“Bagaimana, Ghani?” Mahreen bertanya dengan cemas pada Ghani. Raizel tidak pulang sementara ia tak mengangkat panggilan satupun dari Ghani yang berusaha menghubunginya sejak kemarin. “Tidak ada jawaban, Bu,” jawab Ghani dengan menunjukan layar ponselnya pada sang ibu. “Apa dia mencari Qian? Ya Tuhan, kuharap tak terjadi sesuatu,” gumam Mahreen. Ia duduk di sofa dengan kedua tangannya yang mengepal dan menyatu di atas pangkuan. “Entahlah. Sebaiknya Ibu tenang saja, aku yakin dia baik-baik saja,” ujar Ghani yang akhirnya menyerah menghubungi Raizel. Mahreen masih begitu cemas, bukan hanya Raizel, ia juga mengkhawatirkan Qian. Semalam ia sampai tak bisa tidur memikirkan betapa ia merasa bersalah pada Qian. “Bukankah kau sudah melihatnya sendiri? Bahkan Raizel kini menjadi pembangKang