Baru saja Gema memejamkan matanya, ponselnya berbunyi kencang. Dia beranjak dari tempat tidur dengan malas. "Mama?" decaknya sebal. Dia lirik jam digitalnya. "Jam setengah dua belas," desahnya. "Halo, Ma?" sapa Gema malas-malasan. Dia memang sebenarnya paling sebal jika dihubungi mamanya. Gema tidak suka mendengar suara ketus mamanya. Dasar, Gema. "Gema. Si Hera ada di sini sama Idris lho." "Hah?" Wajah Gema langsung berubah pucat. "Mama ... Hera berangkat hari ini." "Iya. Mama tau." "Mama yang benar ah?" "Duh. Meski Mama sudah tua ... mata Mama masih awet. Nggak kayak kamu, baru empat puluhan udah pake kacamata." "Ih, Mama. Malah bahas gituan. Mama pergok kek, atau apa, Mamaaaaa." Gema langsung panik. Dia garuk-garuk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Kalo sama Hera ya