Seminggu setelah kejadian, Dita mendapat kabar kalau si tetangga aneh mengakui perbuatannya. Namun, mendengar itu, Dita sama sekali belum mendapatkan ketenangan. Selama seminggu itu pula, Dita tinggal di rumah sang paman. Gadis itu lebih banyak diam dan murung. Pamannya sudah berusaha keras untuk membuat Dita kembali cerita, tapi usahanya selalu sia-sia. Sang bibi dan keponakannya juga tak kalah selalu berusaha membuat Dita ikut serta dalam kegiatan apa saja, tapi Dita selalu menolak. Rumah pamannya berbeda dengan rumah warisan yang diberikan oleh kakek kepada Dita. Rumah pamannya lebih hangat dan bertempat di kawasan yang cukup ramai. Jadi, Dita sudah tidak lagi bergulat dengan keheningan atau kesepian. Setidaknya, di dalam pandangannya, keramaian selalu mewarnai, tapi di dalam hatinya