Hamil

1593 Words
Beberapa Minggu berikutnya. Megan merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Kepalanya mendadak pusing dan juga terasa berputar. Tidak merasa salah makan apapun. Tetapi terasa ada yang salah. Apa lagi, saat bola matanya ini, melihat ke arah sebuah kalender, yang berada di atas meja. Megan cepat-cepat menarik kalender tersebut dan menatapnya dari dekat. Ia perhatikan dengan seksama, sebuah tanggal yang memang selalu ia lingkari, di setiap bulannya. "Kok telat???" gumam Megan, dengan perasaan yang mulai resah. Megan bergegas keluar dari rumahnya dan pergi ke sebuah apotek terdekat dan meminta sopir untuk mengantarkannya ke sana. Ia beli sesuatu di sana. Yaitu sebuah benda pipih, guna melenyapkan rasa penasarannya yang membludak. Harus segera ia pastikan, daripada mati penasaran. Sejumlah uang diberikan oleh Megan dan setelah itu, ia berjalan keluar dari apotek ini sambil menatap benda di tangannya dan tak sadar, bila hal tersebut, membuatnya menabrak seseorang, yang hendak masuk ke dalam apotek juga. Apa yang Megan pegang terjatuh dan orang itu merunduk untuk mengambilkannya. Orang tersebut perhatikan benda yang sudah berada di genggaman tangannya ini dan juga memperhatikan wanita, yang segera mengambil benda tersebut dari tangannya. "Terima kasih. Maaf tadi...," Megan menganga saat melihat siapa pria yang berada di depannya sekarang dan saat pria itu akan bicara, Megan malah pergi dengan sangat terburu-buru dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil, lalu pergi dengan sopirnya itu dari sana. Sementara pria yang tadi tidak sengaja ditabrak oleh Megan pun tersenyum miring, ketika menyadari sesuatu yang cukup menarik, yang sempat ia lihat dengan sangat jelas itu. Sesampainya di rumah. Megan masuk ke dalam kamarnya dengan napas yang seperti tinggal setengah. Ia cepat-cepat berlari pulang, karena seperti melihat setan tadi. Memang tidak salah juga. Yang tadi itu adalah laki-laki berhati iblis, yang malah membawanya ke hotel dan melakukan hal yang bukan-bukan terhadapnya. Padahal dia tau, bila dia ini adalah tunangan dari sepupunya sendiri. Megan kesampingkan pikiran akan pria yang ia temui tadi. Sekarang, ia bahkan lebih penasaran, dengan apa yang akan terjadi, setelah ia mencoba alat ini. Kedengarannya cukup gila. Tapi ia juga harus pastikan, bila ketakutannya tidaklah benar. Megan cepat-cepat beralih ruangan. Dia berada di dalam kamar mandi, menampung air seninya sendiri dan mencelupkan sebuah benda, yang tadi sengaja ia beli di apotek. Megan tunggu dengan gelisah, bahkan sambil dengan mengusap-usap wajahnya sendiri. Takut, panik, sudah bercampur baur di dalam hati maupun pikirannya sendiri. Sudah hampir satu menit. Megan pun menatap benda tersebut dengan lebih intens lagi. Pertama-tama, sebuah garis merah pun muncul di sana. Lalu berikutnya, garis berwarna sama pun menyusul dan membentuk dua garis yang sejajar. Satu merah pekat dan satunya merah, tetapi agak samar. Namun artinya masih sama saja. Garis-garis ini menandakan, bila kini, telah ada kehidupan lain yang tumbuh di dalam dirinya dan semua itu, adalah karena perbuatan dari laki-laki, yang sempat ia temui ketika berada di apotek tadi. "Dasar brengsekk. Aku mau menikah sebentar lagi. Kenapa malah jadi begini??" gumam Megan yang berjongkok dengan sangat frustasi. Sudah ditiduri dengan seenaknya dan sekarang malah harus menerima kenyataan, bila di dalam dirinya, ada sosok hasil dari perbuatan kotor orang itu terhadap dirinya. Megan meletakkan benda itu di sisi wastafel dan mencuci tangannya. Dia termenung setelahnya di depan wastafel itu, memikirkan masa depannya. Memikirkan juga, rencana pernikahannya kelak. Tapi suara ketukan pintu yang sangat tiba-tiba itu, membuat Megan melonjak kaget. "Kak! Kak Megan! Kak Megan!" suara panggilan yang membuat Megan terburu-buru keluar. "Kenapa sih??" tanya Megan saat menemukan adik laki-lakinya, di depan pintu kamar mandinya ini. "Mau numpang ke toilet sebentar. Kran di kamar mandi Matthew rusak!" ucap sang adik, sambil menarik tangan Megan dan langsung masuk ke dalam kamar mandi sang kakak. Megan yang lapar mendadak. Kita malah keluar dari dalam kamarnya dan turun ke bawah. Dia pergi ke dapur dan mencari-cari makanan. Ia ambil sepotong kue dari dalam kulkas, lalu memakannya sambil mengambil sebotol jus jeruk, yang kini sedang ia tuangkan ke dalam gelas. Megan melahap makanannya dengan lumayan rakus. Tapi, saat makanan habis dan jus diteguk. Megan baru ingat dengan sesuatu yang ia tinggalkan ketika di kamar mandi tadi. "Ha?? Tespek!!" seru Megan sambil cepat-cepat berlari keluar dari dalam dapur dan saat akan melewati ruang tamu, ia melihat ayah dan ibunya di sana, juga dengan adiknya. Namun, ada satu hal lagi, yang membuat Megan shock sekali. Yaitu benda, yang kini berada di telapak tangan sang ayah, yang tengah menatapnya dengan penuh kengerian. "Kamu hamil Megan?? Belum sah menikah, kamu malah hamil sekarang???" cecar Tayler, selaku ayah dari Megan sendiri. "Dad, i-itu...," ucap Megan terbata sembari mendekat kepada sang ayah. "Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan. Dad akan menelepon Freddy dan meminta dia untuk cepat-cepat menikahi kamu," ucap Tayler, yang kini mengeluarkan ponselnya dan saat akan melakukan sambungan telepon, Megan malah menahan tangan sang ayah dan bicara dengan tergagap. "J-jangan, Dad. Jangan telepon dia," pinta Megan. "Kenapa??? Kenapa Dad tidak boleh menghubungi dia?? Dad tahu, sebulan lagi kalian akan menikah. Justru, dengan begini, Dad ingin agar pernikahan kalian dipercepat saja. Buat apa lagi ditunda-tunda, apa lagi kamu sudah sampai berbadan dua begini." "Tapi, Dad. Ini... Anak ini... Anak ini, bukan anaknya Freddy," ucap Megan dan sontak membuat sang ayah murka, dengan sejadi-jadinya. Semua pakaian milik Megan di keluarkan dari dalam rumah, beserta dengan kopernya juga dan hal itu, dilakukan oleh ayahnya sendiri. Malu dan murka sekali. Mau ditaruh dimana mukanya ini, setelah skandal memalukan, yang putrinya itu buat. Sudah akan menikah dengan calon suami. Tetapi malah hamil oleh laki-laki lain. "Dad, Kenapa pakaian Megan dibuang , Dad??" ucap Megan yang berusaha untuk mencekal tangan sang ayah. "Karena kamu sudah membuat keluarga kita menanggung malu!! Sekarang, pergilah dari sini!! Anak yang tidak bisa diatur!!" seru sang ayah, Tayler. Yang kini pergi masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya dari dalam, agar Putrinya sendiri tidak lagi dapat masuk ke rumah mereka. Megan diam tersungkur di bawah, di hamparan pakaian miliknya, yang tengah dipungut oleh sesosok pria, yang kini berjongkok di dekatnya. Megan mengangkat wajahnya dan menatap pria, yang berada di hadapannya ini. "Ayo bangun dan kita pergi dari sini," ajak pria tersebut dengan tangan yang sudah terulur ke hadapan Megan. Megan membuang muka dan pria tersebut terlihat membuat senyuman miring. "Kenapa hm??" tanya pria itu. "Ikut kemana?? Kemana kamu akan membawaku???" tanya Megan dengan tatapan mata yang meruncing kepada sosok pria, yang sudah menjadi penyebab hancurnya rencana masa depannya bersama cinta pertamanya, Freddy, yang adalah sepupu dari pria itu sendiri. "Ya kemana lagi?? Tentu saja ke tempatku. Kamu sudah tidak memiliki siapapun lagi bukan?? Sudah diusir juga dari sini. Jadi, kemana kamu akan pergi setelah ini huh?? Ayo, ikutlah denganku. Kamu ini, sedang mengandung anakku kan??" Megan telan salivanya sendiri. Ia tidak mau pergi. Tapi, kemana lagi kakinya ini harus melangkah, bila tidak ada arah dan tujuan yang ia miliki sekarang. Kembali masuk ke dalam , setelah diusir malah terasa mustahil. "Ayo, tunggu apa lagi??" desak Maxime. Megan tidak mau beranjak juga. Jadi terpaksa, Maxime mencekal kedua bahunya, lalu menyeret tubuh Megan dengan paksa ke mobilnya. "Hey lepaskan!!" seru Megan , yang tetap berusaha untuk meronta, biarpun terasa percuma, karena Maxime sudah menjebloskannya ke dalam mobil dan juga mengunci pintu, lalu membawa Megan pergi dari depan rumah orang tuanya. "Apa kamu sengaja melakukan hal ini?? Apa kita mempunyai masalah sebelumnya??" cecar Megan, yang sudah sangat muak, dengan pria yang malah tersenyum menyeringai ini. "Sebenarnya, aku tidak memiliki masalah dengan kamu. Tapi, aku mempunyai masalah yang cukup besar antara aku dengan pamanku itu," ujar Maxime sembari melihat ke arah kaca spion mobilnya. "Ya, lalu?? Kenapa aku dilibatkan juga?? Apa kamu tidak memikirkan perasaan sepupu kamu sendiri??" Gigi Maxime yang putih perlahan terlihat, hingga tawa yang terbahak pun Maxime buat juga dan muncul kerutan pada dahi wanita yang tengah duduk di sampingnya sekarang. "Untuk apa memikirkan perasaannya?? Orang tuanya saja, tidak memikirkan perasaanku sama sekali. Mereka ambil semua yang keluargaku miliki dan itu apa namanya?? Hanya memanfaatkan saudara, demi kepentingan diri sendiri. Menggelapkan uang dan semua aset kakaknya sendiri tanpa sisa. Aku hanya ingin setimpal! Aku hanya ingin mereka merasakan, apa yang aku rasakan sekarang! Impas bukan??" ucap Maxime sembari menoleh dan melontarkan senyum menyeringai untuk wanita yang masih tak habis pikir juga. "Sekarang kita mau pergi kemana??" tanya Megan, yang merasa mereka hanya terus melaju saja tanpa ada tempat pemberhentian yang pasti. "Kantor catatan sipil," jawab Maxime yang membuat wanita yang sempat berpaling wajah tadi, kini jadi menatap Maxime kembali. "Untuk apa kita ke sana???" tanya Megan "Ya tentu saja untuk mendaftarkan pernikahan," jawab Maxime dengan begitu entengnya. "Ha?? Pernikahan?? Pernikahan siapa??" tanya Megan panik. Maxime menepi dan menginjak rem dengan perlahan. Kemudian, sesaat setelah mobil yang ia kemudikan berhenti melaju, Maxime pun memutar sedikit tubuhnya dan menatap Megan dari dekat serta dengan lekat. "Tentu saja pernikahan kita. Kamu kira pernikahan siapa lagi hm??" "Aku tidak mau!!" seru Megan tanpa banyak berpikir panjang. Maxime terkekeh. "Tidak mau?? Lantas apa mau kamu huh?? Kamu, ingin tetap menikah dengan Freddy?? Iya?? Kamu pikir, dia tetap mau menikah dengan kamu, setelah semua yang telah terjadi diantara kita berdua??? Jangan lupa, kamu itu sedang mengandung anakku sekarang! Darah dagingku!" "Siapa bilang??" ucap Megan dengan nada menantang. "Tidak ada yang bilang. Tapi, kenapa juga kamu sampai diusir, kalau bukan karena hal ini?? Benar kan??" Pernyataan telak dan membuat Megan tak bisa lagi mengelak. Sial sekali. Semua ucapan pria ini memanglah benar. Ia tidak mungkin lagi meneruskan pernikahan dengan calon suaminya. Karena sekarang, dia bahkan tengah mengandung anak dari laki-laki yang berada di sisinya ini. "Sudah. Duduk manis dan aku akan segera jalan lagi. Kita akan segera meresmikan hubungan kita hari ini juga," ucap Maxime, yang kembali melaju dengan mobilnya untuk sampai di tempat tujuan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD