04 - Rasa Penasaran

1045 Words
Keesokan harinya... Rafa merasa bersalah karena sudah meninggalkan kekasihnya pulang seorang diri, dia berencana untuk mengunjungi sambil membawa seikat bunga mawar yang segar untuk dia berika kepada kekasihnya itu. Sesampainya di apartemen Cindy, Rafa langsung masuk kedalam karena dirinya juga mengetahui password masuk kedalam apartemen kekasihnya itu. Rafa langsung berjalan menuju kamar Cindy, alangkah terkejutnya Rafa mendapati kekasihnya kini berada dipelukan sahabatnya sendiri. Bunga mawar yang Rafa bawa seketika jatuh dari tangannya. Dengan wajah yang masih kaget bercampur syok Rafa bertepuk tangan hingga membuat Cindy dan Arga terbangun dari tidurnya. "Fa...gue bisa jelasin semuanya!" Seru Arga yang langsung bangkit dari ranjang lalu segera mengenakan pakaiannya. "Tidak perlu Ga....apa yang gue lihat sudah cukup jelas kok." Ucap Rafa sambil tersenyum mengejek secara bergantian menatap sahabatnya lalu kemudian menatap Cindy yang kini hanya menunduk sambil menarik selimutnya. "Cindy...aku tidak menyangka kalau kamu sangat murahan seperti ini, mulai detik ini juga kita putus!" Ketus Rafa lalu langsung bergegas pergi dari apartemen Cindy. "Rafa....aku gak mau putus dari kamu! Biar aku jelaskan semuanya....ini semua tidak seperti...tidak seperti apa yang kamu bayangkan!" Cindy terus saja berteriak dengan sangat histeris. Dia terus saja memanggil - manggil Rafa sambil terus menangis. Dia beranjak dari ranjangnya sambil menutupi dirinya dengan selimut putih tebal lalu ketika dirinya hendak melangkah keluar kamar, Arga langsung menahan Cindy sehingga membuat Cindy segera menoleh kearah Arga dengan tatapan kebencian. "Biar aku saja yang bicara dengan Rafa...sebaiknya kamu tenangkan diri dulu." Ujar Arga lalu segera berlari untuk menyusul sahabatnya itu. Seketika tubuh Cindy terjatuh, dia terus saja menangis histeris karena merasa sangat bodoh, memang musuh terbesar dirinya adalah alkohol. Dia tidak menyangka bahwa dirinya dan sahabat kekasihnya melakukan hubungan badan. Dia benar - benar merasa bersalah kepada Rafa. Menatap dirinya saja Rafa sudah merasa begitu jijik tentu saja Cindy sangat menyadari akan hal itu. Kini Arga berhasil untuk menyusul sahabatnya itu, dengan cepat Arga menahan pintu lift yang akan segera tertutup itu. Rafa sempat melihat Arga sekilas lalu mempersilahkan Arga untuk masuk kedalam. "Sorry Bro...gue gak bermaksud merebut Cindy dari lo! Benaran deh gue bisa jelasin semuanya." Ujar Arga dengan perasaan bersalahnya. Rafa tertawa melihat sikap sahabatnya itu, "Seharusnya gue berterimakasih sama lo! Lo tau gak dari kemarin gue sudah ingin memutuskan Cindy hanya saja gue masih mencari - cari kesempatan, nah berkat bantuan lo semuanya jadi sangat mudah. Thanks ya Bro...gue gak masalah kok dengan apa yang lo lakukan dengan Cindy." Ujar Rafa sambil merangkul Arga membuat senyuman dari bibir Arga kini sudah mengembang dengan sempurna. "Sumpah ya Fa....lo emang sesuatu banget! Gue beneran udah takut banget membuat lo marah besar lalu gak mau lagi untuk temanan dengan gue!" Ujar Arga. "Gak lah lagian gue udah dapat yang baru tadi malam....Cindy buat lo aja!" Ujar Rafa sambil tertawa lepas. "Oh iya? Lo emang sesuatu banget ya! Mudah banget sih lo dapat cewek yang baru lagi....jangan nyesal ya lo, gue gak akan pernah lagi melepaskan Cindy buat lo!" Ujar Arga. "Tidak akan..." Ujar Rafa lalu mereka berdua sama - sama tertawa lepas. Setelah itu Arga kembali untuk menghampiri Cindy kembali dengan wajah yang dibuat sedih dan menyesal. Cindy sangat penasaran dengan apa yang telah dibicarakan oleh Rafa dan juga Arga. Cindy baru saja siap mandi dengan rambut yang berantakan karena masih basah, Cindy secepat kilat sudah mempersilahkan Arga untuk masuk kedalam apartemennya. Aroma shampo dan sabun sangat menyengat di hidung Arga sampai membuat Arga tidak konsentrasi lagi, dia terus saja memandangi tubuh Cindy dari atas hingga kebawah dengan sangat intens dan penuh nafsu. "Kamu mau sampai kapan bediri disana?" Tanya Cindy yang langsung membuyarkan lamunan mesumnya. Arga masuk kedalam apartemen Cindy lalu langsung duduk disamping Cindy dengan wajah sedih. "Apa yang Rafa katakan? Katakan saja aku tidak apa - apa kok." Tanya Cindy sambil terus menatap Arga. "Hmm...aku gak enak bilang ini sama kamu, tapi Rafa sudah tidak mau lagi melihat kamu, dia sangat kecewa dengan kamu Cin...dia juga bilang kalau dia...kalau dia..." Arga tak kunjung menyelesaikan ucapannya. "Dia merasa jijik dengan ku ya?" Tebak Cindy. Arga mengangguk dengan pelan. "Sudah aku duga..." Ujar Cindy sambil menghela nafas dengan berat. "Cin...maafin aku yaa..." Ujar Arga dengan penuh penyesalan. Cindy menggeleng dengan cepat, "Ini semua bukan salah kamu kok Ar....aku saja yang tidak mengendalikan diriku." Ujar Cindy sambil tersenyum. "Tapi tetap saja ini semua salahku, kalau saja aku tidak tergoda ini semua tidak akan terjadi....tapi memang aku sudah menyukai kamu sejak awal Rafa memperkenalkan kamu dengan kami. Maafkan aku Cin..." Ujar Arga yang dengan berani langsung mengutarakan perasaannya. Betapa syok dan kagetnya Cindy mendengarkan ucapan dari Arga barusan sampai Cindy tidak mampu untuk berkata apa - apa lagi. "Cin...aku cinta kamu, aku tidak perduli kamu mantannya sahabat aku Rafa....aku ingin kamu menjadi milikku jika kamu bersedia." Ujar Arga sambil menggenggam kedua tangan Cindy. "Maaf Ar...aku masih belum bisa menerima kamu, kamu tau sendiri kan kalau aku baru saja putus dengan Rafa." Cindy melepaskan tangannya dari Arga. "Aku tau Cin...aku janji akan menunggu kamu sampai kamu siap menerima aku." Ujar Arga dengan penuh kesungguhan. Cindy hanya tersenyum membalas ucapan Arga barusan. ***** Ditempat lain, kini Rafa tengah asik dengan mangsa barunya yang bernama Stella, dia terus saja memandangi Stella seolah - olah hanya ada Stella sajalah didalam hatinya saat ini. Stella begitu tersentuh dengan Rafa. Rafa terus menggenggam jemari kekasih barunya itu sambil mengelus - elusnya lembut, "Kamu cantik sayang..." Puji Rafa. Tentu saja Stella yang mendapatkan pujian seperti itu merasa sangat malu - malu, pipinya sudah merona dengan sempurna.  "Dasar gombal kamu!" Balas Stella. "Aku serius sayang...kamu benar - benar sangat cantik." Ujar Rafa sambil mengecup tangan Stella. "Thankyou Rafa..." Balas Stella. Keduanya seperti pasangan yang sedang dimabuk asmara, setelah selesai makan, Rafa mengajak Stella untuk segera pergi dari restoran. Akan tetapi panggilan alam membuatnya harus pergi ke kamar mandi. "Sayang...tunggu disini sebentar ya..." Ucap Rafa lalu langsung melangkah pergi meninggalkan kekasihnya itu. Rafa berjalan dengan sangat cepat untuk segera sampai di kamar mandi, akan tetapi karena langkahnya yang terlalu terburu - buru tanpa disengaja dia bertabrakan dengan seorang wanita cantik, berkulit putih, berambut panjang, seksi dan menggoda.  Dengan cepat Rafa menahan tubuh wanita itu, keduanya saling berpandang - pandangan selama beberapa saat, baik Rafa maupun wanitanya saling terpesona dan terhayut satu sama lain. Dering ponsel wanita itu lah yang membuat sadar keduanya, "Sorry..." Ucap wanita itu lalu langsung pergi begitu sjaa meninggalkan Rafa. Rafa masih terbegong ditempatnya, dia terus saja memandangi wanita itu sampai sosoknya sudah tidak kelihatan lagi. "Siapa dia? Kenapa jantungku berdetak tak beraturan seperti ini?" Ujar Rafa sambil memegangi dadanya dia merasa sangat penasaran dengan sosok wanita yang baru saja mencuri perhatiannya itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD