh putihnya, kemeja yang bahkan sudah basah karena keringat dan untuk sesaat Kayla justru menutup matanya sembari memalingkan wajahnya ke arah lain, tapi menit berikutnya Cannon justru sudah berdiri tepat di depannya. Benar-benar di depan Kayla dengan jarak hanya beberapa jengkal saja. "Apa Mbak gak risih terus mengunakan pakaian pengantin ini? Jika Mbak mau, Mbak bisa pilih salah satu pakaian ku untuk Mbak gunakan sementara, nanti aku minta Mama untuk menyiapkan pakaian untukmu!" ucap Cannon lembut dan deek..... Jantung Kayla serasa tidak karuan saat Cannon berdiri sedekat ini tanpa menggunakan baju, dan aroma tubuh Cannon langsung ikut menyeruak masuk ke indra penciuman Kayla, dan untuk sesaat Kayla seperti orang yang kehilangan kesadaran. Dia seolah terhipnotis dengan aroma lembut di tubuh bocah tampan itu. "Sini aku bantu membuka resletingnya, dan setelahnya, Mbak bisa membersihkan diri lebih dulu. Lalu ganti pakaian!" sambung Cannon lagi yang sudah berjongkok di depan Kayla dengan kedua tangan yang melingkari tubuh Kayla , untuk menjangkau resleting di belakang punggung Kayla, dan kembali jantung Kayla berdegup dan berdesir tidak karuan. Kayla menahan nafasnya saat tubuh Cannon justru setengah memeluk tubuhnya, dan sreeeet....... Resleting itu turun begitu saja, dan gaun tanpa bahu dan lengan itu langsung mengembang, lepas dari tubuh Kayla seiring turunnya resleting di belakang punggungnya dan ....... Iya....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD