Pukul 06:00 pagi Hans sudah dibuat geram oleh Erik Paula Jhonson. Asisten pribadi Hans sekaligus sahabatnya dari waktu kecil. Erik yang menelpon Hans terus menerus tiada henti. Menurut Hans itu masih sangat terlalu pagi. Entah apa yang membuat asisten nya itu sangat mendesak nya lewat panggilan telepon tersebut.
Dengan suara berat khas orang baru bangun tidur, Hans menjawab panggilan tersebut.
"Aku pastikan kau tidak akan bekerja dengan ku lagi jika ini tidak penting untuk ku dengar Mr.Jhonson!." ucap Hans mengancam.
Lalu dengan kekehan kecil Erik menjawab boss nya. Erik yakin sekali kalau Hans sekarang dalam keadaan sangat kesal. Erik tahu betul bagaimana temperamen boss nya itu.
"Ohh Hans ku yang tampan. Bisakah kau tidak selalu menggunakan ancaman mu untuk memecat ku?. Aku sangat yakin jika kau mendengar berita ini, kau tidak akan bisa melanjutkan tidurmu." Jawab Erik yang terkesan menggelikan, namun sekaligus membuat boss nya penasaran.
"Cepat katakan Erik! apa maksudmu? Aku sungguh tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan celotehan mu yang tak berguna. Aku masih ingin melanjutkan tidurku yang nyenyak ini." Balas Hans yang terdengar sangat menyebalkan bagi Erik.
"Bella sudah kembali ke Indonesia Hans. Aku melihat nya kemarin saat kau menugaskan ku untuk menyelesaikan urusan bisnis di Bali. Aku melihat nya sedang berpelukan mesra dengan seseorang, yang mungkin menurutku itu adalah kekasih nya." ucap Erik.
Berita yang Erik berikan pagi ini membuat sukses boss nya Murka. Berita yang mengejutkan itu membuat Hans harus kembali mengingat akan penghianatan wanita yang pernah ia sangat cintai itu.
Setelah Bella pergi meninggalkan Hans dengan luka yang begitu dalam. Hans menutup hati nya rapat-rapat. Ia pun bersumpah tidak akan pernah mempercayai atau menjalin hubungan dengan wanita lagi. Karena bagi nya semua wanita itu sama.Sama-sama penghianat!!.
Hans sudah menduga ini semua sejak ia berada di salah satu Mall terbesar di Jakarta. Ia melihat seseorang yang sangat ia benci dan sangat ia hindari.
Ternyata apa yang ia lihat beberapa waktu lalu benar ada nya. Hans memang pernah tak sengaja melihat Bella di sebuah cafe yang ada di Mall tersebut, sedang tertawa begitu bahagia nya. Dan itu beberapa waktu yang lalu, saat sebelum Hans memerintah kan Erik ke Bali untuk urusan bisnis. Namun ia menganggap itu semua hanya sebuah ilusi saja.
"Untuk apa dia kembali Erik? Apakah dia belum cukup melihat ku begitu hancur?." tanya Hans oada Erik. "Well Erik, aku ingin kau memastikan ke seluruh penjaga keamanan di mansion dan di kantor untuk melarang wanita iblis itu menemuiku. Aku yakin sekali Erik, jika dia kembali tentu dengan niat dan rencana yang tidak kita ketahui." imbuh Hans dengan memerintah Erik, yang masih tampak bingung di seberang telepon sana.
"Baiklah, tapi kenapa kau bisa mempunyai pikiran seperti itu Hans? Apa ada sesuatu yang tidak kuketahui darimu? Apa kau merahasiakan sesuatu dari ku Hans?." tanya Erik curiga.
Hans tidak menjawab pertanyaan Erik yang membuat nya semakin kesal. Karena sepagi itu, ia harus menerima kenyataan bahwa yg ia lihat saat itu benar adanya. Ia pun bertambah kesal saat harus menerima begitu banyak pertanyaan dari asisten pribadinya itu.
Hans mematikan sambungan telepon tersebut secara tiba-tiba. Membuat Erik yang sedang menunggu jawaban dari Hans pun merasa kesal karena Hans tidak menjawab pertanyaan nya. Tapi justru malah memutuskan panggilan tersebut secara tiba-tiba.
Erik terdiam sejenak sambil memikirkan perkataan dari Hans tadi. Perkataan dari Hans tadi sukses membuat pikiran nya sedikit terganggu. Erik dibuat bingung dengan sikap Hans yang menurut nya aneh dan terkesan sedang menutupi sesuatu yang tidak ia ketahui.
Tidak pernah Hans menyembunyikan hal sekecil apapun darinya namun, tidak dengan pagi ini.
"Apa yang sedang kau sembunyikan dari ku Hans." gumam Erik bermonolog sendiri.
Hans beranjak dari tempat tidur nya menuju kamar mandi. Ia berharap setelah air dingin mengguyur kepala nya, dapat menghilangkan sedikit beban yang ia rasakan pagi ini.
Setelah selesai dengan acara mandi. Hans bersiap untuk pergi ke kantor. Namun sebelum itu, ia mampir ke rumah makan yang ada di dekat kantor nya. Ia hampir saja melupakan kebiasaan pagi nya karena terbawa emosi pagi ini.
Setelah Hans sampai di tempat yang ia tuju. Entah mimpi apa ia semalam, sehingga pagi ini ia mengalami kesialan.
Saat Hans hendak membuka pintu. Ia ditabrak oleh seorang gadis pengantar makanan yang berlari terburu-buru. Sehingga makanan yang ia bawa tumpah mengenai jas dan celana Hans menjadi kotor.
"Oh s**t!! Apa kau buta sehingga aku yang sebesar dan setinggi ini kau tabrak? Perhatikan jalan dan pakai matamu saat kau berjalan bodoh!." Umpatan dan makian pun keluar dari mulut Hans.
"Maaf tuan aku tidak sengaja. Aku terburu-buru sekali saat ini, maafkan aku tuan." ucap Joana.
Ia benar-benar takut jika suara orang yang ada di depan nya ini terdengar oleh managernya. Pagi ini saja, ia sudah diomeli oleh managernya karena datang terlambat.
"Panggil manager mu kemari sekarang!." Perintah Hans dengan menatap gadis yang ada di hadapan nya dengan tatapan mengintimidasi dan jijik.
Joana seketika membeku. Wajah nya terlihat pucat dan sangat ketakutan. Ia tidak tahu akan menjadi apa nasib nya kedepan jika managernya tahu.
"Apa kau tidak mendengar ucapan ku? Selain buta ternyata kau juga tuli haa!! Dasar gadis pembawa sial!!." sambung Hans dengan memaki Joana.
Makian terus Hans ucapkan. Hingga gadis yang ada di hadapan nya saat ini terpaksa masuk untuk memanggil manajernya. Joana tidak tahan mendengar orang yang ada dihadapan nya saat ini terus-menerus memaki nya. Tak lama kemudian keluarlah Arif. Ya, ia adalah manager di rumah makan tersebut, dan disusul oleh Joana di belakang nya.
"Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?." Ucap Arif dengan sopan.
Ia tahu jika ia sedang berhadapan dengan seorang penguasa. sedikit saja ia melakukan kesalahan atau menyinggung orang di hadapan nya saat ini, maka ia tidak dapat membayangkan apa akibat yang akan ia dapat.
"Apakah ini caramu mendidik seorang karyawan? lihat apa yang dilakukan oleh karyawan mu yang bodoh ini kepadaku?." ucap Hans kepada manager rumah makan tersebut.
"Maaf kan saya tuan, Saya akan memberikan hukuman kepada nya sebagai sanksi nanti. Mengenai jas dan celana tuan yang kotor, nanti karyawan saya yang lain yang akan membersihkan nya." Ucap Arif mencoba bernegosiasi dengan orang di hadapan nya ini. Namun Hans sama sekali tidak menghiraukan ucapan dari Arif.
"Tidak perlu, cukup kau pecat gadis bodoh ini. Karyawan tidak konsisten seperti dia tidak layak untuk bekerja." ucap Hans tanpa inhin di bantah.
Permintaan Hans yang terdengar begitu kejam dan tidak punya hati.
Joana yang mendengar itu pun seketika lemas dan ingin sekali menangis.
"Tapi tuan, bukankah itu terlalu berlebihan untuk kesalahan kecil yang saya lakukan? Bukankah saya sudah meminta maaf kepada tuan tadi?, kenapa sesam--." ucapan Joana langsung dipotong oleh Arif.
"Cukup Joana!! mulai sekarang kamu saya pecat!!. Kamu tidak perlu bekerja di sini lagi. Sekarang kamu kemasi barang-barang kamu dan pergi dari sini!!." Ucapan Arif membuat Joana begitu sakit mendengar nya. Kenapa setiap orang-orang yang berkuasa begitu semena-mena terhadap orang yang tidak berdaya.
Joana pun pergi dengan mata berkaca-kaca. Ia begitu sedih. Kenapa karena kesalahan kecil yang ia lakukan harus berujung seperti ini?. Sementara itu, Hans yang merasa menang dan puas pun menyunggingkan senyum licik. Ia merasa bahwa wanita seperti Joana layak mendapatkan perlakuan seperti itu.
Jika di ingat-ingat, Hans dan Joana tidak lah saling mengenal dan tidak pernah terlibat masalah apa pun. Tapi entah mengapa Hans begitu membenci wanita yang baru ia jumpai itu. Seakan-akan Hans begitu menaruh dendam yang sudah lama. Hans dengan tega membuat wanita itu hilang pekerjaan nya. Sebegitu bencikah Hans terhadap wanita?.
Setelah pergi cukup jauh dari tempat dimana ia barusan di pecat. Joana melihat sebuah pohon besar yang rindang. Ia mencoba mengistirahatkan kaki nya sejenak di sana. Ya, Joana pergi dengan berjalan kaki. Seorang gadis sebatang kara dan miskin seperti ia, mempunyai kendaraan hanyalah sebuah mimpi belaka.
Sambil menengadahkan wajahnya ke atas, Joana mencoba menghalau air mata nya yang hendak jatuh. Menurut nya, menangis hanya membuat dirinya semakin lemah. Ia sambil berpikir dari mana ia dapat mencari uang untuk melunasi sisa hutang ayah nya sebanyak 100 juta rupiah.
Joan efendi adalah ayah dari Joana. Menjalani kehidupan dengan serba kekurangan, wajar saja bila ayah nya Joana mempunyai hutang yang banyak. Hingga sampai sekarang setelah ia tiada pun, hutang itu masih ada.
"Oh Tuhan kemana aku harus mencari uang untuk melunasi hutang ayah?. Sekarang aku sudah tidak punya pekerjaan lagi." ucap Joana bermonolog sendiri sambil menengadahkan kepalanya menatap langit.
Menyusuri sepanjang jalan, Joana mencoba kesana kemari mencari lowongan pekerjaan. Hingga tak terasa petang pun tiba. Ia belum sama sekali menemukan pekerjaan untuk nya.
Duduk di pinggir trotoar, Joana mencoba menghilangkan penat nya setelah seharian kesana kemari tak juga mendapatkan pekerjaan.
Tiba-tiba sosok laki-laki tampan bak anime seperti di dunia nyata, sedang melintas di depan Joana dengan menggunakan mobil sport nya. Ya, Hans lah orang nya. Hans mendekati Joana, entah apa yang akan Hans lakukan kali ini.
"Hei apakah kau sekarang sudah beralih profesi menjadi pengemis? pengemis yang meminta-minta uang kepada orang-orang yang lewat." Ejek Hans, namun Joana tidak menanggapi nya.
Seketika Joana berdiri langsung dari duduk nya dan hendak pergi meninggalkan Hans yang menatapnya dengan tatapan menghina.
Namun seketika itu pula Hans menarik tangan Joana dengan kasar. Ia marah saat Joana langsung hendak pergi tanpa menghiraukan ucapan Hans.
"Beraninya kau mengabaikan ku!!" berang Hans yang sudah menggenggam dengan erat tangan Joana. Dengan kuat Joana menghempaskan tangan Hans hingga terlepas dari tangannya.
"Apakah kau tidak mempunyai pekerjaan lain tuan?. Apa kau seorang pengangguran yang tidak punya pekerjaan? Sehingga dari tadi kau begitu asyik mengusik hidup ku. Apakah kehidupan ku begitu menarik perhatian mu, hingga kau tak berhenti nya mengganggu hidupku?. Apa tuan merasa kurang cukup membuat ku harus kehilangan pekerjaan?.
Bukankah kita tidak saling mengenal? Lalu mengapa tuan seakan begitu marah dan menaruh dendam kepada ku?."Ucap Joana dengan datar. Ia mencoba untuk tidak terpancing emosi oleh perkataan dari Hans.
"Berani nya kau--!! " Hans hendak melayangkan tamparan. Namun tangan nya mengambang di udara saat ia mendapati Joana malah mendekat kan pipi nya. Joana dengan berani nya mendekatkan pipinya seakan siap untuk menerima tamparan dari Hans.
"Apa haa!! kau ingin menampar kan? ya, tampar lah sesuka hati mu. Mungkin itu bisa mengurangi beban hidup mu yang begitu menyedihkan. Hingga kau dengan senang nya membuat seorang gadis yatim piatu, yang hidup sebatang kara ini kehilangan pekerjaan nya!!." Seakan mendapat kan keberanian, Joana menatap tajam mata Hans, lalu pergi meninggal kan nya begitu saja.
"Akan ku buat kau menyesal telah berani menghina kehidupan ku!!. Tidak ada seorang wanita manapun yang boleh menghinaku!! Dasar brengseek!!." teriak Hans dengan mengepalkan tangan nya membentuk kepalan tinju.