Bab 135

2179 Words

Malam sudah turun sepenuhnya ketika mobil hitam itu meluncur pelan keluar dari gerbang rumah keluarga Mahendra. Lampu jalan memantulkan cahaya lembut di kaca depan, menimbulkan kilau keemasan yang menari di wajah Safira. Tidak ada suara selain dengung mesin dan napas pelan mereka berdua. Adrian memegang kemudi dengan kedua tangan, matanya fokus ke jalan, tapi pikirannya tidak benar-benar di sana. Kata-kata yang ia ucapkan di meja makan masih terputar di kepalanya. “Kami akan berjuang untuk menghadirkan seorang anak.” Kalimat itu terdengar begitu yakin ketika keluar dari mulutnya, namun kini terasa berat, menggantung di antara mereka. Safira menatap keluar jendela. Rumah-rumah besar di sepanjang jalan tampak berbaris rapi, diselimuti cahaya lampu taman yang lembut. Ia tidak ingin bicara,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD