Pemulihan yang berlangsung lama tidak lantas membuat Rei bosan menunggu istrinya. Setiap hari, bahkan setiap detiknya ia terus menunggu dan menemani sang istri menjalani serangkaian pengobatan. Rei ingin selalu memastikan Mega mendapatkan yang terbaik. “Aku dengar beberapa kali kamu menyebutku dengan sebutan istri, kenapa?” Mega masih bingung dengan sebutan itu, pasalnya beberapa kali Rei menyebutnya “My wife.” “Kita tidak sedang bersandiwara bukan?” Selidiknya lagi. Rei yang tengah duduk di tepian diranjang menoleh. “Kamu nggak salah dengar, kamu memang istriku.” Jawabnya. “Kapan?” “Sejak satu Minggu lalu.” Kening Mega mengerut. Tapi lelaki itu justru mengambil sesuatu dari dalam kantong celananya. “Cincinnya baru jadi, Kemal baru antar tadi pagi.” Ia mengeluarkan kotak kecil b

