21. Misi Bulan Madu

787 Words
Ares tidak tahu apa keputusannya untuk mengikuti keinginan Eyang Uti kali ini adalah pilihan terbaiknya atau tidak. Yang jelas, Ares benar-benar tidak sanggup jika harus melepaskan karirnya sebagai aktor saat ini. Lagipula, Eyang Uti sepertinya lebih bahagia jika Ares mengikuti keinginannya untuk pergi bulan madu dengan Jani.   Dan di sinilah mereka berada. Duduk bersebelahan pada golf cart yang akan membawa mereka ke cottage pinggir pantai yang akan mereka tempati beberapa hari ke depan.   Ini bukan pertama kalinya untuk Ares menginjakkan kaki di Maladewa atau yang lebih dikenal dengan Maldives. Lelaki itu pernah datang ke sana saat masih kecil. Mungkin sekitar kelas lima SD. Saat itu, adik bungsu ayah Ares mengadakan pesta pernikahannya di sana.     Ares ingat, ia pernah mengatakan pada Eyang Uti saat itu bahwa kelak jika menikah Ares akan membawa istrinya untuk berbulan madu di pulau indah tersebut. Siapa sangka ucapan anak-anak itu kini menjadi kenyataan. Meski tidak sepenuhnya akurat.   “Here we are, this is your cottage Mr. and Mrs Hadinata.”   Suara bellboy yang mengantar mereka sampai ke depan pintu cottage dengan mobil golf menyadarkan Ares yang tidak sadar sudah melamun sejak kedatangannya. Hal itu membuat Jani yang lebih banyak menanggapi penjelasan bellboy tersebut tentang cottage yang akan mereka tempati.   Resort yang dipilihkan Eyang Uti untuk Jani dan Ares merupakan resort termahal dan termewah yang mungkin ada di Maldives. Dan melihat jenis cottage yang Eyang Uti pilihkan untuk keduanya di resort tersebut, keduanya tahu uang yang sudah Eyang Uti keluarkan untuk biaya bulan madu mereka pasti tidak sedikit.   Cottage itu punya balkon yang menghadap langsung ke laut lepas. Ada mini pool pribadi dan juga jacuzzi yang bisa mereka nikmati dengan latar belakang laut lepas tanpa harus takut privasi mereka terganggu. Ada tangga pada balkon mereka untuk bisa langsung turun dan melakukan snorkling di laut.   Dan yang paling penting, hanya ada satu tempat tidur di cottage tersebut. Eyang Uti pasti benar-benar mengurangi kemungkinan Jani dan Ares untuk tidur di tempat terpisah lagi kali ini. Satu-satunya pilihan jika mereka ingin tidur terpisah hanya tidur di sofa. Dan Eyang Uti lebih dari sekadar tahu bahwa cucunya adalah anak manja yang tidak bisa tidur di tempat yang tidak nyaman seperti sofa.   “Kamu lapar?” tanya Jani ketika Ares sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur sedangkan Jani mulai membereskan barang bawaan mereka ke lemari karena mereka akan stay untuk beberapa hari ke depan.   “Hmm, nanti aja makannya. Aku mau tidur dulu sepuluh menit,” Ares menyahut dengan mata terpejam. Perjalanan mereka yang memakan waktu kurang lebih lima jam itu sedikit melelahkan karena mereka berangkat sangat pagi dari Jakarta untuk transit di Singapura.   Jani kembali fokus untuk membereskan bawaan mereka. Setelah selesai dengan koper Ares, Jani beralih pada kopernya dan terkejut mendapati sebuah paper bag yang diselipkan Eyang Uti ketika Jani packing kemarin malam.   Seharusnya Jani tahu kalau bulan madu ini adalah rencana Eyang Uti untuk benar-benar menyatukan Ares dan Jani. Jadi sudah sewajarnya jika Jani curiga ketika Eyang Uti menyelipkan paper bag itu dan tidak mengizinkan Jani membukanya. Katanya itu hanya baju renang. Tetapi pada kenyataannya isinya adalah beberapa buah bikini dan lingerie tembus pandang tipis.   “Wow!”   Seruan Ares berhasil membuat Jani tersentak dan menjatuhkan sebuahh panty lace dari tangannya. Dengan gerakan panik, Jani memasukkan semua pakaian dalam itu kembali ke dalam paper bag dengan menjejalnya.   “Nggak nyangka selera pakaian dalam kamu bagus juga.” Ares bersiul genit. Sepertinya tenaga lelaki itu sudah kembali sehingga sudah bisa kembali iseng seperti biasa. “Nggak sabar lihatnya.”   Jani tidak menyahut. Tidak tahu juga kenapa harus merasa malu hanya karena Ares melihat pakaian dalam dan bikini-bikini itu, padahal Jani belum benar-benar memakainya. Dan tidak tahu apakah dirinya mampu mengenakannya karena jelas itu bukan gayanya.   “Eyangti pikir gue laki-laki nggak bermoral kali ya, dikasih modal bikini aja bisa bikin gue langsung h***y gitu?” Ares tertawa melihat betapa keras dan seriusnya usaha Eyang Uti untuk benar-benar menyatukan dirinya dan Jani. “Lagian nggak semua perempuan langsung tiba-tiba sexy hanya karena pakai pakaian dalam transparan kali.”   “Maksud kamu?”   “Maksud aku, sexy itu tuh bukan hanya soal penampilan. Tapi juga… what did they call it, hmm… vibes? Aura? Ya kayak gitu lah intinya!” Ares menyugar rambutnya dengan jari lalu meraih sunglasses Diornya yang tergantung di kerah kaos yang dikenakannya. “Jadi, kalau memang aura kamu itu cewek polos…mau telanjang bulat sekalipun di depan aku, nggak akan bikin kamu jadi sexy dan buat aku h***y. Makan yuk? Laper nih.”   Ares sudah siap untuk pergi keluar cottage mencari makan siang ketika Jani tiba-tiba menyahut pelan, “Dari mana kamu tahu?”   Ares mengernyit, tubuhnya memutar kembali menghadap Jani yang masih membelakanginya. Ternyata Jani masih ingin membahasnya. Ok, Ares akan ladeni. “Itu sih basic knowledge, masa seorang Arjani Larasati Ayu Darmaji yang lulusan Oxford gitu aja nggak tahu?”   “Bukan.” Jani pun berbalik badan menghadap Ares dan berkata, “Maksud aku, dari mana kamu tahu kalau aku tidak akan sexy memakai pakaian itu?”   “Hah?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD