Aku menatap ke arah Mama dan berbicara padanya dengan nada manja, "Ma, Mbak Puspa pengen disuapin Mama.” “Wah, Mbak Puspa! Anak Wedhok ini udah punya suami pun masih aja manja. Oke deh, tapi dengan syarat makannya harus dihabiskan, ya, Sayang.” Aku mengangguk bahagia. Walaupun usiaku sudah dewasa, memang aku masih sering bermanja seperti minta disuapi Mama. Rasanya kenikmatan makanan yang dikecap oleh lidahku menjadi semakin berlipat ganda, jauh lebih lezat. “Mas, menurut Ustad Azzam adakah cara lain selain dengan membakarnya? Benda-benda pusaka ini memiliki nilai seni yang tinggi. Lihat saja keris yang di gagangnya ada batu merah delima ini. Di sarungnya tertulis dibuat ratusan tahun lalu.” Om Dion mengangkat keris yang terletak paling kanan di meja itu. Pancaran kemilau dari pantu