Part 12

1096 Words
Sandira segera mengisi formulir pendaftaran kerja tersebut. Kemudian ia menyerahkan kepada staf yang bekerja di sana. "Ini pak formulirnya, kira-kira kapan saya bisa bekerja di sini pak?" Tanya gadis itu pada petugas tersebut. "Besok baru mulai, dan besok ambil alat kebersihan di sini, sekalian daftar lokasi yang akan kamu bersihkan." Jelasnya pada Sandira. Gadis itu menganggukkan kepalanya, dia merasa sedikit bebas karena tidak ada sangkut pautnya dengan Derios. Walaupun dia bisa saja memintanya untuk memberikan setumpuk uang setiap hari. Tapi tetap saja dia tidak ingin terus bergantung pada pria vampir tersebut. Sandira melangkah keluar dari halaman rumah sakit tersebut. Dia tidak melihat tanda-tanda Derios mengikutinya. Pikirnya dia aman, karena vampir itu tidak mengikutinya hari ini. "Kamu mencariku?" Mengusap rambutnya sambil nyengir. "Astaga, setan gundul! Dasar menyebalkan, kalau mau muncul pamit dulu kek! Permisi neng! Permisi nona! Atau apalah! Ngeselin banget jadi setan!" Umpatnya pada Derios seraya mengusap dadanya yang masih megap-megap karena terkejut. "Ngapain kamu ke sini?" Tanyanya pada Derios dengan muka bersungut-sungut. Dia ingin sekali sehari saja bebas dari kutukan perjanjian pernikahan dengannya. Tapi apa boleh buat nasi terlanjur dituang sayur, kalau gak dimakan manusia ya dimakan binatang lain. "Kamu mencariku sejak pagi, ya aku pasti datang dong!" Ujarnya sambil tersenyum. "Kamu mau es krim?" Tawarnya pada Sandira. "Es krim? Ogah! Lo pikir gue anak umur lima tahun, dikasih es krim langsung diem?" Melengos menatap ke arah lain. "Yakin gak mau? Enak banget loh!" Memamerkan es krim di genggaman tangannya. "Astaga! Lo nyuri dari mana? Awas diteriakin maling! Gue ogah bantuin Lo keluar penjara!" Ujarnya wanti-wanti pada Derios. "Bukanlah, ini halal kok. Coba deh cicipi? Rasanya manis dan tulisannya halal, nih lihat labelnya halal!" Tunjuk-nya pada Sandira yang sudah siap-siap nyerocos menceramahi. "Setan bisa ngomong halal juga? Setan model apaan sih dia? Pake tunjukkin label pula!" Menggerutu di dalam hatinya. "Woi, gue tahu itu tulisannya halal, maksud gue, Lo darimana dapat tu es krim? Beli atau nyuri? Dodol?!!! Sumpah kesel banget gue, cape ngomong sama setan!" "Aku bikin sendiri kok!" Ujarnya santai, tanpa beban sama sekali. Yalah rumah saja dia bisa buat, apalagi cuma es krim. Mungkin jika orang nemu mahluk sepertinya pasti deh langsung dikarungin bawa pulang buat piaraan. Sandira mempercepat langkah kakinya, dia ingin segera sampai di rumahnya. Entah mau jungkir balik atau rebahan, atau rendaman, pokonya dia mau pulang cepat-cepat. Derios mengulum senyum sambil melangkah mengikutinya. Sandira tiba-tiba mengehentikan langkah kakinya. "Bruuuuk!" Pria itu menabrak punggungnya tanpa sengaja. "Lo jangan terlalu dekat ya sama gue! Agak jauhan dikit!" Perintahnya pada Derios. Derios menurutinya mundur lima langkah agak jauh darinya. "Lagi!" Teriak Sandira padanya untuk mundur lebih jauh lagi. Pria itu mundur lima langkah lagi, masih menikmati es krim di tangan kanannya. Setelah dia mengambil jarak sejauh itu, tiba-tiba ada gadis-gadis mendekatinya. Mereka berebut untuk mengambil foto bersama Derios, lama-kelamaan semakin banyak orang mengerubunginya. Hingga kepala dan kakinya tidak kelihatan sama sekali. Sandira hanya meliriknya sekilas, "Cih! Foto doang! Udah kaya artis! Kalau mereka tahu dia setan, siapa yang mau coba! Kalau cuma foto gue juga bisa!" Mengingkari hatinya sendiri. Kembali melangkah melanjutkannya perjalanannya. Sandira sampai di rumah terlebih dahulu, dia melemparkan tasnya ke atas tempat tidur. Kemudian rebahan di kasur. "Kenapa kamu meninggalkanku bersama wanita-wanita tadi?" Merasa tidak senang karena Sandira sama sekali tidak perduli dengan dirinya. "Itu karena gue mau pipis, udah gak bisa nahan. Jadi buru-buru berlari pulang." Ucapnya asal pura-pura menyesal telah meninggalkannya. "Kamu bohong kan? Ayo ngaku kenapa ninggalin aku di sana?" Gertaknya seraya merangkak naik ke atas tempat tidurnya. Sandira buru-buru bangun dari rebahan, dia beringsut mundur menjauh. "Kenapa Lo se-marah ini sih? Kan cuma dikerumuni orang doang?!" Ujarnya sambil memeluk bantal erat-erat. "Mereka minta tanda tanganku! Mereka juga minta fotoku!" Keluhnya masih dengan nada tinggi. Masih terus mendekat ke arah Sandira. "Der, gue gak faham maksud Lo, kenapa malah marah-marah sama gue sih? Muka Lo kan cakep banget jadi wajarlah merek minta foto dan tanda tangan! Mungkin mereka pikir Lo itu artis nyasar ke bumi!" Ungkapnya lagi mencoba untuk menghiburnya agar tidak meluapkan amarah padanya. "Tapi aku jadi gak bisa nemeni kamu pulang Dira.." Ujarnya dengan wajah sedih. "Gue aja bosan Lo temenin tiap hari, Lo malah nyesel cuma dua puluh menit gak barengan sama gue!? Ini aneh gak sih??" Ujarnya tanpa basa-basi padanya. Sandira menggelengkan kepalanya berkali-kali, ternyata cuma itu yang membuat pria itu marah-marah. Dia pikir langit bakal runtuh akibat amarahnya. "Sudahlah, kamu juga nggak akan bisa ngerti bagaimana perasaanku padamu Dira.." Merebahkan tubuhnya di sebelahnya, tangannya mulai merayap di atas punggung Sandira. Gadis itu buru-buru memberi pembatas pada antara mereka berdua. "Gak boleh melewati ini! Jika sampai kamu melewatinya, aku bakal denda!" Ujarnya penuh rasa bakal menang. "Apa dendanya?" Tanyanya pada Sandira. "Kita gak boleh bertemu selama seminggu!" Ujarnya lagi penuh semangat. "Aku tahu kok, itu sih maunya kamu kan? Padahal aku gak mau jauh-jauh dari kamu. Apa sih enaknya susah-susah kerja, dan segala macam? Aku bisa kasih itu semua! Cuma sekedar uang saja aku bisa kasih ke kamu!" "Grooooookkkk, fiuuuuu, grooooookkkk, fiuuuuu!" Sandira sudah tertidur pulas. Gadis itu tidak mendengar sama sekali apa yang dibicarakan oleh pria itu. Derios tersenyum manis menatap istrinya tertidur pulas, dia merengkuhnya dalam pelukan hangat. Tidak peduli dengan hukuman yang di katakan Sandira padanya tadi. "Aku sangat mencintaimu Dira." Bisiknya di telinga gadis itu. Derios merasa sedikit kepanasan, dia melepaskan pakaiannya dan melemparkannya ke atas sofa di sebelah tempat tidur mereka berdua. Setelah beberapa jam berlalu Sandira terkejut melihat d**a kekar berotot tengah merengkuh tubuhnya. Gadis itu mendongakan kepalanya, dia melihat wajah Derios. Sandira mengulurkan tangannya menyentuh pipi kanannya. Wajah Derios sangat bersih dan juga tampan, apalagi pria itu juga sangat menyayangi dirinya. Sandira terkejut ketika tiba-tiba pria itu membuka matanya menatap dirinya. Sandira buru-buru memejamkan matanya. Melihat itu Derios tersenyum renyah kemudian menciumi bibirnya, mengulumnya perlahan-lahan. "Mmmhhh," Erangan Sandira menggelitik telinga Derios, membuatnya ingin bertindak lebih jauh lagi dari itu. Derios menyelinapkan jemari tangannya masuk ke dalam shirt Sandira. Mulai meremas-remas dua bola daging kenyal dadanya. "Akkkkhhhh," pekik Sandira, tubuhnya terguncang merasakan remasan dan permainan jemari tangan Derios pada ujung bola kenyal dadanya, yang sudah mulai mengeras mencuat menunggu permainan lidahnya. Derios tidak mau menunggu lebih lama lagi, dia membuka helai demi helai pakaian yang membalut tubuh Sandira. Tatapan matanya beralih ke bagian organ sensitif milik Sandira, dimana bulu-bulu halus memikat matanya untuk di sentuhnya, dan dibelainya. Derios merayapi pahanya dan naik ke pangkal meraba bulu-bulu halus yang memikat perhatiannya. "Akkhhh, auuuuhh,.." desahan Sandira membuat jakunnya naik turun menahan gelora hasrat yang siap meledak di dalam dadanya. Derios memilin-milin benjolan kecil di belahan paha Sandira. Membuat gadis itu memekik meremas lengannya menahan hasrat yang semakin menggila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD