Salah Masuk ++

1542 Words
"Baik bos! " anak buah geng berandal itu maju satu persatu untuk menyerang Vania. Tapi mereka bisa dikalahkan dengan mudah olehnya. Vania menangkis serangan mereka dan mampu melumpuhkan mereka satu-persatu. Perkelahian itu menarik perhatian anak-anak yang lain, mereka semua berkerumun dari kejauhan dan tidak berani mendekat. BUG BUG BUG "Ampun! jangan pukul aku lagi! " salah satu dari mereka berteriak kesakitan dan meminta pengampunan. Sedangkan yang lainnya malah lari tunggang langgang meninggalkan tempat itu. Bos geng berandal itu tidak menyangka jika Vania mampu mengalahkan seluruh anak buahnya. Bos geng berandal itu adalah Araz Chaiden Bernard, dia adalah anak tunggal dari Ethan Bernard yang merupakan politisi penting di negeri ini. Araz nyaris tidak pernah tersentuh oleh hukum dikarenakan pengaruh besar dari nama ayahnya. Padahal Araz sering terlibat kasus kriminal mulai dari balapan mobil liar dan sering melakukan perkelahian. Salah satu korbannya pernah melaporkan Araz karena sudah melakukan perundungan di sekolah, tapi pihak kepolisian memilih bungkam dan menutup kasusnya secara sepihak. Araz maju untuk menghajar Vania secara langsung. Sebelum dia melayangkan pukulannya, Vania dengan cepat menangkap tangannya dan membanting tubuhnya hingga terjatuh ke bawah lantai. BRUKKK "Ahkk sialan! aku akan membalaskan semua perbuatanmu anak baru! kamu akan.... " belum selesai Araz mengumpat, Vania sudah lebih dulu menginjakkan sepatunya di pipi Araz. "Kamu tampan sekali jika dilihat dari bawah. Tapi aku sama sekali tidak tertarik dengan pria b******n yang suka melecehkan wanita yang tidak berdaya, bagiku kamu itu seperti kecoa yang harus dibasmi sampai tuntas. Jika kamu berbuat ulah lagi, aku bukan hanya menginjak wajahmu. Kalau perlu burung perkututmu itu akan aku injak! apa kamu paham?! " gertak Vania sambil terus menekan sepatunya ke pipi Araz. Araz ingin marah dan membalasnya, namun dia sekarang tidak berdaya dan terpaksa mengiyakannya. " Ba.. baiklah, tapi lepaskan aku! " Vania menjauhkan kakinya lalu merapikan seragamnya yang agak kusut. Pagi ini benar-benar menguras tenaganya. Matanya melirik ke arah celana Araz yang robek di bagian pantatnya." Ckckckck, kamu ini berlagak preman di sekolah tapi masa sempakmu warnanya pink. Memalukan sekali. " Araz reflek bangkit dan melihat bagian belakang celananya yang robek dan memperlihatkan sempak pink nya. Dia langsung menutupinya dengan menggunakan kedua tangannya. Demi dewa Neptunus, dia benar-benar sangat malu karena ketahuan memakai sempak warna pink. Vania hanya berdecih jijik melihat Araz, dia pun berbalik pergi meninggalkan pria itu sendirian disana. "Sialan gadis itu, aku akan membuat perhitungan padanya! " geramnya marah. Apalagi kejadian itu disaksikan oleh anak-anak yang lain. Pasti mereka akan meremehkan dirinya apalagi dia dan anak buahnya dikalahkan oleh seorang gadis. Dia kembali bangkit dan menarik kerah baju salah satu orang dari kerumunan itu untuk memberikan jaketnya. " Berikan jaketmu sekarang! " Wajah orang itu tampak ketakutan dan terpaksa melepaskan jaket miliknya. " I..iya kak. Ini jaketnya. " Araz merebut jaketnya dan langsung mengikat kedua sisi lengan jaket itu ke pinggangnya agar bisa menutupi celananya yang robek. Sedangkan orang tadi sudah pergi melarikan diri karena takut dihajar oleh Araz. Araz kembali ke kelasnya dan melihat anak-anak buahnya yang sudah babak belur duduk di kursi mereka masing-masing dengan wajah ketakutan. Araz menghampiri mereka dan memukuli kepala mereka satu-persatu. PLAK PLAK PLAK "b******k kalian semua, beraninya kalian semua kabur meninggalkan aku! " serunya marah. "Maafkan kami bos... kami tidak bisa melawan gadis itu, " ucap salah satu dari mereka tanpa berani melihat wajah Araz. Belum sempat Araz ingin kembali memukuli mereka, Madam Leah masuk ke dalam kelas mereka bersama dengan seorang gadis di belakangnya. Matanya membola saat melihat gadis itu adalah gadis yang sudah membantingnya barusan. Seluruh anak-anak langsung duduk diam di tempat duduk mereka masing-masing. Araz ikut duduk di kursinya seraya menatap tajam pada gadis itu. "Good morning semuanya, " sapa Madam Leah. "Good morning Madam, " sahut semua anak-anak yang berada di kelas ini. "Anak-anak, kita kedatangan murid baru namanya adalah Vania Bennet. Mulai saat ini dia akan menjadi teman kelas kalian. Tolong bantu dia untuk beradaptasi di sekolah ini. Vania, kamu bisa duduk di bangku kosong di sebelah sana, " perintah Madam Leah sambil menunjuk bangku kosong yang ada di samping Araz. "Baik Madam, " Vania berjalan mendekati Araz dan duduk tepat di sampingnya dengan wajah acuh tak acuh. Dia mengeluarkan buku pelajarannya lalu menaruh tasnya di dalam laci. Araz diam-diam memperhatikan gerak-geriknya. Selama ini tidak pernah ada satu orangpun yang berani menentangnya. Pasti gadis ini menyukainya dan sengaja mencari gara-gara agar mendapatkan perhatiannya. Secara dia adalah cowok paling ganteng di sekolah ini. Hampir semua gadis di kota ini telah naik ke atas ranjangnya dan dia sangat yakin bahwa Vania menyukai dirinya juga sama seperti gadis-gadis lain. Jika dilihat-lihat, Vania memiliki d**a yang lebih besar dibandingkan gadis-gadis di sekolah ini. Dia jadi tidak sabar ingin melihat dan mencicipinya. Vania tiba-tiba menatap dirinya dengan ekspresi jijik sama seperti sebelumnya." Apa yang kamu lihat? milikmu sampai membesar tuh, lebih baik kamu ganti celana dalam pink mu itu. Memalukan. " Wajah Araz merah padam karena lagi-lagi Vania membahas celana dalam pink yang dipakainya. Anak-anak buahnya yang tak sengaja mencuri dengar tampak kebingungan dan saling menatap satu sama lain. "Sttt bos, bos pakek sempak warna pink ya? " tanya salah satu anak buahnya setengah berbisik. "Diem lo! " Araz tak ingin membahas persoalan celana dalam. Hampir satu minggu ini hujan terus mengguyur kota Forks. Maklum saja, kota ini dikenal sebagai kota yang paling basah di belahan Amerika Selatan. Celana dalam favoritnya banyak yang masih lembab dan mamanya malah membelikan celana dalam warna pink yang menjijikkan ini untuknya. Kalau bukan karena terpaksa, mana mau dia memakainya. *** Malam harinya, Vania diam-diam masuk ke dalam kamarnya Daddy Arthur dan Mommy Rebecca. Kebetulan Mommy Rebecca baru saja pergi ke Paris untuk menghadiri pameran busana disana. Sedangkan Daddy Arthur belum pulang dari kantornya. Dia menyelinap masuk ke kamar mereka tanpa sepengetahuan para maid yang sering berlalu lalang di rumah ini. Dia membuka walk in closet dan melihat banyak barang-barang branded milik Daddy Arthur dan Mommy Rebecca di dalam sana. Dia masuk ke dalam dan mencoba memakai salah satu gaun milik Rebecca yang berwarna merah maroon lalu menatap dirinya sendiri di depan cermin. Gaun itu benar-benar sangat pas dan cocok di tubuhnya. Tak lupa dia juga memakai kalung berlian milik Mommy Rebecca. "Aku lebih cocok menjadi istrinya Daddy Arthur dibandingkan Rebecca. Kalau pun Daddy Arthur benar-benar tertarik padaku, hidupku akan berubah dan aku tidak perlu pontang-panting mencari uang lagi, " ucapnya dengan penuh percaya diri. Dia masih muda, cantik dan mempesona. Pria manapun akan bertekuk lutut padanya dan dia sangat yakin Daddy Arthur akan jatuh ke dalam pelukannya. Setelah mencoba gaun dan kalung milik Rebecca, dia mengembalikan semuanya ke tempatnya semula dan bersiap untuk pergi dari sana. Baru saja dia akan melangkah pergi, tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh seseorang dari luar. Dia yang kaget langsung mematikan lampunya lalu menjatuhkan tubuhnya sendiri di atas ranjang dengan posisi telungkup untuk menyembunyikan wajahnya. CEKLEK "Sayang, aku pulang. Kenapa kamar gelap sekali? " tanya Daddy Arthur sembari melangkah masuk ke dalam kamar. Samar-samar di dalam kegelapan, Daddy Arthur melihat ada seseorang tidur telungkup di atas ranjang dan mengira orang itu adalah istrinya. "Sayang, kamu sudah tidur ya? kamu kan janji malam ini kita akan melakukannya lagi, " Daddy Arthur meraba dan memijat lembut pantatnya Vania. Dari kemarin malam dia sudah menahan diri sekarang sudah saatnya dia menuntaskan hasratnya. Vania hanya diam tanpa bersuara. Dia takut sekali jika Daddy Arthur tau kalau dia bukanlah Mommy Rebecca. Tadi dia tidak sempat lagi bersembunyi dan terpaksa tiduran di ranjang ini. Tangan Daddy Arthur bergerak menyingkap gaun tidur Vania ke atas dan melorotkan celana dalamnya sampai kebawah. Jantung Vania berdetak sangat cepat ketika Daddy Arthur berbisik di telinganya. "Sayang, aku masukin ya. " Vania bisa menahan nafas ketika sebuah benda tumpul dan keras memaksa masuk ke dalam miliknya. "Ge.. gede banget ugghh sakit, " batin Vania di dalam hatinya. Daddy Arthur tampak kesusahan saat memasukkan miliknya. Namun pelan tapi pasti akhirnya miliknya benar-benar amblas dan tertanam sempurna di dalam sana. Vania hampir saja berteriak dan segera menutup mulutnya rapat-rapat. " Sayang,kenapa milikmu benar-benar sempit sekali? apa kamu habis perawatan? kamu seperti kembali perawan sayang, aku akan bergerak sekarang, " Daddy Arthur mulai memompanya dengan cepat dari belakang sementara Vania terus menutup mulutnya karena takut mengeluarkan suara desahannya. "OMG , ini benar-benar nikmat banget. Mommy Rebecca beruntung sekali bisa mendapatkan service senikmat ini setiap harinya. Aku ingin sekali merebut posisinya sebagai istrinya Daddy Arthur," batin Vania seraya merem melek menikmati hentakan Daddy Arthur yang semakin keras dan kasar di belakangnya. Setengah jam sudah Daddy Arthur terus memompanya tanpa henti. Vania sudah tidak tahan lagi menahan gejolak di dalam dirinya begitu juga dengan Daddy Arthur. " Sayang, aku ingin c*m sekarang. Terimalah! " Daddy Arthur mempercepat tempo hentakannya dan menyemburkan magma panasnya ke dalam rahim Vania. "Ahh ahh ahhh, " Daddy Arthur langsung ambruk menimpa punggung Vania. Vania juga merasakan perutnya sangat penuh dan hangat, semoga saja dia tidak hamil anaknya Daddy Arthur. Di waktu yang bersamaan, terdengar suara nada dering telepon dari ponselnya Daddy Arthur. Daddy Arthur mengambil ponselnya dan melihat nama kontak istrinya Rebecca sedang memanggil dirinya. " Rebecca? " Kalau Rebecca sekarang sedang menelponnya, lantas siapa yang baru saja dia tiduri saat ini? dengan cepat Daddy Arthur menghidupkan lampu tidur dan membalik tubuh wanita yang baru saja ia sentuh. Matanya melebar ketika melihat siapa wanita itu. " Vania?! "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD