Teriakan itu menembus heningnya malam di kamar utama, bergema dari lantai atas. “Tolong… tolong…!” suara Mbak Rini terdengar panik dan serak. Raka, yang tengah menatap layar laporan pekerjaan dari rumah sakit di ruang kerjanya yang ada di apartemen Adrian, langsung menoleh kaget. “Mbak Rini?!” serunya, nada suaranya memecah keheningan. Tanpa berpikir panjang, ia menutup laptop dan tabnya, dan ia berlari cepat ke arah suara. Begitu sampai di kamar Laras, pemandangan itu membuat jantungnya hampir berhenti. Laras terbaring di lantai kamar mandi, wajahnya pucat, napasnya tersengal, dan kedua tangan menahan perutnya dengan refleks. “Nyonya Laras!” Raka berteriak, suaranya panik namun tegas. Ia segera menunduk, memeriksa kondisi Laras dengan hati-hati. Mbak Rini duduk di samping Laras yang t

