Bab 144

2128 Words

Kota kecil Kertalaya sore itu tenggelam dalam warna senja yang lembut. Langit memudar perlahan, meninggalkan guratan jingga di atas atap rumah-rumah tua. Di jalanan yang mulai sepi, hanya terdengar deru motor sesekali dan suara jangkrik yang muncul lebih awal. Di depan rumah sederhana yang terletak di pinggiran kota, Alma duduk di bangku kayu, menatap kosong ke arah jalanan tanah yang membentang di depan rumah. Sudah tiga bulan berlalu sejak kabar tentang Laras terakhir kali terdengar, dan setiap harinya, rasa cemas itu semakin menekan dadanya. Dimas muncul dari dalam rumah membawa dua cangkir teh. Ia meletakkan salah satunya di meja kecil, lalu duduk di sebelah Alma. Wajahnya tampak lelah, rambutnya sedikit berantakan, dan matanya memerah karena kurang tidur. “Masih belum dapat kabar ap

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD