Kondisi Mega tidak kunjungan menunjukkan kemajuan. Ia masih koma. Dia hari berlalu bagaikan neraka bagi Rei, ia tidak lagi bisa melihat wanita itu tersenyum, marah saat kesal atau menertawakan hal sederhana yang terkadang dianggap konyol olehnya. Tubuhnya terdiam dengan banyak alat-alat asing menempel di tubuhnya. Ia sangat bergantung pada alat bantu itu, hingga setiap detiknya Rei selalu mematikan alat-alat itu menempel sempurna di tubuh Mega. “Nggak bosan kah diem-dieman kayak gini?” Rei meraih tangan Mega, mencium punggung tangannya yang terasa dingin. “Tidak apa-apa bayi kita pergi, aku masih punya kamu.” Rei menempelkan kening di punggung tangan Mega. “Tidak memiliki anak selamanya pun tidak apa-apa, aku tidak akan pernah mempermasalahkannya, asal kamu bangun dan kita bisa bersam

