Bab 143

2664 Words

Udara di ruang perawatan itu terasa sejuk, tapi juga terasa emosional, seperti bahagia dan haru. Safira terbaring di ranjang dengan wajah pucat dan tampak lemah. Di sampingnya, Adrian duduk di kursi, memegang tangan istrinya dengan cengkeraman yang terlalu kuat untuk sekadar menenangkan. Ratna berdiri di sisi lain ranjang, matanya berkaca-kaca. Sejak menerima telepon dari Safira pagi tadi, jantungnya seakan tak berhenti berdebar. Ia sempat berpikir itu hanya kelelahan biasa, tapi ketika mendengar kata pingsan dari bibir panik staf yayasan tempat Safira bekerja, ia langsung menyiapkan mobil dan melesat ke rumah sakit. Kini, setelah mendengar kabar dari dokter, perasaannya bercampur aduk antara lega dan terkejut. Ia mengambil ponsel dari tas tangan, jari-jarinya sedikit gemetar bukan karen

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD