Rencana Manis Cannon

2623 Words
Prediksi Galuh benar-benar salah. Dia memilih menghubungi Luci dan memintanya datang untuk menghentikan kekacauan yang putranya buat. Namun sayang , bukannya mendapat dukungan, Luci justru memihak pada Cannon, dan wanita tua itu seolah merestui pernikahan tidak masuk akal yang Cannon lakukan hari ini. Cannon menyerahkan buku nikah mereka, menunjukkannya pada Luci dan Galuh untuk meyakinkan keduanya bahwasanya mereka memang benar-benar sudah menikah secara sah dan mau tidak mau Galuh memang harus menerima Kayla sebagai istri Cannon, atau dengan kata halus, menantunya. Sama seperti Luci, Febrian dan David juga tentu saja tidak bisa berkata apa-apa ketika Cannon sudah langsung menunjukkan buku nikah mereka. Menolak fakta itu pun percuma karena dari pengakuan Kayla sendiri, dia membenarkan apa yang Cannon katakan bahwasanya mereka memang sudah menikah secara sah dan melangsungkan pesta pernikahan itu secara sakral dan mewah, hanya saja Kayla dan Cannon memang tidak menceritakan kronologi kenapa mereka bisa berakhir di atas altar dan mengikat janji pernikahan satu sama lain. Cannon memilih bungkam, karena pikirnya ini adalah takdir yang terlalu indah untuk sekedar dilewatkan, dan dia akan berusaha menerimanya dengan sukarela lalu menikmatinya dengan sukacita. Secara istrinya cantik, sebelas dua belas lah dengan Clarissa. Sementara Kayla sendiri tentu saja tidak bisa mengatakan kebenaran dari ide konyol yang sebelumnya dia susun bersama Meira, karena itu sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri, terlebih lagi Catherine, neneknya terlihat antusias dan menyukai Cannon, dan setelah dipikir-pikir Keyla juga tidak punya alasan untuk menolak pernikahan itu , karena sebenarnya dia sedang tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya tidak ingin neneknya kembali memaksanya untuk menikah dengan laki-laki b******k itu. "Jadi katakan. Bagaimana bisa kau menikah tapi gak ngundang Mommy, ah!" Seru Luci setelah mereka cukup tenang, meskipun Galuh masih terlihat sesenggukan dari sisa tangisnya. "Ah kalo jodoh gak kemana Mommy. Gak di cari malah datang sendiri. Iya kan Sayang!" jawab Cannon sembari menyikut bahu Kayla dengan bahunya, dan Kayla terlihat menghela nafas. "Jangan memanggilnya Mommy, Cannon!" timpal Galuh kesal saat lagi dan lagi Cannon memanggil Luci dengan panggilan Mommy. "Sudah berapa kali Mama bilang jika dia itu adalah saudara perempuan mu, bukan Mommy kamu. Berhenti memanggilnya Mommy, panggil dia Mbak!" Sambung Galuh dengan intonasi suara yang terdengar kesal. "Biarin aja sih. Lagian apa sih kamu ini. Dia udah nyaman manggil aku Mommy. Udah....!" Luci menyela ucapan Galuh dan Cannon langsung mengangguk. Dari sejak Cannon usia satu tahun, Cannon memang sudah memanggil Luci dengan panggilan Mommy. Secara saat itu Daniel sudah remaja. Sudah lulus SMA saat Cannon lahir, sementara Lucas dan Angelina sudah mau masuk SMP. Dan saat mendengar ketiga anak Luci memanggil Luci dengan panggilan Mommy, Cannon juga secara reflek ikut memanggil Luci dengan panggilan Mommy dan itu ternyata berlanjut sampai sekarang. Padahal sebenarnya Cannon dan Luci itu adalah saudara se ayah. "Kayla. Kau jangan ikut-ikutan memangilnya Mommy. Dia itu kakak perempuannya Can. Kau harus memanggilnya Mbak atau kakak!" seru Galuh sambil mengusap pipinya yang basah dan Kayla hanya asal mengangguk, sementara Luci hanya mencerbikkan bibirnya untuk mengejek kecemburuan Galuh yang tidak masuk akal terhadapnya hanya karena Cannon memanggilnya Mommy. "As you wish lah Galuh. As you wish!" balas Luci tapi David dan Febrian tetap hanya bisa menghela nafas dalam diam saat melihat bagaimana kedua wanita itu yang tidak bisa akur. "Oh ya Can, katakan sama Mommy, apa rencana kamu setelah ini?" tanya Luci lembut dan Cannon langsung tersenyum garing. "Rencana Cannon selain kuliah, ya sudah pasti ngasih Mama cucu lah. Apa lagi? Omma Catherine juga udah tidak kesabaran untuk punya cicit?" jawab Cannon santai, dan kembali tangis Galuh pecah. "Huaaaa. Kau dengar itu Ryan. Dia bilang mau ngasih aku cucu!" kutip Galuh sembari menangis. Mengusap ingusnya dengan tisu yang sedari tadi dia pangku. "Galuh, Galuh tenang dulu dong. Kamu jangan dikit-dikit nangis. Aku kan jadi bingung!" seru Febrian. "Bingung bagaimana? Putramu menikah di usia yang sangat muda tapi kamu malah terlihat biasa-biasa saja? Ayolah Febrian, kau benar-benar tidak bisa diandalkan. Kau bahkan berpihak pada mereka dengan membiarkan putraku menikah di usia delapan belas tahun!" Kesal Galuh tapi Febrian langsung menggeleng tapi juga mengangguk karena dia benar-benar bingung saat ini. Jika dia terang-terangan membela dan mendukung keputusan Cannon saat ini , itu artinya dia menentang kekecewaan Galuh, tapi jika dia menentang pernikahan Cannon saat ini, itu juga percuma karena bukti jika mereka sudah sah sebagai sepasang suami istri memang sudah ada di depan mata mereka, dan di sini Luci juga benar bahwasanya kuliah masih bisa dikejar meski sudah menikah, tapi jodoh tidak bisa ditunggu jika sudah datang waktunya. "Kamu itu apaan sih Galuh. Itu tu rencana yang baik. Lagian kamu ini kenapa sih. Cannon itu udah bener kok. Dia udah menikah dengan cara yang sah, dapat istri yang cantik, dan setelahnya dia juga akan menghadiahimu dengan seorang cucu. Bukankah itu rencana yang sangat keren?!" seru Luci yang benar-benar tidak tahu kekhawatiran Galuh saat ini. Sebenarnya Galuh tidak masalah jika putranya menikah, hanya saja dia masih menyayangkan jika Cannon justru menikah di usia yang masih sangat muda, bahkan menurut Galuh terlalu muda untuk ukuran anak laki-laki. Dia baru lulus SMA. Pikir Galuh, Cannon itu benar-benar masih kecil. "Keren apanya Luci!" Galuh kembali mengusap ingusnya lalu kembali menarik tissu untuk mengelap air matanya. "Keren lah. Kan kalau Cannon punya anak itu artinya aku akan punya keponakan, dan kamu akan punya cucu!" kutip Luci mempertegas maksud Cannon dan Galuh kembali histeris. "Huaaaak. David . Tolong ajari istrimu. Dia baru saja mengatakan aku tua? Apa dia pikir dia masih muda?!" tolak Galuh yang justru tidak terima jika Luci akan mendapatkan keponakan dari putranya, sementara dia justru akan menjadi nenek. "Lah. Emang benar kan. Aku akan menjadi aunty dari anak-anaknya Cannon, dan kamu akan menjadi nenek Galuh! Di bagian mana salahnya? Bukankah tadi kamu menegaskan jika Cannon itu adalah adikku, lalu bagaimana ceritanya kamu justru menolak takdirmu yang akan dipanggil nenek oleh keponakanku?!" Tolak Luci lagi dan kali ini rasa pusing di kepala Kayla semakin menjadi-jadi. Dia sedang pusing menghadapi drama tidak terduga ketika dia harus tiba-tiba menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal dan sialnya lagi laki-laki itu masih terpantau di bawah umur, dan sekarang Kayla tambah pusing ketika mendengar perdebatan antara Luci dan Galuh. Keyla masih tidak bisa mencerna apa hubungannya Cannon dengan Luci. Jika Luci adalah kakak perempuan Cannon, lalu kenapa Cannon justru memanggil Luci dengan panggilan Mommy. Oh, ini benar-benar sangat membingungkan untuk Kayla. "Tapi Luci. Apa kau...." "Oh kepalaku sakit Can. Aku benar-benar sangat pusing. Tidak bisakah aku mendapatkan istirahatku sebentar saja. Sungguh aku benar-benar sangat lelah! Dan sekarang tambah mendengar perdebatan Mommy dan Mamamu. Sumpah pusing aku tambah parah , Can!" ucap Kayla yang memang merasa sangat pusing hanya karena mendengar perdebatan Galuh dan Luci . "Ah Sayang. Udah gak sabar mau ke kamar ya!" Seru Cannon saat Kayla mengatakan butuh istirahat, karena istirahat yang Cannon pikirkan saat ini tentu saja berbaring di atas ranjang, dan membayangkan itu saja Cannon benar-benar merasa sangat bersemangat. "Mama, Mommy , apa kalian dengar itu, menantu Mama gak sabar mau ke kamar. Udah ah, kalo kalian masih ingin berdebat, silahkan saja, kami ke kamar dulu!" Sambung Cannon yang sudah langsung bangkit dari duduknya kemudian membantu Kayla juga bangkit dari duduknya dan baru setelah itu Luci dan Galuh sama-sama diam menatap ke arah Cannon dan Kayla, sementara David dan Febrian tentu saja hanya bisa menghela nafas dalam diam seraya saling pandang satu sama lain. Jangankan Kayla, sebenarnya mereka pun merasa sangat pusing setiap kali Galuh dan Luci bertemu dan ribut seperti ini. "Kau dengar itu Galuh. Kau benar-benar tidak tau cara menyambut menantumu. Dia baru datang, tapi kau malah sudah langsung menunjukkan sikap tidak sukamu padanya. Apa kau tau rasanya itu? Oh kau benar-benar keterlaluan Galuh!" ucap Luci setelah Cannon dan Kayla benar-benar meninggalkan ruang tengah rumah itu dengan Cannon yang langsung membawa Kayla menaiki anak tangga rumah itu untuk segera sampai di kamar bocah tampan itu. "Aku...aku.....!" Galuh. "Jangan menyalahkan dia Luci. Sebenarnya aku pun sama terkejutnya dengan Galuh." Febrian membela Galuh. "Iya. Tidak hanya Galuh dan dirimu yang terkejut , Ryan. Aku pun sama terkejutnya. Hanya saja apa perlu kita menunjukkan rasa tidak terima kita dengan keputusan mereka? Kita hanya perlu bersikap tenang. Lagian Cannon juga sudah delapan belas tahun tahun, sudah punya KTP, sudah bisa memasukkan data dirinya untuk yang namanya sebuah pernikahan!" balas Luci tapi Galuh langsung menggeleng. "Tidak Luci. Tidak begitu konsepnya. Jangan hanya karena Cannon sudah memiliki KTP lantas kamu ingin membelanya dengan apa yang dia lakukan saat ini. Dia tetap saja masih terlalu muda, dan...." "Tapi jodohnya sudah datang, Galuh!" potong Luci dengan sangat cepat. "sama seperti dirimu yang tiba-tiba menikah dengan Papaku dulu, aku juga terkejut karena rasanya itu sangat tidak mungkin, tapi apa? Yang awalnya aku pikir kalian hanya sekedar terbawa emosi atau sebuah keterpaksaan ketika memutuskan menikah , nyatanya apa? Kau bisa menjalani pernikahan itu sampai Cannon lahir setelah menempuh penantian panjang untuk sebuah kehamilan. Lalu kenapa kau tidak bisa berpikir positif untuk putramu?!" tolak Luci saat mengingat bagaimana dulu Galuh masuk ke keluarga mereka, menikah dengan Teo Mervino, ayah Luci yang bahkan saat itu sudah berusia lima puluh lima tahun dan memiliki tiga orang cucu sementara Galuh sendiri baru berusia dua puluh dua tahun. Masih sangat muda tapi faktanya mereka bisa melewati ujian demi ujian dari pernikahan mereka sampai mereka berakhir di titik terindah pernikahan mereka. Dan memiliki Cannon diantara mereka. "Tapi Luci...!" Galuh. "Kau menciptakan kesan tidak baik untuk pertemuan pertamamu dengan menantumu. Harusnya kau tidak melakukan itu Galuh. Harusnya kamu berpikir bagaimana jadinya jika Cannon sampai nekat meninggalkan rumah ini hanya untuk hidup bersama wanita itu, jika kau tetap tidak ingin menerima keberadaannya di rumah mu. Aku yakin dia bukan orang sembarangan. Mereka melangsungkan pernikahan dan pesta pernikahan dalam waktu kilat dan pastinya yang membiayai semua itu dia dari pihak perempuan bukan! Karena kita bahkan tidak tahu apa yang terjadi hari ini!" Potong Luci lagi dan baru setelah itu Galuh diam, dan mulai mencerna apa yang Luci katakan tentang wanita itu, Kayla. "Luci benar Galuh. Apa kau mau tau siapa menantumu itu?" kali ini David yang menimpali setelah dari tadi hanya diam menyimak kegaduhan yang Galuh dan Luci ciptakan. "Lihat ini. Mereka benar-benar melakukan pernikahan itu secara resmi!" Ujar David saat menyerahkan ponsel miliknya ke Galuh di mana di sana dia baru saja membuka salah satu website dengan mengklik nama Mikhayla di ikuti foto yang David ambil tadi tanpa sepengetahuan mereka semua, dan foto itu David gunakan untuk membuka situs terkait wanita itu dan hasilnya benar-benar di luar dugaan mereka. Galuh menerima ponsel David dan melihat foto yang terpampang di sana , di mana putranya memang sedang melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita cantik, dan di foto itu juga ada photo seorang wanita tua yang cukup populer di tengah kancah bisnis. Wanita yang rambutnya terlihat putih sempurna dengan senyum keriput di sudut matanya , namun tentu saja mereka mengenali dia, karena beberapa kali mereka memang sempat bertemu dalam sebuah rapat atau tander. Galuh semakin memijat kepalanya yang semakin pusing, saat tau dengan siapa putranya menikah, dan sungguh, bukannya tenang, Galuh malah ingin kembali pingsan. Andai Leon tidak menyapanya dan memanggilnya tadi, mungkin Galuh akan memilih sembunyi, atau lebih baik dia pingsan saja dari pada merasa malu seperti ini. Sementara di lantai atas rumah itu, Kayla diam sejenak saat masuk ke kamar Cannon. Cukup rapi , meskipun ranjangnya ukuran sedang. Namun karena Kayla benar-benar sedang sangat pusing dan lelah, dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang tanpa membuka gaun pengantin yang masih sangat merepotkan itu, sementara Cannon tentu saja mulai menanggalkan tuxedo nya, dan buru-buru menyusul Kayla di atas tempat tidur. Namun baru saja Cannon mendaratkan tubuhnya di atas ranjang itu, Kayla justru langsung mendorong Cannon sampai Cannon jatuh dari atas ranjang, dan kepalanya kejedot sisi nakas. "Apa yang ingin kau lakukan, ah?!" terkejut Kayla. Kayla baru akan menutup kelopak matanya saat tiba-tiba ranjang itu bergerak dan Cannon sudah langsung memeluk pinggangnya. "Mbak. Mbak itu apa-apaan sih. Sakit tau!" Cannon menyentuh pelipisnya seraya duduk bersila di atas lantai. "Kamu yang apa-apaan. Main peluk-puluk. Gak sopan!" tolak Kayla. "Gak sopan bagaimana Mbak. Kan aku cuma meluk Mbak. Lagian kita sekarang tu suami istri Mbak, jadi boleh!" ujar Cannon, tapi Kayla langsung menggeleng. "No. Kamu jangan macem-macem Cannon Rey Marlina. Aku.....!" "Mervino Mbak. Bukan Marlina!" ralat Cannon saat Kayla salah menyebut nama belakangnya. "Ah iya itu sudah. Pokoknya kamu jangan berani macem-macem. Kita itu belum saling kenal satu sama lain, dan...." "Tapi kita udah nikah lho Mbak, dan pernikahan kita sah secara hukum dan publik!" potong Cannon buru-buru . "Iya. Tapi...!" Kayla. "Baiklah. Mari kita saling memperkenalkan diri lebih dulu. Aku Cannon . Cannon Rey Mervino. Aku putra Galuh Afrika dan Teo Mervino, usia ku delapan belas tahun dan sebentar lagi akan lulus SMA!" Cannon memperkenalkan dirinya dengan sangat detail bahkan sampai ikut menjelaskan bahwasanya dia akan segera lulus SMA. Alih-alih merasa senang, Kayla justru merasa syok luar biasa saat Cannon justru dengan tegas mengatakan jika umurnya delapan belas tahun. Bisa-bisanya dia menikah dengan laki-laki yang usiannya tujuh tahun lebih muda darinya. Oh my God. Takdir apa ini. Ini keberuntungan atau justru kesialan untuknya? Dan ini semua tentu saja karena Meira. Meira yang harus bertanggung jawab untuk kekacauan hidup Kayla kali ini. "Jadi apa sekarang. Mbak sudah mengenalku, kan. Jadi udah boleh dong peluk istri sendiri?!" Cannon sudah kembali naik ke atas ranjang dan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Kayla seraya memeluk pinggang Kayla agresif. "No. Jangan lakukan ini Cannon. Atau kau akan berteriak!" Kayla berusaha mendorong kepala Cannon di atas pangkuannya, tapi Cannon semakin mengeratkan pelukannya di sana. "Kalo Mbak teriak, aku akan menghubungi Omma Catherine, dan bilang jika sebenarnya Mbak itu ingin menikah dengan laki-laki bayaran, dan sekarang justru menolak suami Mbak yang tampan, manis dan menggemaskan ini!" tolak Cannon dan Kayla langsung bungkam. "Jangan macem-macem Cannon!" tolak Kayla sambil mengigit giginya sendiri karena kesal. "Iya. Aku gak akan macam-macam, tapi Mbak juga harus menerima pernikahan ini. Terima aku jadi suami Mbak, seperti aku yang juga langsung menerima Mbak sebagai istri ku. Bagaimana!" goda Cannon sembari mengerlingkan sebelah matanya untuk menggoda wanita itu dan Kayla semakin kesal di buatnya, tapi saat ini Kayla benar-benar tidak punya pilihan lain selain setuju, karena bagaimanapun di sini jelas bukan Cannon yang salah, salahnya hanya kenapa Cannon tiba-tiba ada di tempat itu tadi, saat pesta pernikahan itu di gelar. "Terserah kau saja, Cannon. Tapi tolong , untuk saat ini, kamu jangan macam-macam!" Ucap Kayla pada akhirnya, seraya mendorong kepala Cannon untuk bangkit dari atas pangkuannya, lalu dia juga ikut bangkit dari ranjang itu. "Di mana kamar mandinya. Aku mau ke kamar mandi!" Seru Kayla dan Cannon langsung menunjuk ke arah pintu menyerupai dinding kamar itu, karena pintu itu memang nyaris tidak terlihat, dan Kayla buru berjalan ke arah tunjuk Cannon lalu mendorong sedikit pintu itu dan masuk ke dalamnya. Cannon menghela nafas dalam diam, kemudian menghembuskannya dengan sedikit tersenyum. Tersenyum ketika membayangkan sikap naif istri cantiknya, lalu berpikir, apa yang akan kira-kira Kayla lakukan di dalam sana? Oh pasti akan membuka baju pengantinnya, lalu mereka bisa bersiap untuk .... Oh membayangkan itu saja senyum Cannon semakin terlihat manis. Pikir Cannon , apa Kayla tidak merasa risih dengan gaun pengantin besarnya itu? Dan dengan instingnya sendiri Cannon justru mengeluarkan baju kaos miliknya untuk dia bawa ke kamar mandi, berniat ingin memberikannya pada Kayla , agar Kayla bisa berganti pakaian menggunakan bajunya untuk sementara. Namun baru saja Cannon akan membuka pintu itu, tiba-tiba Kayla justru keluar dan langsung membentur tubuh tinggi Cannon yang berdiri di luar pintu dan iya, Cannon yang belum siap menerima tubuh Kayla tentu saja langsung oleng dan terjatuh di lantai dengan sebelah tangan yang justru memeluk pinggang Kayla, dan iya keduanya sama-sama berakhir di lantai dengan Cannon yang berada di bawah tubuh Kayla. Posisi yang sangat intim, bahkan bibir Kayla sudah mendarat sempurna di atas bibir Cannon dan kalian tahu apa yang Cannon lakukan setelah itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD