Raizel melonggarkan dasinya dengan sedikit kasar kemudian menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Ia memijit kecil kepala kemudian menyandarkan lehernya dan menengadah menatap langit-langit kamar. Bayangan apa yang ayahnya lakukan dan katakan beberapa menit yang lalu masih terekam jelas dalam ingatan. Meski ia sudah memprediksi hal ini akan terjadi sebelumnya, ia tak mengira ayahnya benar-benar serius dengan memberinya dua kali tamparan keras. “Ssh ….” Ringisan samar pun terdengar lolos dari mulut Raizel saat tangannya menyentuh pipi yang masih terasa panas dimana lidahnya menekan pipi bagian dalamnya. Drt … drt … drt …. Raizel mengarah pandangan ke atas meja kala mendengar dering ponselnya bersuara. Menegakkan punggungnya, ia meraih ponselnya kemudian menggeser layar guna menerima panggi