17. Sebuah Takdir

1361 Words

"Apa kau sudah selesai, Vanilla?" tanya Melisa, kepalanya menyembul dari balik pintu kamar. Vanilla terlonjak kaget. "Kau mengagetkanku! Bukankah kemarin kau sudah pulang? Kenapa pagi-pagi gini sudah ada di sini?" omel Vanilla. Melisa nyengir kuda. "Ratu Marissa memintaku untuk tinggal di sini dan menemanimu, lagi pula hari ini kan acara penobatan Pangeran Louis. Aku harus datang," jawab Melisa panjang. Vanilla mengangguk paham dan kembali fokus merapikan dress yang ia pakai. Melisa berdecak. "Sepertinya kau tidak suka aku di sini," decaknya sebal. Vanilla terkekeh. "Tentu saja tidak! Aku senang kau berada di sini, aku jadi punya teman." Melisa tersenyum mendengar itu. "Benarkah?" Vanilla mengangguk membuat senyum Melisa kian melebar. "Kalau gitu, bantu aku merapikan dress ku, bagian

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD