Bab 2. Bertemu

1656 Words
“Nabilla!!!” Suara teriakan yang menggelegar ke seluruh penjuru kelas. Siapa lagi kalau bukan teriakan dari kedua sahabatnya yang tercinta dan tersayang, Mutia dan Kania. “Kalian berdua itu bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak, udah kaya di hutan aja tahu nggak kalian tuh” omel Billa pada kedua sahabatnya. “Hmmm, nggak bisa” jawab Mutia dan juga Kania secara bersamaan. “Arghhh...” dengus Billa dengan wajah kesal, dan terlebih dahulu melangkah menuju kelas. Melihat ekspresi Billa , kedua sahabatnya itu malah tertawa sambil mengekor di belakang nya. Benar-benar melelahkan. Andai aja ada lift yang bisa menuju ke lantai 3, pasti rasanya lebih menyenangkan. “Ehh semuanya, ada berita baru nih!” teriak Imel heboh saat memasuki kelas. “Apaan?” “Denger-denger , sih, ada guru baru yang akan gantiin posisinya pak Yanto buat ngajar Bahasa Inggris sama Matematika” jelas gadis berperawakan centil itu di depan kelas. “Gurunya cowok, apa cewek?” tanya Mutia ikutan nimbrung. “Cowok, ganteng!!!” Imel menjawab dengan semangat yang menggebu-gebu, layaknya seorang prajurit yang akan pergi berperang. “Dan lo jangan naksir!” tambahnya ketus sambil menunjuk ke arah Mutia. “Ishh” desis Mutia. “Mangsa baru nih cuy” ujar Lolla menambahkan dengan tingkah centilnya. Yap, Lolla dan Imel, mereka berdua adalah musuh bebuyutan nya Billa dan teman-temannya. Lolla dan Imel sering kali menari masalah dengan mereka bertiga. “Tapi gue denger-denger sih gurunya tuh Killer banget guys” ujar Imel menambahkan. Pada saat yang bersamaan tiba-tiba Bapak Riyan memasuki kelas, membuat para siswa dan siswi yang berada di sembarang tempat berlari menuju kursinya masing-masing. “Aduh si Bapak bikin kaget aja sih” ujar Lolla masih dengan kebiasaannya yang memalukan itu. “Maaf saya kesini Cuma mau kasih tau, kalau pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika di kelas ini akan digantikan oleh guru yang baru” jelas Pak Riyan. “Oke pak” lagi-lagi Imel dan Lolla adalah yang paling bersemangat menanggapi. “Kalian tunggu saja di dalam” ujar Pak Riyan menambahkan, sebelum kembali meninggalkan kelas. Benar saja, tak berapa lama Pak Riyan keluar dari kelas, tiba-tiba seseorang masuk, dan membuat pandangan seisi kelas tertuju padanya. Terutama para siswi perempuan yang tak berkedip. Ya, mereka tidak sempat berkedip karena yang masuk ke dalam kelas mereka adalah seorang laki-laki yang sangat tampan. “Pagi semuanya” sapanya saat memasuki kelas dan langsung saja menuju meja Guru yang terletak di bagian depan kelas arah ke sudut sebelah kiri. “Pagi, pak” jawab seisi kelas dengan serentak. “Astaga, ganteng amat sih jadi cowok” “Malaikat guys, adem banget liatnya” “Pengen gue karungin terus gue bawa pulang nih Guru” “Ke KUA yuk Pak” Itulah sederetan kata-kata yang keluar dari mulut para siswi yang memuji-muji Guru yang saat ini sedang berhadapan dengan mereka. Maklum sajalah, namanya juga ABG labil, nggak bisa lihat yang bening dikit, yang ganteng dikit saja memang langsung pada heboh. “Aduuh, ganteng amat tu Bapak. Sayang anget kalau harus di panggil bapak” bisik Mutia pada Billa yang ada di sebelahnya. “Sudah punya gebetan apa belum ya?” Kania ikut-ikutan heboh. “Ganteng sih ganteng, tapi Killer nya itu guys” tambah Billa pada kedua sahabatnya, Mutia dan Kania. Oke, ia aku mata para sahabatnya tidalah salah. Ganteng adalah kaa yang sangat tepat untuk gambaran Guru yang sedang berdiri di hadapan mereka. “Baiklah, sebelum pelajaran dimulai, saya akan perkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Ahmad Seno Geraldi, kalian bisa panggil saya Pak Seno dan umur saya 22 tahun. Mulai hari ini saya akan menggantikan Pak Yanto untuk mengajar pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika” jelasnya. “Ada pertanyaan lagi” tambahnya mengarahkan pandangannya pada seisi kelas. “Sudah punya pacar belum pak?” tanya Kania bersemangat. “Kan, pertanyaan lo gak bermutu banget, sumpah” umpat Billa saat pertanyaan yang dilontarkan Kania sangatlah memalukan sekali sikapnya. “Jawab dong pak, itu pertanyaan penting loh” “Saya masih single” jawab Seno. Sontak jawaban itu langsung membuat para siswi satu kelas heboh bukan main. Mereka langsung heboh mengutak atik ponsel mereka untuk mencari tahu akun sosial media milik Seno seperti, f*******:, Path, i********:, Line, w******p dan juga yang akun sosial media yang lainnya milik Seno. “Baiklah, kalau begitu saya absen kalian dahulu” ujar Seno sambil membuka buku Absen. “Arkana Dewanta” “Hadir Pak” “Dwi Nugroho” “Hadir...” “Mutia Atmadja” “Me, Pak” “Kania Zalindra” “Hadir Pak” “Nabilla Aqueena Adyaksa” “Hadir...” “Jadi, dia?” batin Seno menatap ke arah Nabilla. “Eh, guys. Itu Pak Seno ngapain ya ngeliatin gue segitunya banget? Bikin gue jadi ngerasa horor kan, merinding gue. Apa karena make up gue ketebalan ya, atau eyeliner gue yang belepotan?” tanya Billa pada kedua sahabatnya, karena merasa kalau Seno sedang memperhatikannya. “Ah, enggak kok” jawab Kania sambil tertawa seolah sedang meledek Billa. “Ih, Kania” desis Nabilla kesal karena ledekan sahabatnya. “Ehemm.. ada masalah apa disana? Tanya Seno karena mendengar suara ribut-ribut dari arah meja Nabilla dan Kania. “Nggak ada kok Pak” elak Nabilla dan juga Kania. “Jangan mengobrol lagi. Sekarang keluarkan dan buka buku LKS kalian, kita akan langsung memulai pelajaran” terang Seno pada seisi kelas. - - Tepat saat waktu menunjukkan pukul sepuluh, bel berbunyi sebagai tanda jika sudah waktunya untuk para siswa beristirahat. Ada rasa lega yang di tunjukkan pada semua isi kelas. Karena apa? Ternyata wajah tampan Seno berbanding terbalik dengan caranya mengajar. Sungguh benar-benar menakutkan. “Baiklah, pelajaran kita hari ini sudah berakhir, lusa kita akan mengadakan ulangan, dan saya tidak menerima penolakan. Terima kasih” jelas Seno sambil berjalan meninggalkan kelas. Billa menghembuskan napas beratnya saat Seno sudah tidak ada di dalam kelas. “Sumpah, parah banget dah tu Guru” umpat Nabilla saat Seno sudah tidak ada di kelas. “Gila.. dua jam berasa kaya delapan jam” sahut Mutia. “Hmm, suasana kelas yang hangat seketika langsung berubah menjadi mencekam, horor banget tu Guru” tambah Kania. “Kita ke kantin yuk... haus, nih” ajak Mutia. “Yok, tapi kalian berdua duluan aja. Pesenin Mango smoothies buat gue ya, gue kebelet nih” ujar Billa yang berlalu pergi meninggalkan Mutia dan Kania dengan sedikit berlari keluar dari kelas menuju toilet. Setelah mengeluarkan hasrat manusiawinya, Billa hendak menyusul kedua sahabatnya ke kantin. Pada saat Billa berjalan di salah satu lorong kelas, tiba-tiba ia malah tidak sengaja menabrak seseorang hingga membuat dirinya jatuh dan lututnya mendarat sempurna di lantai. “Aduh..” Billa meringis ketika lututnya lah yang menjadi korban. Billa ingin mengomel pada orang yang baru saja menabraknya. Nabilla mengurungkan niatnya saat dirinya mendapati orang yang menabrak dirinya adalah si Guru Killer kata Nabilla. Ya, meskipun dirinya tahu kalau ini bukanlah salahnya, namun yang menjadi masalah adalah, kenapa dirinya harus bertabrakan dengan Seno, si Guru killernya. “Maaf pak nggak sengaja” ucap Billa langsung meminta maaf. “Kalau jalan itu lihat-lihat” ujar Seno dingin. “Lah, perasaan Bapak yang menabrak saya, Kok Bapak malah nyalahin saya?” balas Billa tak mau kalah. “Kalau menurut kamu saya yang nabrak dan saya yang salah, ngapain kamu barusan minta maaf sama saya?” “Ya kan Cuma basa basi Pak, lagian kan Bapak lebih tua dari saya, jadi saya harus menghormati orang yang lebih TUA” ucap Billa sambil menekankan kata tua pada Seno. Mendengar ucapan dari Billa yang agak sedikit kurang ajar, Seno memilih berlalu pergi begitu saja meninggalkan Billa tanpa memberi respon atau komentar. “Buta kali ya mata tu bocah, ya kali gue yang ganteng gini dibilang tua” Seno menggerutu di sepanjang jalan karena perkataan dari Billa. “Gini nih yang kadang bikin gondok terus sakit hati, nggak ada omongan apa-apa maen pergi gitu aja” Billa bersungut-sungut menuju kantin sambil sesekali dirinya mengumpat Guru killernya itu. Billa tidak menyadari jika wajah bersungut-sungut nya ia bawa hingga sampai di hadapan kedua sahabatnya. “Kenapa lo?” tanya Mutia pada Billa yang tampak kesal. “Kesel gue” ucap Billa. “Kesel ngapa lo?” kini Kania yang bertanya. “Ya bayangin aja, itu si Guru Killer yang nabrak gue, lah kok malah gue yang di omelin” jelas Billa memberengut pada kedua sahabatnya. “Pak Seno?” tanya Kania. “Emang Guru killer selain dia ada lagi?” bukannya menjawab, Billa malah balik memberi pertanyaan pada Kania. “Hwaaa... mau juga dong di tabrak Pak Seno” ujar Mutia dengan tingkah lebaynya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba saja ponsel Billa berdering di sakunya. Ia pun segera mengeluarkan benda ppih itu dari saku bajunya. “Mama” gumam Billa saat melihat nama yang tertera di layar ponsel milik Billa, lalu seketika itu ia menggeser tombol sebelah kanan pada layar ponselnya. “Ya ma?” “Pulang sekolah kamu langsung mampir kesini ya. Mama sama Papa mau kenalin kamu sama calon suami kamu” jelas mamanya. “Hari ini?” “Iya” “Hmm, giana Papa sama Mama aja yang nemuin dia, Billa males Ma” balas illa yang sengaja menunjukkan penolakannya. Sumpah demi apapun Billa tak mempunyai niat sedikitpun bertemu atau bertatap muka dengan laki-laki pilihan Mama Papanya. “Mau semua aset-aset dan Fasilitas punya kamu diambil kembali oleh Papa?” “Hiks hiks, iya, iya, nanti Billa kesana” Billa langsung menutup sambungan telepon dari Mamanya. “Lo kenapa, kok nangis?” taya Kania yang kaget melihat raut wajah masa sahabatnya. “Iya, kenapa sih?” Mutia ikut bertanya. “Nggak, Cuma Papa sama Mama ngajakin gue buat ketemuan sama sahabat mereka, kan males banget gue bosen” Billa berbohong pada kedua sahabatnya. Ia sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya karena tidak ingin kedua sahabatnya itu menceritakan keluarganya yang terlihat sangat kuno dengan gaya perjodohan macam Siti Nurbaya. “Ooooh..” balas Mutia dan Kania yang hanya br-oh ria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD