Ceklek
"Mama, ada apa kemari ?" Tanya Gio yang bersantai di ranjangnya
"Cia keluar !!" Teriak Tania yang hanya menemukan Gio
"Mama kenapa sih. Teriak-teriak cari Cia disini" sahut Gio
"Kalian gak bisa berbohong ke mama lagi. Mama tau Cia disini. Suruh Cia keluar sekarang !!" Bentak Tania
Cia yang berada di walk in closet pun keluar dari persembunyiannya menghampiri Tania dengan kepala tertunduk
Plak
"Mama !!" Sentak Gio yang langsung terlonjak dari ranjangnya saat melihat Tania menampar Cia. Tania pun menghampiri Gio
Plak
Cia yang mengusap pipinya yang kesakitan karena tamparan dari Tania hanya tertunduk seraya menahan tangisnya.
"Ada apa ma ?! Apa salah kalau Cia ke apartemen Gio ?! Apa salah kalau kita sering mengendap keluar berdua ?! Kita besar bersama ma !! Mama sendiri yang minta Gio jaga Cia, selalu memperhatikan Cia, mengawasi segala yang Cia lakukan, menyediakan yang Cia butuhkan, memberikan yang Cia minta. Tapi kenapa mama seperti ingin memisahakan kita ?!" Teriak geram Gio menatap mata ibunya dengan penuh amarah
"Sudah berhenti berbohong sama mama !!" Bentaknya membuat Gio diam begitu saja
"Kenapa ma ?! Kenapa mama bilang Gio berbohong. Apa yang mama tau ?! Katakan ma ?! Katakan ma kita berbohong soal apa ?!" Balas Gio kembali
"Mama dari Amerika kemari karena mendengar kabar kalian tidak lagi seperti saudara seperti sebelumnya" jelasnya
"Apa mama lebih percaya dengan gosip dari teman-teman mama ?" Sahut Gio
"Kamu kira selama disini mama tidak mencari tau ?! Mama tau Cia sudah tidak takut saat tidur sendiri !! Tetapi kenapa kalian masih satu kamar.. Mama juga tau kamu sering pergi dari kantor hanya untuk menemani Cia padahal dulu saat ada mama papa kamu tidak pernah sejauh ini Gio !! Mama juga tau kamu lebih memilih tinggal di apartemen karena kamu selalu menjemput Cia untuk kemari !!" Ucap Tania
"Masih mau bilang kalian hanya sebatas hubungan saudara ?! Bahkan mama tau apa yang kamu lakukan dengan Cia sebelum mama datang !!" Lanjutnya
Flashback on
"Halo, Andrew.." ucapnya terhenti karena Tania menggengam tangannya
"Hai Trisia, masih ingat tante" sapa Tania sontak membuatnya terkejut kesusahan menelan ludah
"H-hai.. T-tante.." balas gugup nya
"Bisa tante minta bantuan mu ?" Tanya Tania
"I-iya tante silahkan"
"Bisa matikan panggilan mu dulu ?" Seraya melirik ponsel Trisia lalu diiyakannya
"Tante minta tolong yah Trisia untuk tidak memberitahu ke Sergio ataupun Andrew kalau tante kemari. Tante tau kok kamu teman baik mereka sejak SMA tapi tante minta tolong kali ini saja yahh" mohon nya yang diiyakan Trisia
Tania pun membuka kunci pintu apartemen Gio dan segera masuk. Trisia yang masih terkejut hanya terdiam ditempatnya.
Tania memperhatikan setiap sudut apartemen Gio dan ia berhenti didepan pintu kamar Gio samar-samar ia mendengar desahan seorang gadis yang sangat ia kenal suaranya.
Tania perlahan membuka sedikit pintu kamar tersebut sontak membuatnya membungkam mulut menahan tangisnya. Tania menutup kembali pintu kamarnya dan keluar dari apartemen Gio.
Trisia yang masih berada di lorong apartemen segera menghampiri Tania yang terlihat menangis tersedu-sedu didepan pintu apartemen Gio
"T-tante.. tante kenapa ?" Tanya Trisia
Tania mengusap air matanya dengan segera dan meminta bantuan pada Trisia untuk menghubungi Gio mengatakan bahwa ibunya berada di lobby apartemen namun sayang sekali Trisia tidak memiliki kontak Gio dan ia pun menghubungi Andrew memintanya memberitahu Gio
"H-halo Andrew.."
"Ya Tris ada apa ?" Tanya Andrew diseberang
"Emh, ini gue lagi di lobby apartemen nih" seraya menatap ragu pada Tania yang masih menahan tangisnya
"Lobby apartemen gue ?" Tanya Andrew
"B-bukan.. gue lagi di lobby apartemen gue" bantahnya
"Terus kenapa"
"G-gue ketemu mama nya Gio nih di lobby.. kayaknya mau ke apartemen nya Gio deh.. emang Gio lagi di apartemen yah ?" Tanya Trisia
"Waduh mati.. tadi Gio bilang mau jemput Cia di kampus.. jangan-jangan mereka di apartemen.. yaudah makasih infonya Tris.. gue kasih tau Gio dulu" ucap Andrew menutup panggilannya
"Makasih ya Tris.. bisa tolong tunggu disini bersama tante selama 5 menit saja.. nanti ketika tante masuk apartemen kamu boleh kembali ke apartemen mu" ucap Tania diiyakan Trisia
Kriiing kriiing
"Apa" sahut kesal Gio
"Nyokap loe di lobby apartemen bro" kata Andrew diseberang
"Yang bener loe.. kata siapa ?" Balas Gio yang tak percaya
"Trisia.. dia hubungi gue barusan.. dia bilang ketemu nyokap loe di lobby barusan" terangnya tanpa menjawab kembali Gio memutuskan panggilannya
"Ci ada mama di depan. Kamu buruan ngumpet" ucap Gio menggopohi Cia
Cia yang masih telanjang pun segera mengenakan pakaiannya dan pergi ke walk in closet bersembunyi di salah satu lemari pakaian
Flashback off
"Yah mama yang minta Trisia menghubungi mu memberitahu kalau mama disini itu karena mama merasa malu harus melihat kalian berdua seperti tadi !!" Tangis Tania pecah setelah ia memberitahukan keberadaan nya ketika mereka sedang bercinta
Tangisan Cia pun pecah dan tak terbendung lagi mendengar penjelasan Tania. Begitu juga Gio yang terkejut hanya bisa terdiam untuk beberapa saat
"M-maaf ma.. maafin Cia.. T-tapi Cia bener-bener sayang sama kak Gio.. sayang Cia lebih dari saudara ma" terang Cia dalam tangisannya
"Apa kamu bilang !!" Sentak Tania
Plak
"Ma" sentak Gio
"Kamu dengarkan Gi.. dia bilang dia mencintaimu !!" Bentak balik Tania
"Gak cuman Cia ma !! Gio juga cinta sama Cia.. cinta Gio lebih dari adik kakak ma !!" Kata Gio dengan tegasnya
"Apa kalian gila hah !! Kalian saudara !! Meskipun Cia bukan dari rahim mama.. bagaimana pun Cia tetap anak mama sudah mama anggap anak kandung mama !!" Jelasnya dengan keras
"Dan kau Gio.. kau bodoh atau bagaimana mengajari hal yang tidak baik pada adikmu !! Jadi selama bertahun-tahun mama memintamu menjaga Cia justru ini yang mama dapat !! Kalian benar-benar membuat mama kecewa !!" Lanjutnya
"Terserah kamu mau melakukan apa saja Gio tetapi mama tidak akan membiarkan anak-anak mama menjadi sangat hina seperti ini !!" Ucap Tania
"Cia ikut mama pulang sekarang !!" Perintahnya yang hanya dianggukan Cia
"Gak !! Ci kamu disini sama kakak !!" Tolak Gio menarik Cia
"Gio !!" Sentak Tania
"Cia ayo pulang" bentak kembali Tania
Cia pun melepaskan tangannya dari genggaman Gio. Gio yang tidak bisa menerima terus menggelengkan kepala meminta agar Cia tidak meninggalkan apartemen nya namun Cia tanpa kata tetap melepaskan tangan Gio dan mengikuti langkah kaki Tania keluar dari apartemen
Sesampainya di rumah, Tania meminta Cia pergi ke kamarnya dan meminta para maid untuk menjaga pintu kamar Cia juga gerbang rumahnya agar Gio tidak bisa masuk.
Selama hampir satu minggu Tania mengurus surat kepindahan Cia dan tidak membiarkan Cia keluar kamar bahkan tidak membiarkan Cia memegang ponsel
Tania membawa Cia pergi ke Amerika untuk tinggal bersamanya dan Josh. Cia yang telah dipindahkan ke salah satu universitas disana justru tidak mau untuk masuk kuliah bahkan keluar kamar saja ia enggan
Ceklek
"Cia, apa kamu akan terus seperti ini ??" Tanya Josh memasuki kamar
Cia yang bertutupkan selimut di ranjangnya terdiam tanpa mau menjawab maupun berbicara pada siapapun.
"Cia" panggil Josh membuka selimut Cia namun Cia membelakanginya
"Lihatlah wajahmu sudah seperti babi saja. Bengkak merah menonjol" candanya
"Sudahlah Ci kamu tidak bisa seperti ini terus. Kamu harus melanjutkan hidup. Papa memang tau bagaimana kalian saling mencintai. Bahkan papa tidak melarang kalian sebenarnya. Tetapi mama pasti memiliki alasan kenapa tidak memberi izin pada kalian" kata Josh mencoba membujuk Cia
"Ehm menurut papa itu bukan melarang sih mungkin lebih tepatnya belum merestui kalian. Jadi cobalah untuk bangkit membuktikan pada mama bahwa kalian pantas untuk bersama sebagai pasangan" lanjut Josh dan mendapatkan respon dari Cia dengan membalik badan menatap Josh
"Apa benar papa mengizinkan Cia dan kakak" tanya Cia dengan suara bindengnya
"Tentu. Kenapa tidak ?? Lagipula apa kamu tau kenapa papa memberi nama Garmen padamu saat masih kecil?" Tanya balik Josh digelengkannya
"Itu karena papa berandai-andai saat kamu dewasa dan menikah dengan Gio kamu tidak perlu menambahkan nama Garmen lagi dibelakang namamu" terang Josh
"Benarkah pa ?" Tanya Cia meyakinkan perkataan Josh dan dibenarkan oleh Josh
"Terimakasih pa" ucap Cia terbangun dan memeluk Josh
"Tapi kamu diam-diam dulu yahh.. jangan bilang ke mama kalau papa mengizinkan kalian bersama.. kita rahasiakan dulu yah.. atau mama akan marah ke kita bertiga justru nanti kita tidak bisa mendapatkan hati mama untuk merestui kalian" kata Josh dianggukan Cia dengan senyuman lebarnya
"Sudah.. kamu istirahat saja dulu.. kalau lapar makan.. kalau sudah kuat cepat pergi kuliah atau papa akan sangat marah karena kamu membuang waktu mu hanya untuk galau.. dan tentunya membuang uang papa yang sudah membiayai kuliah mu.. ingat Ci, kuliah itu gak murah.. makanya kamu harus giat belajar dan jangan lupa itu juga salah satu usaha mu mendapatkan hati mama" terang Josh
"Cia udah cukup kok pa istirahat nya.. Cia mau mandi aja terus makan.. Cia lapar berminggu-minggu makan sehari sekali aja" jelas Cia membuat tawa pada Josh
"Yasudah sana mandi dulu" ucap Josh yang kemudian ia pergi meninggalkan Cia di kamar
Setelah Cia membersihkan diri ia turun ke dapur untuk makan. Sontak saja Tania terkejut menganga melihat Cia makan di meja makan setelah Josh berbicara dengannya
"Ma.. pa.. Cia boleh keluar cari udara gak ? Sekalian lihat kampus baru Cia" pintanya diiyakan keduanya
"Biar diantar supir mama Ci" ucap Tania
"Gak perlu ma, Cia mau jalan kaki sama naik angkutan umum aja" tolaknya
"Yasudah.. hati-hati kalau gitu"
"Ini.. bawa hp mu.. mama sudah mengisi dengan nomor sini.. disitu ada nomor papa dan mama.. kalau kamu ada apa-apa hubungi kami" ucap Tania memberikan ponsel baru untuk Cia
"Iya ma" singkat Cia mengambil ponselnya ditengah-tengah makannya
Cia pun segera menyelesaikan makannya dan pergi meninggalkan rumah
"Pa, papa bicara apa ke Cia sampai dia mau keluar kamar dan jalan-jalan ??" Tanya Tania setelah Cia meninggalkan pintu rumah mereka
"Papa gak bicara banyak ke Cia ya hanya obrolan ayah dan anak perempuan saja" terang Josh
"Ahh masa ?" Ragu Tania diiyakan Josh
"Awas saja kalau papa bicara macam-macam ke Cia" ancamnya
"Hem.. yasudah lah.. lagipula ponsel Cia juga baru.. gak ada nomor Gio sama sekali.. dan Gio juga gak tau nomor Cia yang ini.. visa Gio juga udah mama beku kan jadi paling gak Gio gak bisa ke sini" ucap Tania
"Mama ini terlalu kejam sama anak-anak" celetuk Josh mendapat pukulan dipundaknya
"Ya benerkan ma.. sampai anak sendiri saja gak dibolehin datang menemui orang tuanya yang jauh" ucap Josh
"Mana mungkin Gio kesini cuman mau jengukin kita.. yang ada datengin Cia" kesal Tania
"Sudah-sudah jangan bahas ini lagi.. lagipula Cia juga sudah mulai menerima" henti Tania
"Itu bukan nerima.. yang ada Cia lagi tertekan" gumam Josh
"Apa pa ?" Tanya Tania yang samar-samar dengan ucapan Josh
"Gak ma.. gak ada apa-apa.. yaudah papa mau ke kantor dulu" pamit Josh pergi meninggalkan rumah
----
"Halo pa" jawab Gio
"Papa kasih nomor baru Cia kamu catat dikertas ya.. papa gak bisa kirim pesan ke kamu karena mama mengawasi ponsel papa.. kamu juga jangan kirim pesan ke Cia atau mama akan membacanya" jelas Josh dipanggilannya
"I-iya pa.. bentar Gio cari kertas dulu" ucapnya seraya mencari-cari kertas dan pena. Karena tidak menemukan pena Gio meminta Andrew yang berada dihadapannya untuk mencatat nomor yang ia sebutkan
"Berapa pa ?" Tanya Gio
"....-5678-...."
"Terimakasih pa" ucap Gio
"Ingat Gi, tetap berhati-hati untuk sementara waktu" pinta Josh
"Siap pa"
"Ehm pa" panggil Gio
"Ya ada apa lagi ?" Tanya Josh
"Bisakah papa membantuku mendapatkan visa ku kembali ?" Mohon Gio
"Ya tunggulah sebulan lagi.. papa akan mengirimkan visa mu kembali"
"Terimakasih pa" akhir panggilan Gio
"Woi berapa nomer nya" tanya Gio
"Buset bokap nyokap loe sifatnya berbanding terbalik yahh" celetuk Andrew
"Yah karena gue tau banget sifat bokap nyokap gue makanya gue tau kalau gak mungkin bisa ngomong ke nyokap soal gue sama Cia" terang Gio
"Udah tau kayak gitu loe masih aja nekat sama adek loe" ucap Andrew
"Udah loe gak usah bacot. Nomer nya buruan !!" Kesalnya
----
Cia berjalan menelusuri jalanan New York dengan lesunya dan terus-menerus menghela nafas kasar berharap ada sesuatu yang membuatnya bahagia meski semenit saja. Meskipun ia masih merasa sedih karena berpisah dari Gio tetapi setidaknya ia masih memiliki semangat karena izin dari ayah nya.
Cia berhenti disebuah cafe. Ia duduk di samping jendela dan terus saja menatap keluar memperhatikan kendaraan yang lalu lalang seraya menyeruput kopi nya
Drrt drrrt drrt
"Nomer siapa nih.. kata mama ini hp baru.. nomernya juga gak dikenal" heran bingung Cia memperhatikan nomor yang menghubunginya. Dengan ragu Cia mengangkat panggilan tersebut dan terdiam untuk mendengarkan suara diseberang terlebih dahulu
"Halo Ci. Ini kakak" sapa Gio diseberang
"Kak Gio. Gimana kakak bisa dapat nomor baru Cia.. ouh ya ini nomor siapa kok kayak bukan nomor Jakarta ??" Tanya Cia beruntun
"Kakak dapet nomer kamu dari papa. Ini nomer teman kakak yang kakak beli.. ini nomer Amerika Ci.. jadi kami tenang aja.. mama gak akan curiga.. ouh ya kamu jangan save nomer ini ya.. biar kakak yang selalu menghubungi mu terlebih dahulu" jelas Gio diiyakannya
"Apa kamu baik-baik saja ? Apa kamu masih menangis ? Kamu dimana ?" Tanya Gio beruntun
"Cia baik kok kak. Tidak, aku sudah tidak menangis. Ini aku sedang di cafe menikmati secangkir kopi pahit" jawab Cia
"Bukannya kamu tidak suka kopi pahit Ci ?" Tanya Gio
"Yah itu dulu. Sekarang aku suka karena masih terasa lebih pahit hidupku daripada kopi ini" candanya membuat keduanya tertawa
Tok tok tok (ketukan pintu ruangan Gio)
"Pak sudah waktunya meeting" ucap sekertaris Gio
"Iya sebentar" jawab Gio
"Ci, sudah dulu ya.. kakak ada meeting.. nanti kakak hubungi kamu lagi" dibalas dehuman oleh Cia
"Jaga dirimu Cia. Aku mencintaimu" ucap Gio
"Kakak juga jaga diri. Aku juga mencintai kakak" balas Cia menutup panggilannya