Cukup lama Maxi berada di kamar mandi, sementara Meira menunggu dengan perasaan tidak menentu di sofa ruang tengah, saat tiba-tiba Maxi keluar dengan wajah yang tidak terlihat baik-baik saja. Wajah tampan itu terlihat murung, seperti awan mendung di kala sore, dan setelah itu Maxi justru melepas sendalnya lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan berbantalkan pangkuan Meira. "Mbak...!" suara Maxi bergetar. "Maxi. Maaf...!" Bisik Meira menyisir rambut lebat Maxi, mencoba menenangkan kekecewaan yang mungkin Maxi dapatkan dari hasil tes tersebut. "Mbak... Aku... Aku..." suara itu masih terdengar bergetar, tapi detik berikutnya Meira di buat syok, karena Maxi justru menangis sambil memeluk perutnya. "Mbak... Ayo kita nikah. Ayo kita nikah. Ayo kita nikah!" ucapnya yang justru terdengar a