Tak Sabar Ingin Mencicipinya ++

1345 Words
Rebecca yang awalnya tidak menerima kehadiran Vania kini mulai bersikap ramah. Dia secara khusus menyampaikan permintaan maafnya pada Vania. "Vania maafkan mommy, mommy sudah bersikap tidak baik padamu kemarin. " "Tidak apa-apa mom, aku nggak marah kok. Syukurlah kalau mommy sudah mau menerima kehadiranku disini. Tadinya aku mau kembali ke panti saja, aku tidak ingin mommy dan daddy bertengkar hanya karena aku, " ucap Vania dengan suara lirih. Rebecca mengamati luka gores yang ada di pergelangan tangan Vania. Pasti hidup anak ini sangat berat hingga sampai berkali-kali melakukan usaha bunuh diri. Dia menggenggam tangan Vania dengan perasaan iba. "Sayang, sekarang aku adalah mommy mu dan rumah ini adalah rumahmu. Mommy ingin kamu tinggal disini selamanya. Besok kamu akan mulai melanjutkan sekolahmu. Bukankah kamu masih duduk di bangku high school? mommy sudah mendaftarkan kamu ke salah satu sekolah yang paling bergengsi di kota ini. Seragam, tas, sepatu dan buku-bukumu sudah mommy siapkan semuanya. Jadi, besok kamu tinggal pergi ke sekolah saja. Kamu tidak perlu memikirkan hal lain, cukup belajar yang benar saja. " "Terima kasih banyak mommy, mommy baik sekali, " Vania reflek memeluk Rebecca dengan mata berkaca-kaca. Dia memulai aktingnya sebaik mungkin agar Rebecca mulai menaruh kepercayaan padanya. "Iya sayang sama-sama. Ayo kita makan sekarang. Daddy sudah menunggu kita di meja makan, " Rebecca menuntun tangan Vania untuk ikut bersamanya ke meja makan. Disana Arthur sudah duduk menunggu mereka. Meja makannya sangat besar sekali, berbentuk oval dan memanjang. Mungkin panjangnya hampir dua meter. Dia atas meja makan tersaji makan makanan western berupa telur mata sapi, bacon, sosis, baked beans, jamur, tomat goreng, dan black pudding. "Selamat pagi Daddy, " sapa Vania seraya mencium pipi Arthur sama seperti kemarin. Rebecca sedikit terkejut sama seperti Arthur kemarin. Namun dia tau ciuman itu tidaklah berarti apa-apa, Arthur sangat mencintai dirinya. Meskipun ada banyak wanita cantik dan seksi di sekeliling suaminya itu, namun selama 10 tahun pernikahan mereka, Arthur tidak pernah berselingkuh di belakangnya. "Pagi juga sayang, " Arthur membalas sapaan putri angkatnya itu seraya tersenyum. " Ayo duduklah, kita akan mulai sarapannya. " "Baik Daddy, " Vania duduk di sebelah kirinya Arthur, kursi itu biasanya diduduki oleh Rebecca. Tapi Rebecca tidak merasa keberatan dan memilih duduk di sebelah Vania. "Makan yang banyak ya Vania," ucap Rebecca sambil menaruh bacon miliknya ke piring Vania. "Makasih mommy," Vania menyendokkan makanan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya pelan. Rasanya sangat enak, biasanya dia paling tidak suka memakan bacon, tapi bacon asap ini memiliki cita rasa yang lembut dan smooky. Selesai sarapan, Vania pamit kembali ke kamarnya. Disana diam-diam dia menelpon Jully, teman baiknya. "Halo Jully, aku sudah berada di dalam rumah Arthur Williams Xavier dan Rebecca Montana. Semalam aku mengintip mereka bercinta, kau tau milik Arthur sangat besar sekali. Aku tidak sabar ingin segera mencicipinya." "Kerja bagus Vania. Kalau kamu berhasil melakukan tugasmu, aku akan memberikan banyak bonus untukmu, " ucap Jully merasa puas dengan hasil kerja Vania. Tidak sia-sia dia membayar mahal Vania untuk misi ini. "Oke siap bos! laksanakan hehe. Udah dulu ya, aku mau mandi dulu. Bye Jully! " "Bye Vania! " Setelah panggilan berakhir, Vania menyembunyikan ponsel miliknya lalu membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuh polosnya. Meskipun tubuhnya hanya setinggi 150cm , tapi dibalik itu semua dia menyimpan harta karun yang terpendam dibaliknya. Dia memiliki bukit kembar berukuran 38 cup C, pinggang yang langsing, dan b****g yang lumayan besar. Usianya yang sebenarnya adalah 24 tahun. Dia menyamar menjadi anak panti asuhan berusia 18 tahun agar bisa diadopsi oleh Arthur dan Rebecca. Sebelumnya, dia sudah mengetahui trauma masa lalu Arthur yang ditinggal oleh mendiang ibunya karena melakukan tindakan bunuh diri. Itulah kenapa dia menggores pergelangan tangannya sendiri, agar Arthur tertarik dan memilih dirinya sebagai anak angkat. Alasan kenapa dia mau melakukan semua ini adalah karena dia dibayar oleh Jully untuk merusak rumah tangga Arthur dan Rebecca. Rebecca dulunya adalah seorang pelakor yang sudah merebut ayah Jully sampai membuat ibu Jully depresi dan meninggal. Jully membayar dirinya untuk menggoda Arthur agar rumah tangga Arthur dan Rebecca berantakan. Baginya, semua kebaikan yang Rebecca tunjukkan di layar televisi dalam tugas kemanusiaan adalah topeng untuk menutupi semua kedoknya. Dia sempat tak percaya kalau Rebecca bisa sejahat itu merusak rumah tangga orang lain karena Rebecca terlihat baik sekali padanya. Tapi, disini dia dibayar untuk menggoyahkan rumah tangga Rebecca dan Arthur. Jadi dia hanya menjalankan pekerjaannya saja. Dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Di bawah guyuran air shower, bayangan percintaan Arthur dan Rebecca tiba-tiba muncul di dalam pikirannya. Darahnya berdesir membayangkan Arthur menghentakkan miliknya yang besar itu ke dalam inti tubuhnya. Begitu kasar dan dalam sampai membuatnya terbang ke awang-awang nirwana. "Nghh Daddy... " Vania meloloskan jemarinya masuk ke inti tubuhnya sambil membayangkan Arthur sedang menjamahnya disana. Tapi dia tidak merasa puas. Dia menginginkan Arthur, tapi apa yang harus dia lakukan? yang dia tau Arthur adalah pria yang sangat setia dan tidak pernah berselingkuh di belakang Rebecca. Akan sangat sulit baginya untuk menggoda Arthur ke depannya. *** Hari ini Vania mulai bersekolah. Sebenarnya dia sudah muak kembali menduduki bangku High School lagi. Tapi demi sesuap nasi apapun akan dia lakukan. Tadinya supir yang akan mengantarkannya ke sekolah, tapi karena mobilnya tiba-tiba mogok jadi Daddy Arthur yang menawarkan diri untuk mengantarkannya karena kebetulan sekolah dan perusahaannya juga searah. Vania dan Daddy Arthur sudah masuk ke dalam mobil. Vania menggunakan jaket untuk menutupi baju seragamnya yang terlewat ketat di bagian dadanya. Hal itu membuat Arthur heran karena sekarang sedang memasuki musim panas, apakah Vania tidak kepanasan? "Kenapa kamu memakai jaket? apa kamu sakit? " tanya Arthur dengan penuh perhatian. "Tidak, Daddy. Hanya saja pakaiannya terlalu ketat dan tak nyaman, " jawab Vania sambil membuka resleting jaketnya. Mata Arthur membola melihat bukit kembar Vania sangat besar sekali. Mungkin lebih besar dari milik istrinya. Kemarin saat di panti asuhan dadanya tidak sebesar itu, apa karena kemarin Vania memakai kaos kebesaran. Dia langsung memalingkan wajahnya ke depan untuk mengusir kegugupannya. "Nanti kamu beli seragam yang baru di sekolah. Daddy akan mentransferkan uang padamu. " Vania tersenyum licik dan berkata, " Baik Daddy. Tapi kenapa telinga Daddy memerah? apa Daddy sakit? " Arthur tampak sedikit gugup. "Tidak sayang, sekarang ayo kita berangkat, " Arthur mulai menjalankan mobilnya dan menatap lurus ke arah jalanan. Matanya sempat melirik beberapa kali ke spion kaca mobil dan memperhatikan bukit kembar Vania. Apa ada anak SMA yang memiliki d**a sebesar itu? astaga apa yang dipikirkan olehnya. Dia menggelengkan kepalanya dan kembali fokus menyetir mobilnya. Sesampainya di sekolah, Vania mencium pipi Arthur nyaris mencium ujung bibirnya hingga membuat Arthur sangat terkejut. "Terima kasih ya Daddy udah nganterin aku. Sampai jumpa di rumah malam nanti. See you," Vania turun dari mobilnya Arthur dan menutup rapat pintunya. Arthur hanya bisa menatap kepergian gadis itu sampai punggungnya benar-benar menghilang dari pandangan matanya. Tangannya bergerak menyentuh sudut bibirnya yang baru saja tak sengaja dicium oleh Vania. Dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir perasaan asing yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, Vania masuk ke lingkungan sekolahnya yang baru. Semua mata memandang ke arahnya tanpa terkecuali. Vania tidak memperdulikan tatapan mereka dan terus berjalan ke arah ruangan kepala sekolah. Tapi langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis sedang dilecehkan oleh beberapa geng berandal di sudut lorong yang sempit. "Nghh kak jangan kak, hiks hiks hiks, " tangis gadis itu memohon. "Diem kagak! cuma pegang bentar doang! " pria itu terus meraba-raba di gadis tanpa memperdulikan tangisannya. "Woi!!" teriak Vania pada geng berandal itu. Para geng berandal menghentikan aksi mereka dan melihat ke arah Vania. Bos geng berandal itu maju ke depan dan memperhatikan Vania dari atas sampai ke bawah. "Wuih ada barang empuk nih, anak baru ya? mau ikutan gabung? " tanya si bos geng berandal sambil menjilati bibir bawahnya. Vania melempar tas ransel miliknya ke arah bos geng berandal tepat di bagian dadanya. BUG "Lepaskan gadis itu atau aku akan memberikan kalian pelajaran! " seru Vania pada mereka. Wajah si bos geng berandal terlihat sangat marah karena Vania sudah berani menantangnya. "b*****t! beraninya kamu cari gara-gara dengan kami! kalian serang gadis montok itu dan gilir dia beramai-ramai! CEPAT!! "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD