Udara sore di kawasan cluster elit itu terasa lembut, membawa aroma khas bunga kamboja yang tumbuh di taman rumah keluarga Mahendra. Rumah besar bercat putih itu berdiri anggun dengan pilar-pilar tinggi dan halaman luas yang tertata rapi. Lampu-lampu taman mulai menyala satu per satu, menciptakan suasana hangat yang menyambut siapa pun yang datang. Adrian memarkir mobilnya di depan teras, lalu mematikan mesin dengan gerakan pelan. Ia duduk diam beberapa detik, seolah ingin menenangkan pikirannya sebelum masuk. Di kursi sebelahnya, Safira tampak menatap ke arah rumah itu tanpa banyak bicara. Wajahnya tenang, namun jemari yang saling menggenggam di pangkuannya menunjukkan kegugupan yang tidak bisa ia sembunyikan. “Sudah siap?” tanya Adrian pelan sambil menatap istrinya. Safira tersenyum t

