Mbak Rini buru-buru berlutut di samping tubuh Laras yang tergeletak di lantai. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya panik, keringat bercucuran di pelipis. “Ya Allah, Nyonya… jangan bikin Mbak kaget begini,” gumamnya tergesa dengan suara serak. Tangannya yang gemetar mencoba menopang kepala Laras, lalu dengan sisa tenaga yang ia punya, ia mengangkat tubuh majikannya itu ke pelukan. Tubuh Laras lemas tak berdaya, membuat Mbak Rini semakin panik, tapi ia tetap membopongnya perlahan menuju sofa ruang tamu. Sampai di sana, Mbak Rini menurunkan Laras dengan hati-hati, seakan takut tubuh rapuh itu semakin ringkih jika disentuh kasar. Ia meraih bantal dari sisi sofa dan menyelipkannya di bawah kepala Laras agar lebih nyaman. Nafas Laras terdengar pelan, tipis, namun masih ada. Wajahnya pucat pas

