Demi apapun Raizel ingin mengubur diri hidup-hidup. Tapi tidak ada pilihan lain baginya, jika bukan Qian, lalu siapa lagi? Ia sudah tak bisa menahannya lagi. “Tidak akan!” tolak Qian kasar. Bagaimana tak menolak saat Raizel memintanya membantu buang air kecil? Meski ia tahu Raizel tak bisa melakukannya karena keadaan kedua tangannya tapi tentu sangat memalukan jika ia yang harus membantunya. Raizel menggertakkan gigi karena sudah tak tahan lagi sementara ia tak bisa menggunakan kedua tangannya sekedar untuk membuka celana. “Kalau begitu kau harus siap membersihkannya, di sini,” bisik Raizel kembali. “Ke-- kenapa harus aku?!” teriak Qian dengan mendorong Raizel namun Raizel segera menahan tubuhnya dengan melingkarkan tangan di lehernya. “Karena aku tak mungkin meminta ba