Mobil hitam yang dikendarai Rendra berhenti di depan sebuah penginapan. Rendra turun dari mobil, membuka jasnya sedikit, lalu menarik napas panjang. Udara malam menusuk, tapi pikirannya lebih dingin dari udara itu sendiri. Ia menatap langit sebentar sebelum melangkah masuk. Petugas resepsionis yang berjaga langsung menyapa sopan, “Selamat malam, Pak Rendra. Ingin langsung ke kamar?” Rendra hanya mengangguk. “Seperti biasa. Tolong jangan ganggu sampai besok pagi.” “Baik, Pak.” Suara langkah sepatunya bergema di lantai marmer, menyatu dengan aroma lembut lilin aromaterapi yang dibakar di lobi. Lift terbuka, dan Rendra naik ke lantai tiga. Tangannya memijit pelipis saat pintu lift tertutup. Ia terlihat tenang di luar, tapi pikirannya berputar tajam. Begitu pintu kamarnya terbuka, arom

