“Makasih banyak ya, Gavin. Kamu udah mewujudkan ngidam-ku semalam,” kata Fiona dengan senyum semangat yang cerah pagi ini. “Itu pertama dan terakhir dan mulai sekarang tolong jangan ngidam yang aneh-aneh lagi,” balas Gavin sambil memakai jasnya, bersiap pergi ke kantor. “Mana mungkin aku bisa mengaturnya? Ngidam itu murni keinginan janin dalam rahimku,” jelas Fiona, padahal ngidam-nya semalam hanyalah alasan. “Lagian kamu tenang aja, aku tidak akan memberi tahu Naily.” “Itu memang urusanku dengan Naily. Kalaupun Naily harus tahu … aku sendiri yang akan memberitahunya dan aku jamin dia tidak akan salah paham.” “Kamu yakin mental dan hatinya se-kuat itu?” tanya Fiona ibarat menyalakan api dengan sengaja agar hati Gavin panas. “Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan? Asal kamu tahu, ak

