Vania mengelap sudut bibirnya dan melihat cairan kental putih itu masih menempel disana." Ah ini, barusan Daddy baru saja memberikan aku es krim Vanila yang amat lezat. Baru kali ini aku merasakan enaknya makan es krim."
Daddy Arthur sampai kembali terbatuk-batuk padahal tenggorokannya sama sekali tidak gatal. Pagi ini seharusnya dia mencegah Vania
Alis Rebecca terangkat sebelah saat mendengar perkataan Vania. " Es krim? kamu kok makan es krim pagi-pagi sih sayang. Nanti kamu bisa sakit perut loh, " Rebecca berbalik menatap Daddy Arthur dan langsung mengomelinya. " Arthur, jangan beri Vania es krim pagi-pagi dong. Nanti kalau dia sakit bagaimana? "
Sebelum Mommy Rebecca kembali mengomel lebih panjang lagi, Vania buru-buru menjelaskannya lagi. "Jangan marahi Daddy, Mommy. Aku yang memaksa Daddy untuk memberikan aku es krim. Daddy bilang aku makan es krimnya siang-siang aja biar nggak sakit perut kok. Iya kan Daddy? "
"I... iya sayang. Maafkan aku, sekarang aku buru-buru ke kantor. Pagi ini aku ada meeting. Kita lanjutkan obrolan kita nanti malam ya sayang,"ucap Daddy Arthur sambil mencium keningnya Mommy Rebecca sebelum berangkat kerja ke kantor.
"Iya sayang, kamu nggak berangkat bareng Vania? bukannya kalian searah? " tanya Mommy Rebecca.
"Vania nanti diantar oleh supir kita. Sekarang aku sedang buru-buru. Sudah dulu ya, I love you.. "
"I love you too. Hati-hati di jalan ya sayang. "
Daddy Arthur bergegas pergi meninggalkan rumah lalu masuk ke dalam mobilnya. Pagi ini benar-benar gila sekali. Bagaimana tidak, Vania kembali menggodanya seperti semalam. Dan lebih gilanya, dia tidak menolak dan membiarkan anak angkatnya itu kembali melakukan perbuatan yang sama seperti semalam.
Sebelumnya...
Vania turun dari kamarnya dengan mengenakan seragam sekolahnya yang kesempitan. Gadis itu berjalan dengan anggun ke arahnya, setiap gerakannya membuat matanya terhipnotis untuk beberapa saat. Arthur mendapatkan kesadarannya ketika Vania menyapanya.
"Pagi Daddy," Vania mendaratkan ciuman singkat tepat di pipinya seperti yang biasa dia lakukan.
Anehnya tiba-tiba saja miliknya di bawah sana mulai mengeras tanpa bisa dia kendalikan.
"Wajah Daddy berseri-seri pagi ini. Pasti Daddy tidur sangat nyenyak 'kan? syukurlah kalau begitu. Tapi.... " mata Vania turun melihat gundukan miliknya yang sudah mengeras di balik celananya." Sepertinya Daddy belum puas juga ya? punya pria memang akan selalu bangun di pagi hari sih. Itu adalah hal yang lumrah. Apa Daddy mau mendapatkan service seperti semalam?"
"Tidak, sekarang makanlah dan segera berangkat ke sekolah, " tolak Daddy Arthur dengan tegas. Dia tidak ingin kembali terjebak dalam gairah terlarang ini.
"Ehm baiklah Daddy, aku tidak akan memaksamu." Vania mengambil pisang yang ada di atas meja. Dia membuka kulit pisang itu lalu memakannya dengan perlahan-lahan. Mulutnya terbuka lebar saat memakan pisang itu.
Daddy Arthur yang melihatnya mulai panas dingin terbayang-bayang kejadian semalam. Dia buru-buru meminum kopinya untuk mengusir rasa gugupnya namun lidahnya langsung terbakar karena kopinya masih panas sekali.
"Ahk panas! " Daddy Arthur menaruh cangkir kopinya kembali ke atas meja dan cerobohnya gelas itu malah tak sengaja tumpah dan membasahi baju kemejanya. Dia kembali berteriak kepanasan hingga membuat Vania kaget dan menoleh ke arahnya.
"Daddy?! Daddy kenapa?! " Vania segera mengambil beberapa lembar tisu dan membantu mengelap bekas tumpahan kopi yang membasahi kemejanya Daddy Arthur.
"Tidak apa-apa biar Daddy yang.... " kata-katanya menggantung ketika menyadari tubuh mereka sedekat ini. Bahkan dia bisa mencium aroma sampo bunga mawar yang menguar dari tubuh Vania. Dadanya berdebar keras seperti genderang yang bertalu-talu. Oh tidak, perasaan apakah ini? hatinya hanya milik Rebecca, tidak ada ruang untuk wanita lain di dalamnya. Dia tidak boleh melanggar prinsipnya sendiri.
Kedua netra kecoklatan milik Vania menatap dirinya dengan wajah khawatir." Daddy hati-hati dong, apa Daddy terlalu gugup duduk bersamaku hingga Daddy menjatuhkan kopinya. Kalau Daddy terkena luka bakar bagaimana? kopinya panas banget loh! "
Pandangan mata Daddy Arthur tertuju pada bibir plum merah Vania yang menggoda. Dia teringat bibir itu semalam melahap miliknya sampai terbenam habis. Dia langsung memalingkan pandangannya dan menyuruh Vania untuk menjauh darinya.
"Sudah cukup, biarkan Daddy yang akan membersihkan sendiri. Kamu lanjutkan makanmu... "
"Apa yang Daddy pikirkan? aku benar-benar khawatir dan peduli sama Daddy. Aku tidak memiliki maksud apapun Dad. Kenapa Daddy bersikap dingin padaku pagi ini? aku sangat sedih jika Daddy memperlakukan aku begitu dingin, " Vania menundukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca. Hal itu membuat Daddy Arthur merasa sangat bersalah.
Daddy Arthur reflek membingkai kedua pipi Vania dan berkata,"Maafkan Daddy sayang, Daddy... "
Lagi-lagi Daddy Arthur kembali tenggelam ke dalam netra kecoklatan milik Vania. Entah siapa yang memulai lebih dulu, mereka sudah saling memagut bibir satu sama lain. Bibir Vania terasa sangat manis dan memabukkan. Ciuman mereka semakin dalam dan menuntut. Tanpa sadar dia membawa Vania naik ke atas pangkuannya.
"Nghh Daddy... " desah Vania di dalam ciuman mereka.
Daddy Arthur kembali tersadar dan langsung melepaskan ciuman mereka. Bibir Vania sedikit membengkak dan basah karena ulahnya.
Vania sedikit menggoyangkan pantatnya ketika merasakan gundukan milik Daddy Arthur mengeras dibawah sana. " Daddy, punya Daddy bangun lagi. Apa Daddy butuh bantuanku lagi? aku berjanji kita tidak akan melewati batasan. Mumpung masih ada waktu. Bentar lagi aku mau berangkat ke sekolah. "
Kepada Daddy Arthur mendadak kosong. Dia tidak lagi menolak seperti sebelumnya. Karena tidak mendengar jawaban, Vania langsung bersimpuh di bawah kaki Daddy Arthur dan membantu menurunkan resleting celananya ke bawah. Dengan gerakan perlahan, Vania membebaskan milik Daddy Arthur yang sudah mengeras dan berdiri dengan kokoh. Tanpa memberikan aba-aba Vania kembali melahapnya sama seperti semalam.
Daddy Arthur mengerang nikmat tatkala kehangatan dan kelembutan bibir Vania kembali memanjakan miliknya di bawah sana. Lidah Vania kembali meliuk-liuk menjilati miliknya dari ujung sampai ke pangkal. Pemandangan pagi ini begitu erotis. Vania melakukannya dengan menggunakan seragam sekolahnya yang terlihat sempit di bagian dadanya.
Saat menuju pelepasannya, Vania melepaskan miliknya dari bibirnya itu dan berkata, " Ayo keluarkan lah Daddy. Berikan semuanya padaku. "
Vania membuka mulutnya dan meminta Daddy untuk melepaskan benihnya disana. Daddy Arthur yang sudah amat terangsang akhirnya melepaskan benih-benihnya disana. Saking banyaknya benihnya sampai mengenai wajahnya Vania. Vania menampung semuanya dan menelannya sama seperti kemarin.
Vania kembali berdiri dan berbisik tepat di telinganya Daddy Arthur."Enak banget Daddy, kalau boleh aku ingin setiap hari mencicipinya. "
***
Vania melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Dia merasa bosan berbaur dengan anak-anak yang lain di waktu istirahat, jadi dia memilih mengasingkan diri kesini.
Kakinya melangkah ke arah rak yang menyimpan banyak buku-buku novel. Baginya perpustakaan adalah sebuah surga. Dia dapat menyelami banyak cerita dan larut ke dalamnya, seolah-olah dia adalah tokoh utama dalam novel tersebut. Ada salah satu novel yang ingin dia ambil. Namun karena tubuhnya pendek, dia tidak dapat menjangkaunya. Berkali-kali dia melompat untuk mengambil buku itu tapi tangannya tidak kunjung meraihnya. Sampai akhirnya ada seseorang yang mengambilkan buku itu untuknya. Orang itu berdiri tepat di belakangnya.
"Ini bukunya, " suara berat dan rendah itu terdengar familiar. Saat dia menoleh, dia melihat James berdiri tepat di sebelahnya sambil menyerahkan buku novel yang dia inginkan.
"Thanks." hanya kata itu yang dapat Vania katakan.
"Kamu suka baca buku novel karya Agatha Chistie ya? " tanya pak James untuk pertama kalinya mengajak Vania mengobrol.
"Ah, iya pak. Saya sangat suka membaca buku-buku novel crime dan misteri. Agatha Christie adalah salah satu penulis favorit saya selain Stephen King. Koleksi di perpustakaan ini sangat lengkap, saya hampir setiap hari datang kemari untuk membaca buku pak, " ucap Vania panjang lebar dan antusias jika membahas soal buku.
Pak James tersenyum tipis dan berkata," Kamu mengingatkan saya pada seseorang. Dia juga suka membaca buku-buku crime dan misteri. Sekarang orang itu menghilang bak ditelan oleh bumi. "
Vania terdiam untuk sejenak. Bisa-bisanya dia kelepasan bicara di depan James. Kalau James curiga bagaimana?! selama mareka berhubungan, dia memang suka membaca buku-buku novel ini. Bahkan James membuatkan rak mini kecil di apartemen khusus untuk koleksi buku-buku novelnya.
Di tengah kecanggungan, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar.
"Ada apa ya di luar? " tanya Vania penasaran.
Mereka berdua dan beberapa anak-anak yang ada di perpustakaan keluar untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Seseorang bersenjata senapan api masuk ke dalam lingkungan sekolah. Orang itu adalah siswa berkacamata yang kerap kali mendapatkan bullying dan perundungan di sekolah ini. Anak-anak yang lain banyak yang berlari dan berteriak ketakutan saat melihatnya.
"Aku akan membunuh kalian semua!! kalian harus mati di tanganku!! " seru siswa berkacamata itu sebelum melepaskan tembakannya ke segala arah.