Rio menatap Adrian, lalu beralih pada Laras, matanya berkedip tak percaya. Bibirnya sedikit terbuka, mencoba merangkai kata, tapi yang keluar hanyalah suara-suara aneh. “Lo… Bro… ini… hah?!” Dia menunjuk Laras dengan jari telunjuk yang gemetar, seolah baru saja melihat hantu. Wajahnya yang biasanya santai dan penuh canda kini benar-benar kosong, hanya menyisakan kebingungan yang murni. “Ini beneran? Laras... itu... itu siapa sih, coba lo jelasin pelan-pelan ke gue?” Laras yang duduk di sofa kecil ruang tamu hanya bisa menundukkan kepala. Jemarinya saling meremas di pangkuannya, terasa dingin dan lembab. Ia tidak berani menatap Rio. Rasa malu dan takut bercampur aduk, membuat Laras merasa seolah-olah seluruh dunia menyorotnya. Ia bisa merasakan aura tegang yang menyelimuti ruangan, se

